RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Rabu, 28 November 2012

BERAPA HARGA SORGA KITA ?


Sahabat, betapa persoalan kemiskinan di Negara kita ini semakin ‘njelimet seperti benang ruwet’, bukan kita tidak punya tokoh dan pakar yang jago dibidang Ekonomi dan Moneter, ribuan tokoh muda lahir sebagai motivator ternama yang kaya raya
, para Ulama kita juga tampir mentereng dan ngetrend seolah menjadi simbol kemajuan ummat, ratusan kebijakan pemerintah yang lahir dari orang-orang jenius pun sudah diterapkan.

Namun pemandangan indah disetiap lampu merah, masih banyak saudara-saudara kita yang mengais-ngais sedekah dengan dengan berbagai ulah yang membuat kita seringkali terpaksa mengalah mengeluarkan sedekah.

“ Siapapun dan sejenius apapun Pemimpin kita, selama SISTEM Kenegaraan dan Moneter kita masih membebek bahkan dikendalikan oleh SISTEM DAJJAL, maka kesejahteraan menyeluruh untuk bangsa ini hanyalah sebuah KATA-KATA INDAH belaka “

Tapi apapun yang terjadi tetap harus kita syukuri, sambil kita ikut berfikir dan berbuat untuk mencari jalan keluar, kita harus syukuri keberadaan saudara-saudara kita yang masih mau meminta sedekah kita, walau kebanyakan kita TERPAKSA memberikan sedekah itu, ya kan ngaku hayooo!

Wah jadi gak dapat nilai dong disisi Allah kalo kita gak ikhlas atau terpaksa kasih sedekah ? siapa bilang ? Sedekah itu Kewajiban sekaligus kebutuhan kita karena fungsinya adalah MEMBERSIHKAN HARTA kita, siapa sih diantara kita yang penghasilannya 100% bersih dan halal ketika kita masih hidup disebuah Kawasan yang tidak menerapkan 100% Sistem Allah SWT, siapa diantara kita yang tidak pernah sedetikpun korupsi waktu dalam bekerja? Siapa yang jujur 100% ketika mengiklankan kualitas barang atau mempresentasikan sebuah produk dan jasa ? siapakah yang berani jujur memberitahukan harga beli barang yang kita jual kepada pembeli ? siapakah yang tidak pernah dipaksa ‘memberi hadiah’ kepada oknum yang ikut memuluskan dan memenangkan Tender Besar kita, yang kita sendiri tidak berdaya melawannya ? atau siapa yang tidak tergiur mendapatkan atau merasa ‘kecipratan hadiah’ itu ? ya ya ya….inilah Akibat Sistem Dajjal yang sudah merasuk diseluruh lini aktifitas kita

Disinilah fungsi Sedekah itu beraksi. Jadi sama seperti kita Sholat, ya gak mungkin toh kita mau sholat nunggu hati kita ikhlas dulu baru kita sholat, wah cilaka !

Kisah kali ini, akan membuat kita lebih banyak bersyukur atas apa yang sudah kita dapatkan

----------------------------------------------

Sebuat saja namanya pak Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan.



Usai mereka membayar semua barang belanjaan. Tangan-tangan mereka sarat dengan plastik belanjaan. Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, “Beri kami sedekah, Bu!”



Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1.000 rupiah.



Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala ia tahu jumlahnya dan ternyata itu tidak mencukupi kebutuhannya, ia kemudian menguncupkan jari-jarinya dan ia arahkan ke arah mulutnya, kemudian ia memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke arah mulutnya. Seolah ia berkata dengan bahasa isyarat, “Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan.”



Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, “Tidak…tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!”



Ironisnya, meski ia tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang adalah tanggal ia menerima gajian dari perusahaannya, karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekeningnya.



Ia sudah berada di depan ATM. Ia masukkan kartu ke dalam mesin tersebut. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncullah beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening.



Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet. Kemudian uang itu ia lipat menjadi kecil dan ia berniat untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah.



Budiman menarik uang itu. Lalu saat sang wanita melihat nilai uang yang ia terima betapa giranganya dia. Ia berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan:



“Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillah… terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rohmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga…!”



Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putrid kecilnya, “Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga!”



Deg!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian meraka berdua yang berlari menyebrang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.



Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini berkaca-kaca dan istrinyapun mengetahui itu. “Ada apa Pak?” istrinya bertanya.



Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan, “Aku baru saja menambahkan sedekah kapada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!”



Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman menyatakan bahwa ia member tambahan sedekah kepada wanita pengemis, namun Budiman melanjutkan kalimatnya, “Bu, aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdallah barkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaaang sekali ia berdoa!



Dia hanya menerima karunia dari Allah Swt. sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat mengecek saldo dan ternyata di sana ada sejumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat malihat saldo itu, aku hanya mengangguk-ngangguk dan tersenyum. Aku lupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdallah.



Bu, aku malu kepada Allah! Dia hanya menerima 10 ribu tapi begitu bersyukurnya kepada Allah dan berterima kasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdallah.”



Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba.



Jadi, berapa kira-kira harga Sorga kita ? ya, sebesar kesyukuran kita disetiap detik.



“Sesungguhnya Allah telah memberikan banyak karuniakepada manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (Al-Baqarah :243)



MULIA kita dengan MEMBERI, ABADIKAN yang TERSISA dengan SEDEKAH

Kiriman : Uhti Nisa
Oleh : Rumah Yatim Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar