RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Kamis, 01 November 2012

KUMPULAN PUISI TOK LAUT


Engkaulah bunga langka yang terjatuh dari sorga
Puing lembar wangimu menerpa tirai bilik setiap hamba
Mekar dan aroma simpatik melukis jiwa-jiwa
99 nama Tuhanmu kesajakkan dalam dzikir ku untuk membelai gerai
Rambut mu
Ya alllah . . . .
Ampuni hamba. . . .
Dalam tafakur dan sujudku mengalir syair-syair ku
Ya Allah . . . .
Lindungi dan berkahi dia
Sebab setelah bertemu dengan nya
Imajinasi liar ku menggema dalam jiwa memuja kebesaran Mu
Dan aku bersyukur
Kau telah ciptakan dan hadirkan pada ku sumber inspirasi terbaik
Dalam ramadhan yang sakti ini

Sajak ini khusus ku tulis buat bunga langka dari sorga

Tok laut


DEWI KU

Hoi sang malam
Kau dengarkah kegelisahan ku
Menanti fajar diteriknya siang
Meniti senja di ujung kelam

Hoi sang malam
Puisi meretas remang-remang
Rindu jagalah aku membelaimu
Kau lah desah nafas hidupku
Sang dewi ku . . .

Sajak ku lahir
Dari geliat rindu
Rindu ku hadir
Senyum gerai rambut mu
Bertapalah saying
Dalam jiwa ku . . .
Oh . . . .

Damailah saying
Dalam kalbu. . . .
Jangan biarkan aku merindu

Damailah saying
Dalam jiwaku . . .
Menjelmalah dalam tidurku

Oh . . . la . . . . la . . . .
la . . . . la . . . . . la . . . .

catatan :
informasi puisi masuk ketika musik habis Reff

Puisi : Engkau kah bunga langka yang terjatuh dari sorga puing lembar
Wangimu menerpa tirai bilik setiap hamba mekar dan aroma
Simpatik melukis jiwa-jiwa
99 namaTuhan ku sajakkan dalam gerai rambut mu


GONG NELAYAN PESISIR
Karya : TOK LAUT

Melaju sampanku melaju
Memecah gelombang samudra
Puisi nelayan diatas bahtera
Putus tambatan dari tangkahan . . .

Getir hidup di ilir hulu
Mengalun ombak bersenggama
Hidup pelik meranggang nyawa
Dari pagi kesenja

Rentak dendang irama senja
Tak sampai kepelangi jingga
Derita memeluk manja
Rindukan sila kelima

Buka baju jadi layar
Ulurkan tangan jadi kemudi
Demokrasi harus berkibar
Ayomi nasib anak negeri

Sinandong ela
Sinandong ela
la . . . . la . . . .


ELANG LAUT
( sebuah sajak buat penghuni istana raja )
Cipta : TOK LAUT

Intro . . . .

Ombak tak lagi
Memecah buih di pantai
Elang laut
Pulanglah kegunung

Serambi tanah paduka
Nasib mu timbunan kapar . . .
Elang dalam istana
Burung merak di dalam hutan . . .

Jauh hari mutumaknikam
Yang tau nilai pualam
Tajam syairmu seniman
Jadikan pemutus kendali zaman . . .

Datuk panglima hitam
Keris tahta berlian
Darah mandian pedang
Tanda pembayaran hutang

Pakai kain selempang
Hulubalang melenggang
Patwa datuk di pegang
Jangan di abaikan



