RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Sabtu, 22 Desember 2012

MENCARI IBU

Betapa sibuknya kita melayani urusan orang lain, cobalah sesekali kita melayani orang-orang berharga yang dikirim Allah kepada kita, anak kita, istri kita, suami kita, ibu dan ayah kita, pandanglah mereka dengan cinta, belai dan cium mereka penuh ketulusan, maka rasakanlah kebahagiaan yang amat sangat, dan Subahaanallah…..Alangkah lebih bahagia lagi kalo sekiranya mereka bisa kita kumpulkan di Istana Sorga Kita kelak. Yuk, segera kita berinvestasi untuk kita dan mereka…….

====================================================

Pagi itu tepat jam 7 kami berencana untuk melakukan ziyarah ke tempat-tempat bersejarah di kota Mekah. Donny, seorang pegawai di perusahaan minyak baru saja kembali dari Masjidil Haram bersama istrinya. Sarapan pagi di restoran hotel baru saja disantap. Maka datanglah Hasanudin, ayah Donny dengan tergopoh-gopoh sambil berkata, “Don, kamu lihat ibu tidak?!”

Yang ditanya langsung merasa terkejut, “Memangnya ibu kemana, Pak?”



Sontak langsung ayahnya berkata sambil memukulkan genggaman tangan kanannya ke telapak kiri, “Waduhhh!!!” maka semua anggota rombongan pun menjadi geger mendengar kisah selanjutnya.

Donny saat itu berumrah dengan ketujuh anggota keluarganya. Ia mengajak istrinya, seorang putri, dua orang putra, ayah dan ibu serta bapak mertua. Mereka berdelapan mengambil paket 2 kamar Quard. 1 kamar diisi oleh Donny, ayahnya, putranya yang pertama dan bapak mertua. Kamar kedua diisi oleh istrinya, ibunya, putrinya dan putranya yang kedua.



Saat itu adalah hari ketiga kami berada di kota Mekah. Dua hari sebelumnya kami mengunjungi kota Madinah. Mungkin karena ingin bermesraan dengan istri yang selalu tidur terpisah di sebelah kamar, malam sebelumnya Donny janjian dengan istrinya untuk bangun jam 2 malam untuk melakukan thawaf sunnah sambil bergandengan tangan dan berpelukan. Bagai sepasang muda-mudi yang sedang dimabuk cinta, pada jam yang disepakati keduanya bangun dan bertemu di lobby hotel. Seterusnya, keduanya pergi menuju masjid sambil bergandeng tangan.

Kesyahduan malam membuat mereka begitu mesra. Ditambah dengan lantunan tasbih dan dzikir yang mereka ucapkan saat mengelilingi

Baituliah.



Di tengah kesyahduan dan kekhusyukan thawaf sunnah yang mereka lakukan. Pada saat bersamaan ibunya Donny (60 tahun lebih) bangun dari tidurnya. Ia dapati bahwa menantunya tidak ada di kamar. Penasaran ingin mengetahui kabarnya, maka si nenek menghubungi kamar sebelah via pesawat telepon.

“Pak, Donny ada di kamar tidak?” tanya Bu Sulitiawati kepada Hasanudin, suaminya, di kamar sebelah.



“Tidak ada Bu!” jawab sang suami dengan enteng.

“Wah, kalau begitu pasti Donny sedang keluar bersama istrinya. Aku ngendusi barusan memang Ani gak ada di ranjangnya. Mungkin mereka sedang tawaf kali ya?!” Kalimat terakhir yang diucapkan Sulistiawati mengisyaratkan tanya.

Sesaat kemudian, Sulistiawati mengusulkan, “Pak, ayo kita thawaf sunnah berdua kaya Donny dan istrinya?!” Suara tua istrinya di seberang sana terdengar bersemangat di telinga Hasanudin. Ia pun mengiyakan ajakan istrinya untuk melakukan thawaf sunnah di tengah malam.



Keduanya bersiap, dan tak lama kemudian mereka sudah bertemu di lobby hotel dan keduanya melakukan ibadah yang mereka niatkan.

Lingkaran thawaf penuh sesak malam itu. Apalagi bagi kedua tubuh tua ringkih milik Hasanudin dan istrinya. Baru saja melewati garis lurus sejajar dengan Hajar Aswad tanda bahwa mereka telah menyelesaikan putaran pertama thawaf. Namun, karena desakan manusia di lokasi itu yang berebut untuk ber-istilam kemudian mencium kedua tangan mereka. Maka pegangan tangan kedua kakek-nenek itu pun terlepas!

Hasanudin mencoba untuk tidak panik. Sisa putaran thawaf pun ia tuntaskan. Meski sambil celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri untuk mencari istrinya.



Namun harapannya untuk menemui istrinya lagi belum ia dapatkan. Bahkan, hingga ia berdoa di Multazam, dan hingga ia melakukan dua rakaat shalat sunnah di belakang Makam Ibrahmim!!!



Azan Subuh kedua berkumandang, disusul dengan iqamat dan pelaksanaan shalat Subuh berjamaah. Hasanudin masih terus mengintai ke kiri dan ke kanan. Pandangannya ia coba perluas, berharap ia bisa menjumpai Sulitiawati, perempuan yang selama ini telah mendampingi hidupnya.