TERDAKWA
Cipta : TOK LAUT

Puisiku mengembara
Ke angkasa liar . . .
Mensajakan bintang slaksa
Hingga menerpa panasnya mentari . . . .
Kegelisahan ku
Menyatu dalam api
Memercikkan lahar panas
Dan mengalir ke lembah tak bertepi . . . .
Sinandong . . .
Kenapa kau enggan mengenderai
Langit hari ini . . .
Tak rindukah kau gong sitawak-tawak
Yang t’lah lama pergi . . . .
Dan senyum manis suara bangsi
Yang hilang sejak pagi . . . .
Merindukanmu dari hari ke hari . . . .
Hai . . . . sinandong . . . .
Ku lihat kau telah mati suri
Di lalap percikan api
Dari tangan kami sendiri . . .
Kedurhakaan kami hari ini
Adalah saksi dari bisu di tanah serambi . . . .
Dan kami semua para santri seni . . .
Adalah orang-orang terdakwa
Yang belum di hakimi . . . .
Hoi . . . . sinandong . . . .
Menggeliat untuk membela diri . . .
Ku buka baju menjadi layar
Ku ulur tangan menjadi kemudi . . .
Gebyarlah hoi kota nelayan . . .
Rakyatnya makmur lagi berbudi . . . .
Hoi . . . . . . . . . .
Balayar satujuan
Bertambat satangkahan
Hoi . . . . . . . . . . .
Datuk panglima
Di singgasana
Hoi . . . . . . . . . . .
Datuk panglima
Hoi . . . . . . . . . . .
Ayo . . . . . tuan maju bersama . . . . . . .
SLOKA
Cipta : TOK LAUT

Sayang . . . . .
Kita disergap kejadian tak terduga
Malam malam panjang menyelimuti kita
Hingga fajar tuntas membelai mentari . . .
Dan napas gerah bumi
Mengeringkan tanah basah
Di sudut jiwa hampa ini . . . .

Keterjagaan ku
Membuka tirai mimpi yang kandas
Pada bah terjal berbisa
Mengukir takdir kita di usia belia . . .
Hari-hari berlalu . . . .
Melepaskan genggaman kita
Pada persimpangan jalan
Di ujung usia cinta . . . .

Mari kita kenderai awan
Yang hilir mudik
Diatas langit jingga
Dalam mengukir langit
Di kesenjaan yang menua . . . .

Sayang . . . .
Garis tangan telah kita ukir sendiri
Sehingga membelah isi perut bumi
Dan membagikannya pada mimpi-mimpi

Sayang . . . . .
Usai sudah legenda penuh cinta . . . .
Yang bersenandung di alir samudra . . . .
Dan di bawa arus ke pinggiran sloka
Ho ….


TARIAN REMBULAN
Karya : TOK LAUT

Geliat oh tarian rembulan
Membelah kelamnya malam
Hoi . . . . remang sajakkan rinduku
Meredam senja sepiku

Ku memang mencari sang fajar
Di celah rimba ranting dahan
Yang hilang tersapu gelombang
Tanpa gelora ombak lautan

Kau hiasi aku dengan mimpi
Kau lukis cinta di atas tirani
Kau gendong ombak lautan

Ku berlari di atas awan
Meniti mega impian
Berjalan di tebingnya terjal . . . .

Ke galauanku kini terdampar
Di atas ketidak pastian
Menunggu hari berlalu
Namun kau tak kunjung datang

Kau gantung aku tanpa tali sayang
Bermimpi di hari siang
Lepaskah cinta yang kau genggam
Berilah aku kepastian

Padepokan jenar, 9 September 2008, Tanjungbalai, 01-17 Wib



DEWI KU
Karya : TOK LAUT

Engkaulah bunga langka yang terjatuh dari
Sorga …. Puing lembar wangimu
Menerpa tirai bilik hari setiap hamba ….
Mekar dan aroma simpatik melukis
Jiwa – jiwa
99 nama Tuhan
Kusajakkan dalam Zikirku untuk
Membelai gerai rambutmu ……..

Hoi sang malam
Kau denganrkan kegelisahanku
Menanti fajar diteriknya siang
Meniti senja diujung kelam

Hoi sang malam
Puisi meretas remang – remang
Rindu jagalah aku membelaimu
Kaulah desah napas hidup ku
Sang dewiku …..

Sajakku lahir dari geliat rindu
Rinduku lahir
Senyum gerai rambutmu
Bertapalah sayang
Dalam jiwaku
Oh ..

Damailah sayang
Dalam kalbuku
Jangan biarkan
Aku merindu

Damailah sayang
Dalam jiwaku
Menjelmalah
Dalam tidurku.