Namun sayang, langit sudah herubah warna. Dari gelap malam ke terangnya pagi. Hingga pukul 06.30, ia masih belum menemukan istninya. Kini ia mulai panik. Tubuh tuanya tak mungkin menyisir barisan manusia yang berthawaf demi mencari istri. Maka tak kuasa untuk mencari lagi, ia pun memutuskan untuk kembali ke hotel berharap istri yang sedang dicari sudah ada di sana.



Sesampainya Hasan di hotel, ia pun sigap menuju restoran. Disanalah ia bertemu dengan Donny, anaknya, hingga kalimat itupun meluncur dari mulutnya, “Wadduuhhhh……!!!!!!!”

Semua jemaah rombongan kami menjadi panik. Terutama Donny yang mendengar berita itu. Setiap orang dari kami berdoa agar Allah Swt. memberi kemudahan kepada kami untuk menemukan kembali Ibu Sulis.



Donny pun mohon izin kepada ustaz pembimbing, sekaligus ia mohon didoakan agar dapat menemui kembali ibunya. Maka berangkatlah Donny menuju Masjidil Haram.



Saat langkah pertama dari pintu hotel diayunkan Donny, tiba-tiba merasuk beberapa pikiran ke dalam benaknya. “Ibu dalam kondisi apa ya sekarang?” Gumamnya. “Apakah ibu jatuh pingsan sebab keletihan thawaf kemudian dibawa orang ke rumah sakit terdekat. Kalau itu yang terjadi, darimana aku mendapatkan informasi di mana ibuku berada?” Bayangan kondisi seperti ini membuat Donny khawatir.



Lalu muncul lagi pikiran kedua, “Atau, ibuku keluar dari pintu masjid yang berbeda hingga ibu tersasar dan tak mengerti jalan pulang?!” Pikiran ini pun membuatnya bertambah khawatir. Tak tahu harus memulai dari mana, Donny meneruskan langkahnya.



Langkahnya seolah tertambat. Berat terasa menggayuti kaki. Kelambanan itu menarik pandangnya untuk menyusuri jalan. Donny kini tengah berjalan sambil merunduk. Dalam ayunan langkahnya yang berat, ia pun merenung, “Ya Allah, hanya pertolongan-Mu kini yang aku harap!” Ia membatin dalam hati.

Ia belum tahu harus berbuat apa. Pikiran yang kalut tak mampu mencari celah jawaban. Namun saat Ia tengah merunduk, ia dapati seorang anak kecil hitam tak berlengan sedang memelas iba kepadanya, “Haji, haji, sabilillah!” Kalimat itu biasa ia dengar di kota Mekah dan Madinah yang berarti minta sedekah.

Donny pun segera merogoh sakunya. Kali itu ia ingin sekali bersedekah. Namun seolah ada sesuatu yang menuntun hatinya tuk berkata, “Ya Allah, dengan sedekah ini aku berharap pertolongan-Mu. Sedekah ini untuk menebus ibu yang telah membesarkan aku!”





Saat tangannya terjulur memberi sedekah, wajah lucu anak negro itu sungguh telah berubah, hanya wajah ibunda Donny yang terbayang di sana. Donny tak kuasa melihat pemandangan itu, betapa hatinya ingin sekali menjumpai ibu kandungnya kembali dalam keadaan sehat seperti sediakala. Beberapa bulir air mata sempat mengalir membasahi pipi.



Lalu ia meneruskan langkah menuju Masjidil Haram. Begitu banyak pengemis yang berada di jalannya. Pemandangan yang teramat biasa di kota Mekah bila hari biasa. Namun, hari itu adalah hari yang luar biasa, di mana keberadaan mereka bagaikan malaikat-malaikat Allah yang betebaran dan mengucapkan doa bagi Donny yang tengah berjalan. Bagi Donny, keberadaan mereka pun seperti lentera terang yang bersinar di kegelapan malam.



Kali ini, pengemis kedua mengiba padanya. Sekali lagi Donny merogoh sakunya. Terus ia susuri jalan sambil menundukkan pandang. Namun kali ketiga, ia dengar seorang pengemis memelas kepadanya. Maka suara hati berkata padanya, “Mengapa tak kau berikan semua uang yang ada padamu bila kau ingin berjumpa dengan ibu?” maka suara hati itupun ia perturutkan.



Ia rogoh sepenuh kantung. Hendak ia kuras semua isinya. Ia ingin bersedekah dengan kesungguhan. Sekali lagi dalam hati ia ucapkan, “Ya Allah, tolong pertemukan aku dengan ibu. Sedekah ini sungguh untuk menebus beliau yang aku cinta!”



Kini tubuh Dony tengah membungkuk. Tangannya terjulur kepeda pengemis yang duduk bersimpuh di tengah jalanan. Pengemis itupun berdoa dengan kalimat Arab yang tidak ia paham. Namun ia tahu, pastilah doa kebaikan yang dipanjatkan untuknya. Donny tersenyum kepada pengemis itu, lalu menegakkan kembali tulang punggungnya untuk meneruskan langkah. Hingga saat kejadian luar biasa yang amat menakjubkan.



Donny baru saja berdiri. Subhanallah! Pemandangan itu sungguh tidak bisa ia percaya. Hanya sekitar lima langkah darinya ia melihat seorang wanita. Ia tidak lagi mengenakan sepatu ataupun sandal. Tampangnya kusut dengan pakaian acak-acakan. Tatapannya kosong. Berjalan tanpa arah dan menyapa siapa saja yang berada di dekatnya.