SANG . . . . .
Karya : TOK LAUT

Ku seru kau sang rembulan
Yang tersembunyi di baliknya awan
Ketika ku gapai mendekat bintang
Malam fana sirna dan hilang

Ku berlari jauh mengambang
Gamang gentayangan hoi . . . . . ruh yang malang
Hampa menyepi di kisi pandang
Hampa bertabur semai diladang

Oh . . . . . . . . . . . . Mey Ling . . . . . ku sayang
Mey Ling . . . . . ku malang
Petang menghilang di balik awan

Oh . . . . . . . . . . . . Mey Ling . . . . . ku sayang
Mey Ling . . . . . ku malang
Pedih di hadang naluri yang dalam

Karang taruna, Sabtu 19 Januari 2008, jam 14 – 09 Wib


PANTAI SENI
( kemah seni seniman pesisir )
Karya : TOK LAUT

Indah panorama tanah paduka
Pasir putih beting seroja
Rebus kerang bakar ikan sombamnya
Kemah seni wisata pantai kita

Bola mata api matahari
Seolah tenggelam ke pusar bumi
Elang laut tali kemudi
Puisi penyair bergema disini

Tanjungbalai sipindangpari
Tepak sirih dan retak tari
Selamat datag di kota kami
Kami sambut dengan senang hati

Huh . . . . . . . hah . . . . . . .

( sinandong ) . . . . . “balayar satujuan batambat satangkahan”
Itulah titah Sang Sultan

Menatap mega ke cakrawala
Sinandong ela terus menggema
Pencak silat titah baginda
Tamu kami aman terjaga

Bernyanyi ria mari gembira
Pelita jiwa jadi penyuluh
Pantai seni pesona wisata
Tanjungbalai maju 2020

Pulu Raja, pusara siti unai, 12 Nopember 2008, jam 11-15 Wib, Tok Laut



KETIKA CINTA BERTASBIH
Karya : TOK LAUT

Ketika san g nyiur melambaikan
Rembulan tersenyum retak . . . . patahkan dahannya
Bergetar di jantung mayang merah merona
Bertasbih mengukir sorot cahaya
Bergulat bersama puisi di bibir senja

Menggapai nirwana di kelamnya duka
Air mata dan iringan irama
Beraduk disinggasana jiwa
Ketika cinta bertasbih lara
Di pentas asmara cinta berlakon maya

Tenggelam dalam lautan hati
Menari mendawatkan syair puisi

Ya Illahi . . . . . . Ya Robby . . . . . .
Kau tulis takdirku disini

Lakon cinta asmara ini
Teruskanlah bertasbih di pentas bumi

Du . . . . du . . . . . du . . . . .
Du . . . . du . . . . . du . . . . .

Padepokan jenar, akhir 2008, 00-00 Wib, Tanjungbalai



CINTA
Cipta : TOK LAUT

Ku petik senar tali gitar ku
Wo cen cai than chi tha

Mengalunlah kau nada rindu
Gui ce in tiau siang

Melodi yang ku mainkan
Wo than te si ce

Adalah rindu yang lama terpendam
Se chang cai sin li hen ciu

Cinta . . . .
Ai . . . . .

Lewat puisi di malam ini ku syairkan
Ching kuo se nien chu lai

Hai . . . . ruh melodi
Hai . . . . chi ce te ling hun

Yang mewarnai jiwa satukanlah
Kei wo sing ling sek chai

Satukanlah rindu dalam nada
Siang khe in tiau khe er we ik

Untuk satu warna nyata . . . .
The pi e wei ik te sek chai


AIR MATA TANAH PADUKA
Cipta : TOK LAUT

- Sinandong ela . . . . . . ela . . . . .
Syair mu berjuta-juta
Menyesali serambi tanah paduka
Matamu kosong mulutmu menganga

- Tangis bangsaku hanyut di arus samudra
Gong sitawak-tawak ku temuk di dada
Gendang ku koyak luka di rimba

- Nasibmy . . . . sinandong
Angin menyapu laut
Di dalam dadaku
Hujan badai menyaput
Menyempurnakan cemas ku . . . .

- Disebelah mana dari bumi ini
Kau semayamkan sinandong kami . . . .
Selain serambi tanah paduka ini
Tak ada kolong langit yang lain lagi . . . .