Donny mengenalnya. Ya, sungguh ia mengenalnya! Wanita itu tiada lain adalah ibunya sendiri. Ibu yang sejak semalam menghilang, kini hanya berjarak beberapa langkah darinya.

Berhambur Donny menghampiri. Ia berdiri di hadapan ibunya untuk memperkenalkan diri. Namun sayang, tatapan mata yang kosong itu tidak mampu mengenali.



Donny merasa amat bersalah, ibunya Ia peluk dengan erat. Hingga kedamaian itu merasuk dalam hati Sulistiawati, maka air mata pun berderai. Kini badannya berguncang karena sesenggukan. Donny pun tak kuasa menahan haru. Ia gendong ibunya ke hotel, seperti ia dulu seringkali digendong oleh bundanya.

Sesampainya di hotel, semua jemaah pun turut bahagia. Sebagaimana kebahagiaan tiada terkira yang dirasakan oleh Donny dan keluarganya.



Dari Abu Darda Uwaimar ra. bahwa ia mendengar Rosululloh Saw. bersabda, “Carilah aku di tengah orang-orang lemah. Sebab kalian bisa hidup Sukses dan berlimpah rezeki karena doa orang-orang dhuafa (lemah) di tengah kalian.” (HR. Abu Daud)



MULIA kita dengan MEMBERI, ABADIKAN yang TERSISA dengan SEDEKAH



Kiriman : Ukhti Nisa
Dari : Rumah Yatim Indonesia

SELAKSA TANYA

Tenunanku
kehilangan corak,
lajur lajur pembatikan
tak hendak terbaca lagi,
entah bagaimana nanti
kukatakan saat kau tanya rembulan
nyanyian lara yang terus berkecamuk,
mengisi rongga yang kosong
diantaranya,
dibelahan rasi bebintang timur
kuletakkan rasa
saat siang menghanguskan mimpi,
mengapa harus ada
selaksa tanya.....

----oleh Drs Mustahari Sembiring sang Muham / putra fajar.------
----(J) Pondok bambu istanaku, Sabtu malam, 22 Des 2012.-------

NYANYIAN RINDU UNTUK EMAK

Emak,
selamat pagi dibulan desember yang sunyi senyap,
pohon rambutan depan rumah kita sudah berbunga,
tapi pohon sauh mengering terendam air akarnya,

Semuanya terbengkalai tak terawat,
bahkan rumput illalang pojok halaman sampai berbunga,
isyaratkan waktu bergulir seadanya,

Ini natal yang kelima tanpa kehadiran emak,
dingin desember tambah membeku,
betapa kurindu suaramu yang parau itu,
menenangkan galau yang menghantui hari hariku,
menyiapkan kue dan lauk pauk untuk natalan,

Emak,
hari ini kucatat adalah hari ibu,
kemana kukirimkan seperangkat tepak pinang sirih
kemana kuhantarkan seperangkat sarung dan baju kebaya brokat,

Saat suaramu tak lagi kudengar,
maka rinduku makin bergetar, hatiku terkapar
datanglah emak, meski cuma sebentar....

-----oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham / putra fajar.-------
-----(J) Pondok bambu istanaku, sabtu pagi 22 Des 2012. 08:50 wib.
( Serat jiwa dihari IBU )

CINTA KASIH EMAK

Emak,
pohon natal telah kembali berbunga lampion,
disana sini terdengar nyanyian semarakkan Syurga,
memanggil kesegala penjuru untuk kembali sujud,
mengenang kelahiran Sang Penyelamat,
pembawa damai kekal abadi...

Tengok pula cucu cucumu mengolah suara
dalam kebersamaan yang retak retak disana sini
meski dibalut tawa dan canda yang lepas secepat anak panah,
tapi dipenghujung letihnya mereka bertanya :
....dimana nenek karo pak ?,
... kenapa nenek karo tidak bersama kita disini ?..

Bagaimana kukemas kata agar mereka percaya,
bagaimana kukirimkan berita agar emakpun mahfum pula
bahwa kami merindukanmu siang dan malam,

Tidakkah bisa kau pamit sebentar saja emak,
pada Sang Pangeran Welas Asih untuk hadir sebentar disini,
bersama hadirnya sang Sinterclauss...
tak usah kau bawa oleh oleh emak,
sebab yang kami rindukan adalah hadirmu,
dalam kesederhanaan cinta kasih , milikmu....

-----oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham / putra fajar.-----
-----(J) Pondok bambu istanaku, Sabtu siang 22 Des 2012.11:50.wib.-

Jumat, 21 Desember 2012

RODA KEHIDUPAN


” Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya ”. ( Q.S. Al-Isra’ : 27 )

“Kebahagiaan Tidak Terletak Pada Hidup Yang Berlebihan Tetapi Ada Pada Hidup Yang Berkecukupan”. Kisah dibawah ini mengingatkan kita akan sebuah Roda Kehidupan yang terus berputar kadang tanpa kita sadari…..

=============================================


” Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya ”. ( Q.S. Al-Isra’ : 27 )



“Kebahagiaan Tidak Terletak Pada Hidup Yang Berlebihan Tetapi Ada Pada Hidup Yang Berkecukupan”.



Di suatu masa, hiduplah seorang yang kaya raya, namun sayang ia sangat sombong dan tidak peduli terhadap sesama, dirinya selalu dilayani oleh para pelayan dan orangnya pun sangat kasar terhadap siapa saja. Ia hidup dalam kemewahan tanpa peduli kepada orang miskin.



Pada satu hari datang seorang pengemis yang kelaparan ingin meminta makanan kepadanya tetapi dia malah memaki-maki pengemis tersebut. Padahal setiap hari ia selalu membuang sisa makanan diselokan belakang rumahnya.



”Tuan kasihani hamba. Hamba dari kemarin belum makan. Tolong berikan sisa-sisa makanan Tuan kepada hamba” Si pengemis itu memohon dengan suara yang memelas.

”Hei... manusia tidak berguna. Aku tidak sudi memberi makanan untukmu, lebih baik aku buang dari pada dikasihkan kepada kamu” Bentak orang kaya itu dan langsung menutup pintu rapat-rapat. Dirinya tidak mau membagi sedikitpun makanan yang dia punya. Padahal setiap kali dia makan, lauk yang tersaji dimeja makan sangat banyak dan tak sekalipun ia menghabiskannya, dan dia pun tidak pernah mau makan sisa nasi sebelumnya. Begitu jam makan tiba semua yang tersedia diatas meja harus diganti dengan yang baru.



”Ingatlah Tuan, Roda kehidupan selalu berputar tak selamanya hidup tuan diatas” Si pengemis pun dengan langkah yang gontai sambil berlinangan air mata meninggalkan rumah mewah itu.



Hari-hari berikutnya, kehidupan orang kaya itu masih tetap sama. Hatinya tidak pernah terketuk oleh rasa kemanusiaan, yang dia tahu bahwa semua yang dia miliki hanya bisa dinikmati oleh dirinya sendiri.



Sampailah pada satu waktu, ditempat ia tinggal mengalami goncangan gempa yang hebat, seluruh penduduk pun segera meninggalkan rumah untuk menghindari tertimpanya robohan bangunan. Demikian juga dengan para pelayannya masing-masing berusaha menyelamatkan diri tanpa peduli kepadanya. Tapi orang kaya ini selamat juga berkat jerih payahnya, namun segala kekayaannya musnah ditelan bumi. Dan hanya sekejap dia pun menjelma menjadi orang miskin.



Sehari, dua hari dirinya masih bertahan tetapi begitu masuk hari ketiga ia pun tidak mampu melawan rasa lapar. Kepalanya pun mulai berkunang-kunang dan badanpun mulai terasa sakit. Maklumlah dirinya yang selama ini hidup laksana tinggal di istana, tiba-tiba harus menjadi gelandangan tentu tidak gampang untuk menyesuaikan diri, sudah tidak ada lagi keangkuhan yang terpancar dari pandangan mata yang penuh kebencian setiap kali dirinya didatangi para pengemis yang minta belas kasihannya.



Ia pun sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi dan saat itu pula, Ia melihat ada segerombolan pengemis yang sedang meminta-minta dirinya pun memutuskan untuk bergabung. Akan tetapi keberadaannya tidak diterima, para pengemis yang pernah disakitpun ingin membalas semua yang pernah mereka terima. Ia dihajar habis-habisan dan diludahi oleh para pengemis itu.

”Ini kan orang kaya yang sombong itu” Ucap para pengemis.



Dirinya makin tidak berdaya dan meratapi nasib yang menimpa dirinya, sambil menahan rasa lapar dan sakit disekujur tubuh ia duduk dipinggir jalan. Ia tidak pernah menyangka bahwa ia pun akan mengalami kesusahan. Tidak lama kemudian pandangannya pun menjadi gelap dan detik berikutnya dia pun tidak sadarkan diri. Dan begitu tersadar ia mendapatkan dirinya sudah ada disebuah gudang tua yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Bekas gudang makanan pun tidak luput dair goncangan gempa. Namun tidak separah rumahnya yang rata dengan tanah, Ia masih merasakan lapar yang luar biasa.



Tiba-tiba dari balik pintu muncul seorang yang ia kenal membawa semangkuk nasi.

”Makanlah. Tampaknya tuan sudah beberapa hari tidak makan”

”Te...terima kasih” Ucapnya dengan nada terbata-bata dan sedikit ragu untuk menerima semangkuk nasi yang disodorkan kepadanya.

”Tuan tidak usah berterima kasih. Apa yang tuan makan sekarang sesungguhnya makanan Tuan sendiri”

”Maksudnya?” Ia bertanya kebingungan.

”Nasi ini, saya dapatkan dari selokan belakang rumah Tuan, setiap hari saya pergi keselokan belakang rumah Tuan dan mengambil sisa-sisa makanan yang Tuan buang, kemudian saya cuci bersih lalu saya jemur. Dan disaat ini semua hampir kekurangan makanan, saya tidak mengalami dan masih berbagi kepada orang lain”



Dan orang itu ternyata adalah seorang pengemis tua yang pernah beberapa tahun yang lalu saat mengemis didepan rumahnya, kemudian orang kaya yang sudah tidak punya apa-apa itu pun meminta maaf kepada pengemis tersebut dan menyesali semua sikapnya terdahulu.



”Orang Yang Menghambur-hamburkan Apa Yang Dia Miliki Sesungguhnya Ia Adalah Manusia Yang Tidak Mensyukuri Karunia Yang Diberikan Kepadanya”



Sahabat, Memang benar bahwa roda kehidupan selalu berputar. Tidak selamanya kita selalu ada diatas. Untuk itu saat kita diatas ingatlah bahwa mungkin satu saat kita akan dibawah. Dengan demikian kita tidak akan menjadi lupa diri.



Apapun yang kita miliki dan seberapapun banyaknya hiduplah sewajarnya, Jangan menghambur-hamburkan sesuatu yang kita miliki, tidak hidup dalam mubazir dan pemborosan. Persiapkan diri untuk menghadapi disaat giliran kita dibawah agar kita tidak kekurangan apapun, memanjakan diri atau menyenangkan diri tentu tidak ada salahnya selama itu masih didalam batas kewajaran.



Dan tidak ada salahnya apa yang kita punya kita bagi dengan orang lain.

DALAM HIDUP TIDAK ADA ORANG YANG MENJADI MISKIN GARA-GARA KITA MEMBANTU ORANG LAIN. Kita Tidak Pernah Tahu Apa Yang Terjadi Besok, Hari Ini Kita Membantu Orang Bukan Tidak Mungkin Besok Justru Kita Dibantu, Seperti Kata Pepatah ”BUNGA PUN TIDAK MEKAR SEPANJANG TAHUN ”



Dengan segala apa yang kita miliki, kita tidak perlu menjadi manusia yang angkuh, menyakiti orang lain dengan segala kemewahan yang kita miliki, jangan menari diatas penderitaan orang lain, serta kita juga tidak perlu menciptakan status sosial yang menimbulkan kecemburuan sosial



Sahabat, alangkah lebih baiknya saat hati senang kita ingat diwaktu susah. Ketika kita bisa melahap segala macam makanan enak jangan lupa diluar sana masih banyak yang menjerit kelaparan, kita bisa memakai pakaian yang bagus jangan lupa masih banyak yang kedinginan, saat kita bisa tidur nyenyak kita harus selalu ingat masih banyak orang yang menjadikan tanah sebagai alas dan langit sebagai atap rumah.



Manusia hidup dimana-mana sama bahwa kemampuan manusia ada batasnya termasuk kemampuan untuk memenuhi keinginan kepada diri sendiri, sebagai contoh kemampuan perut kita pun ada batasnya, disaat kita kenyang maka kita pun enggan untuk makan lagi dan seribu satu macam makanan enak pun tidak akan berarti, lalu makanan itu menjadi basi dan terbuang jadi sampah. Intinya penuhilah kebutuhan kita secukupnya, jangan menyediakan sesuatu di luar kebutuhan itu sendiri. Bila kita lebih, tidak ada salahnya kita bagi dengan orang lain dan kita simpan karena satu saat kita pasti membutuhkannya.



Menjemput rejeki sebanyak-banyaknya memang perlu, namun hidup hemat juga perlu. Agar kelak kita dapat menggunakannya ketika kita sudah tidak mampu menjemput rejeki lagi sehingga kita tidak perlu menggantungkan hidup kepada orang lain. TAPI INGAT hidup kita bukan hanya di Dunia yang sementara ini saja ada kehidupan AKHIRAT yang jauh lebih indah, maka kita juga harus punya PLANNING supaya AKHIR HAYAT kita juga INDAH, karena bekal dan investasi untuk kehidupan Akhirat kita sangat mencukupi.



Ya.... sekecil apapun investasi untuk Akhirat kita jika kita lakukan penuh kesadaran dan keyakinan akan sebuah pertemuan besar dengan Sang Maha Pencipta, maka yakinlah kelak Allah akan menyambut kita dengan tersemyum.



Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S.Ibrahim :7 )



MULIA kita dengan MEMBERI, ABADIKAN yang TERSISA dengan SEDEKAH

Kiriman : Ukhti Nisa
Oleh : Rumah Yatim Indonesia

HUJAN

Hujan...
begitu banyak cerita yg ingin ku
utaran
tanpa tabir apapun
sejenak..
diam ku terdiam mengulum
malam yg smakin hanyut pada
dingin yg teramat
disini, dinusa maya tersendiri ku
jejaki segala pertanyaan hidup,,
bukan tentang CINTA roman
picisan.. bukan....
suatu kerapuhan pada titik
tertinggi
jenuh... ya.. Jenuh...
dimana masa itu menguasai
gemerlapnya nuansa hati...
kebebasan...
Aku tak punya kebebasan disana
dunia nyata..
dan disini,
suaraku renyah memecah
gumpalan tawa gundah dn duka
kesana kemari
dn semua tetap terjaga apa yg
harusnya terjaga dn tetap utuh...
Aku tak perduli suara suara yg
datang dn pergi...
Karna disini,, tempatku bermain
berbagi segala rasa
Apakah aku salah ?? Aku hanya
menari kesana kemari... Seperti
masa kecil dulu..
dn apakah itu suatu kesalahan...
^^

Oleh : Yulia Aulia Anggraeini
Tangerang

DUH MAWAR

Duh mawar
akankah malam tetap setia mengajakmu brkelana
menenun kebutaan cahaya
menimbun noda-noda
dalam setangkup jemari sepi
sedangkan hujan tiada henti dini hari
menabur cinta hati
kau lenyap bersama daun2 tertawa
menggaruk-garuk lukanya sendiri

akankah keesokan hari kan ada telaga jernih
seindah mentari
sesejuk embun pagi
saat benih-benih tumbuh di ladang
menjadi kuncup-kuncup ilalang
sedangkan malam ini engkau masih berlari
menenun hikayat cendiri
mengeratkan belaian hari
tiada lelah diri

duh mawar
jangan salahkan hari lusa
bila madu ikutan merana
mengurai liar pesonamu
hingga kami sinis luruh
laun merajah
yg menggebu kala merah jambu

Oleh : Putra Pengembara
Bantoel, Yogyakarta

MELODY SUMBANG NOSTALGIA

Aku lelah saat memeluk bayangmu lugu
membangunkan terjaga sang bayu perindu
gemetaran seluruh jejak merona merah jingga ujung jalan
siapa kita ???
ketika dengan tak sungkan menyodorkan kata,
melody ini sumbang nadanya,
kata ini kehilangan arti dipangkuanmu,
tapi aku merasa senang dan bahkan bangga
sebab pernah mengajakmu pulang dari comberan,
meski akhirnya kau kembali kekubangan,
dengan runut kegalauan yang kau ciptakan sendiri,
maka kuucap selamat jalan
pada harapmu yang kukandaskan pada janji palsu,
ketika semua kupungkiri layaknya caramu dulu,
menyayatkan luka akan janji dusta,
tak cuma sekali, tapi seringkali...

-----oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham / putra fajar.-----
-----(J) Pondok bambu istanaku, jumat 21 Des 2012. 11:10 wib.--

MENGENANG,MERINDUI DAN MELUPAKANMU

Mengenangmu,
hamparan kesunyian membentangkan pelabuhan tak berdermaga,
siapapun tak ada disana...

Merinduimu,
tumpukan lara meninggi selaras rebahnya harga diri,
demi mengagungkan suara hati....

Melupakanmu,
sebuah perjuangan memenangkan hakikat tanggung jawab,
supaya nyali tetap berharga,
sepanjang hidup ini....

-----oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham / putra fajar.-----
-----(J) Pondok bambu istananku, Jumat 21 Des 2012. 17:10 wib.-

TALENTA PUTRA FAJAR

Selamat pagi Batavia,
kuulurkan harapku pada sesaknya hiruk pikuk salammu,
masih seperti dulu, acuhkan hadirku
tapi segera kau peluk dengan geram segala asa yang terpendam
aku hampir lupa adatmu, acuh acuh butuh
mengajakku berlari mengejar selaksa arti
hari ini tuntaskan janji, esok adalah mimpi
tapi, sebentar dulu beri aku waktu
meski tak segagah dulu tapi dada penuh bara cita cita
kuberkas sebagai bekal,
menunaikan karmapala putra fajar dinegeri alas tua,
menjalani talenta, menyiapkan jalan
bagi lajunya derap kaki penerus sang muham,
mencatatkan bhakti dinegeri ini,
mengharumkan nama anak petani dari Diski,
memugar sapo terulang menjadi pencakar langit pertiwi,
agar esok lebih baik dari hari ini.....

-----oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham / putra fajar.-----
-----(J) Pondok Bambu istanaku, Jumat 20 Des 2012. 09:30 wib.-

ROMAN PICISAN


Aksaramu begitu menawan,
hingga hatiku pun tertawan...
Bagaikan tuak di cawan mabuk
ku dalam buaian
duh...
ternyata itu hanyalah khayalan
mimpiku diatas dipan
hingga terucap sebuah igauan...
Tuan...
ku terpasung dalam bualan
merenda mahligai diatas awan
bermandikan cahaya rembulan
kini aku terjaga dr mimpi diatas
pualam
anggaplah saja kau adalah sang
pujaan
dari lembaran silam yg harus ku
lupakan..
Oh Tuhan..
kiranya ini semua hanya roman
picisan
^_^

Oleh : Syarifah Jamella Khan
Jakarta

Rabu, 19 Desember 2012

IBU, DUSTAMU BEGITU INDAH


Sahabat, menyambut hari Ibu, tema kisah kita beberapa hari kedepan, insya Allah tentang Ibu dan orang tua kita, pastikan di Liburan Akhir Tahun ini kita sempatkan menjenguk, menziarahi, dan memberikan hadiah terbaik untuk Ibu dan Ayah kita, jangan pernah lupakan mereka atau membalas kekerasan mereka, sejahat apapun yang pernah mereka lakukan kepada kita, ya ya ya….keberadaan kita di Dunia ini karena Allah mengijinkan mereka ada buat kita.

===================================

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :

“Makanlah nak, aku tidak lapar” ———-KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA





Ketika saya mulai tumbuh besar, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhanku. Sepulang memancing, ibu memasak sup daging ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping aku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata :

“Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA





Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu

membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :”Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata :

“Cepatlah tidur nak, aku tidak capek” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA





Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :

“Minumlah nak, aku tidak haus!” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT





Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri.



Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata :

“Saya tidak butuh cinta” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA



Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata :

“ Anakku, Ibu masih punya duit” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM





Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku “Maaf nak, Aku tidak terbiasa hidup di Negeri Orang” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH



Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata :

“Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.





Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya………….

Astaghfirullah, betapa begitu sibuknya kita hingga untuk sekedar mengingat ibu saja kita nyaris tak bisa, sekedar melantunkan doa untuk ibu kita dalam setiap ibadah juga seringkali lupa, adakah dia saat ini bahagia ? atau sedang sedih ? atau jangan-jangan sudah sangat rindu kehadiran kita ? atau bisa jadi dia sangat butuh doa dan amal sholeh kita saat ini karena ibu kita yang di seberang sana atau di Alam Penantian sana dia sedang kurang bahagia………” anakku, anakku, anakku…………kemarilah sejenak nak, aku rindu suaramu, aku butuh doamu, aku butuh keshalehanmu, nak………….. “



MULIA kita dengan MEMBERI, ABADIKAN yang TERSISA dengan SEDEKAH

Kiriman : Ukhti Nisa
Oleh : Rumah Yatim Indonesia

KEKUATAN DOA SANG IBU



Sahabat yang selalu disayang Allah SWT, jika ada seorang ibu yang tega membuang bayinya atau menganiaya bahkan membunuh bayinya atau tidak menginginkan janinnya lahir ke Dunia karena aib yang menimpanya, sesunggunya dia bukanlah seorang Ibu
, dia hanyalah seorang wanita yang berada dalam genggaman tangan Iblis karena dia sengaja menyerahkan dirinya kepada Iblis untuk menjadi perangkapnya karena tergiur dengan gaya hidup glamour yang ditawarkan oleh Iblis.

Seorang Ibu yang sesungguhnya, dia sangat-sangat sayang kepada anak-anaknya, dia tidak rela anak-anaknya jatuh ke tangan Iblis untuk dijadikan perangkap menyesatkan banyak manusia, dia mencarikan Ayah yang mampu melindungi dari sentuhan tangan Iblis.

Dan ketahuilah bahwa seorang Ibu itu memiliki KEKUATAN DOA yang sangat luar biasa, bayi Musa selamat dari aliran sungai Nil yang deras berkat doa Ibunya, lalu Musa juga selamat dari cengkeraman Fir’aun yang super sadis karena kekuatan doa ibunya, bayi Ismail yang terdampar di di Pandang tandus tanpa ada satu kehidupanpun bisa selamat dan sejahtera berkat kekuatan dan ketabahan sang ibu. Dan amat sangat banyak orang-orang yang sukses di Dunia ini karena kekuatan DOA IBU, salah satunya dalam kisah kali ini…………….

-==================================

Semasa kerajaan Bani Umayyah berkuasa di bawah pemerintahan Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan, hiduplah seorang janda dan ketiga orang anak perempuannya yang masih kecil dari keturunan Nabi Muhammad saw, Mereka hidup dalam keprihatinan.



Pada suatu hari, anak-anaknya menangis kencang karena sudah tidak bisa menahan lapar. Sang ibu sudah tidak sanggup membujuk mereka untuk berhenti menangis. Di antara isak tangis anak-anaknya, sang ibu menyuruh anak-anaknya untuk bersabar sampai besok. Sang ibu berjanji akan pergi ke pejabat untuk meminta bantuan.



Pagi harinya, ibu dan ketiga anaknya pergi ke tempat pejabat Tuan Hakim. Sesampainya di sana, ia mengutarakan permintaan bantuan kepada sang pejabat. Namun, sang pejabat menyuruh ibu dan anak-anaknya kembali lagi keesokan harinya. Sang ibu tidak menerima begitu saja, ia terus membujuk untuk bisa diberikan batuan hari itu juga. Ibu itu menarik tangan anaknya untuk pulang, tetapi karena anak itu tidak mengerti , mereka justru lebih kuat lagi tangisannya karena dilihatnya tidak ada sesuatu yang diberikan oleh pejabat itu.



“Tuan Hakim tidak memberi kita apa-apa, Ibu?” tanya anaknya yang sulung.

“Tuan Hakim sibuk hari ini, Nak. Besok dia akan memberikan sesuatu kepada kita,” bujuk si ibu.



Pada malam harinya, sang ibu berusaha mencari jalan untuk menentramkan anak-anaknya agar tidak terus menangis. Ia juga meyakinkan bahwa mereka pasti akan mendapat bantuan pada keesokan harinya. Walaupun tetap tidak bisa mengerti, mereka semua akhirnya tertidur dalam keadaan perut yang kosong.

Pada keesokan paginya, ibu itu pergi seorang diri ke pejabat Tuan Hakim. Sementara anak-anaknya, ia tinggalkan di rumah. Sesampainya di sana, Tuan Hakim mengelak bahwa ia telah berjanji untuk memberikan sesuatu pada hari itu. Akhirnya, sang ibu diusir dari tempat sang pejabat. Dengan rasa malu dan sambil menahan tangisannya, ia pun keluar. Ia tidak ingin menunjukkan dirinya rendah dan hina seperti seorang pengemis yang sudah tidak punya pendirian lagi. Dia tahu dirinya dari keturunan mulia, dari anak cucu Rasulullah saw yang mesti menjaga harga diri.



Ibu itu cepat-cepat meninggalkan tempat pejabat dengan pikirannya yang berkecamuk. Tak hentinya, ia memikirkan nasib malang yang menimpa diri dan anak-anaknya.



“Apa yang akan aku katakan kepada anak-anakku yang sedang menunggu di rumah? Apakah harus kukatakan bahwa Tuan Hakim itu telah mengingkari janjinya? Berilah aku jalan keluar dari kesempitan ini! Aku sendiri pun tidak sanggup lagi menanggungnya, ya Allah.”

Ibu itu mengadu kepada Allah. Ia terus menangis dan merintih mengingat kesempitan hidupnya.



Tiba-tiba, di hadapannya ada dua orang pemuda yang mendengar keluhan dan tangisannya, mereka lalu menegur sang ibu. Dalam percakapan singkatnya dengan salah satu pemuda tersebut, ibu mengetahui bahwa pemuda itu bernama Saiduq, saudagar Nasrani yang kaya raya. Pemuda satunya lagi adalah pengawalnya.



Setelah menceritakan semuanya, sang saudagar tidak pikir panjang untuk bersedia menolong sang ibu. Saudagar itu memerintahkan pengawalnya memberikan seribu dinar dan pergi ke pasar untuk membelikan keperluan sang ibu dan ketiga anaknya. Ibu itu terkejut melihat seorang Nasrani yang begitu murah hati terhadap orang yang susah dan menderita sepertinya. Meskipun dia bukan seorang Muslim, dia tetap seorang manusia yang mempunyai perasaan terhadap insan yang lain.



Pengawal Saiduq itu segera pergi ke pasar untuk membeli makanan, buah-buahan, dan segala keperluan dapur yang diperlukan, termasuk membelikan pakaian untuk ibu dan anak-anaknya. Anak-anaknya bergembira melihat barang-barang yang belum pernah dilihatnya seumur hidup. Sang ibu juga turut gembira. Mulai hari itu, dia tidak menangis lagi. Dalam tangannya, sudah ada seribu dinar yang cukup menjamin hidupnya dua atau tiga tahun lagi.

“Sampaikan salamku kepada Saiduq dan ucapan terima kasih banyak kepadanya,” kata ibu itu kepada pengawal tersebut.

“Ya Allah, Ya Tuhanku, berikanlah Saiduq hidayah untuk memeluk Islam. Berikanlah dia kenikmatan-Mu di surga!”



Sementara itu, pada suatu malam, Tuan Hakim yang sombong itu bermimpi. Dalam mimpinya, seolah-olah dia sedang berada di hari kiamat. Manusia terlalu sibuk waktu itu, masing-masing mencari perlindungan. Kemudian, Tuan Hakim dibawa ke dalam neraka. Dalam mimpinya, dikatakan bahwa semua kepemilikanya bukanlah miliknya lagi, melainkan milik Saiduq. Pada saat itulah, Tuan Hakim tersadar dari mimpinya.



`Pada keesokan paginya, Tuan Hakim bergegas ke rumah Saiduq. Ia bertanya mengenai kebaikan apa yang telah dilakukannya tadi malam? Setelah didesak, Saiduq pun akhirnya mau bercerita. Saiduq mulai mengingat-ingat. Lalu, teringatlah ia pada peristiwa beberapa hari yang lalu. Dia ,menolong seorang permpuan dan anak-anaknya yang dalam kesusahan dan kelaparan.



“Barangkali, kebaikan yang aku lakukan terhadap seorang perempuan yang mempunyai tiga anak kecil, jika tidak salah ingat,” terang Saiduq.

Kemudian, Saiduq balik bertanya perihal apa yang membuat Tuan Hakim ke rumahnya. Tuan Hakim masih termenung dan tertunduk. Wajahya seperti seorang yang sedang memikirkan sesuatu dan tampak sedih sekali. Kemudian, ia menceritakan mimpi yang dialaminya itu. Mendengar cerita itu, gemetarlah badan Saiduq.



“Tuan Hakim, sekarang saksikanlah... bahwa aku bersaksi, tiada Tuhan melainkan Alloh, Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya dan Muhammad itu adalah rasul Allah, yang diutus-Nya membawa petunjuk dan agama yang benar.”

Tuan Hakim menyaksikan keislaman Saiduq itu dengan hati sedih dan menyesal atas kelakuannya yang tidak berperikemanusiaan.



Kebaikan tetaplah kebaikan untuk selama-lamanya, walau seorang Kafir yang melakukannya tetaplah ia akan memetik balasan kebaikan itu dari Allah sang Maha Pemberi, hanya saja bentuk balasan yang diberikan kepadanya bergantung terhadap sikap dan keyakinan dia terhadap keberadaan Allah sebagai Tuhan Semesta Alam



“ Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala ( Balasan Kebaikan ) dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati “ ( QS.Al-Baqoroh :62 )



MULIA kita dengan MEMBERI, ABADIKAN yang TERSISA dengan SEDEKAH

Kiriman : Ukhti Nisa
Oleh : Rumah Yatim Indonesia

INILAH JALAN PENGABDIANKU

Katakan ya
pada nyanyi lelana khabarkan berita duka
saat mana semua menutup pintu buat hadirnya jiwa
pada suaka rasa yang tak penah diberi tempat semestinya

Katakan ya
pada suluh yang padam kerna hempasan ketiadaan rasa
saat meniti hari dilembaran waktu nan lalu,
dikotamu yang panas tak memiliki keramahtamahan apalagi rindu

Katakan ya
pada alfa yang terus saja disengaja entah apa maunya
lalu menenggelamkan semua resfect bahkan keringkerontangkan jiwa
ada tanya yang tak berjawab sepanjang pengabdianku
pada sang Agung Tribrata,
semestinya segera kusadari : INILAH JALAN PENGABDIANKU..
mempertahankan jati diri, Abdi masyarakat sejati, HAKIKINYA POLRI....

----oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham / putra fajar.-----
----(J) Pondok bambu istanaku, Rabu, 19 Des 2012