- Lantunan sinandong ela . . . . ela . . . .
Tak lagi merengkuh batang kemudi . . . .
Berlayar tanpa haluan
Meninggalkan tanah serambi . . .

Ela . . . . ela . . . . .
Hoi . . . . . . . . . . . .
Ela . . . . . .ela . . . . .


IBU
Karya : TOK LAUT

Nasib malangnya kau sang rindu
Membelai renta dihati yang pilu
Di kisi jiwa yang hanyut tersiksa
Di dalam dunia yang fana

Hanya rindu yang menemaniku
Tak pernah lepas menggayut di kalbu
Mengenang cinta suci tulusmu
Oh . . . . . . ibu . . . . . .

Kini kau pergi
Dan tak kembali
Menuju khaliqmu

Pilu hatiku
Karna tak sampai
Membahagiakanmu

Tidurlah lelap
Bunda sayangku
Pohon kamboja
Lambaian rindu

Tidurlah lelap
Dipusaramu
Pohon kamboja
Lambaian rindu


DOA SANG PENYAIR
Cipta : TOK LAUT

Ya . . . . Allah . . . . .
Ya . . . . Rohman . . . . . .
Ya . . . . Rohim . . . . . . . .

Aku mengerti
Hamba di langit dan di bumi bertasbih
Kepada – Mu

Berikan aku kemampuan
Untuk memasuki ruh bathini
Hingga ke latiphatul zat – Mu
Agar kau kukuh meladani
Terbatasnya mata batin dan akal
Kenyataan pada hari-hariku saat ini

Ya . . . . Allah . . . . .
Berikan aku kerangka ruang dan waktu
Dalam menjalani kewajiban ku
Sebagai hamba dan khalifah di bumi – Mu

Jika akal pikiranku kisruh
Anugerahkanlah pelitamu
Kalau perasaanku resah dan buntu
Taburkan daya penjernihmu
Apabila makrifatku buta satu sama lain
Pinjamkanlah cahaya Mu

Agar tanggung jawabku
Sebagao penyair bergelora ridho-Mu

Ya . . . . . Allah . . . .
99 namamu bergelora di latifatul Ruh – Mu
Terimalah doa dan pintaku . . . .

Istanakum gading 09 Mei 2009


DURI CINTA
Cipt : Sy. Rizal, Amp ( TOK LAUT )

Beraraklah hai awan
Hindari cahaya bulan
Ku tak tau apakah
Bulan sabit atau purnama rayu

cintaku padamu
Tak mungkin bersatu lagi
Meski cinta bersemi
Restu tak kita miliki

Biarlah cinta ku bawa mati
Hatiku luka
Tertusuk duri

Durinya cinta
Menusuk hati
Hati ku lara
Dunia hampa

La . . . . la . . . . . la . . . .


TARIAN SAMUDERA
Cipt : TOK LAUT

Ku retas ombak si tanjung bangsi
Arus gelombang tangisi hati
Garisnya hidup mengoyak mimpi
Riak di titi atas kemudi

Bahtera mengukir arus samudera
Jenuh sudah ku bergumul dengan nista
Hatiku berpacu melesat melejit
Menembus tujuh pintu langit
Seraya berdoa
Mengharap titah sang kuasa
Bergemalah gemintang di atas
Mega impian
Demi sang kekasih sibiran tulang

Asahan Mati, 09


KASIH TAK SAMPAI
Cipt : Syamsul Rizal, Amp ( TOK LAUT )

Angin tak sudi
Mengarak awan
Menutup bulan
Di tengah malam

Hati yang rindu
Bawa bernyanyi
Meskipun duka
Bernyawa panjang

Hai . . . . . wajah alam
Tak kenal sayang
Rindu yang dalam
Tak kan tenggelam

Biarlah sepi
Hanyut sendiri
Rela menetes
Air mata di pipi

Rindu ini hai
Ku bawa mati
Hidup ini
Hai tiada arti

Oleh : Syamsul Rizal (TOK LAUT)
Tanjungbalai,Sumatera Utara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar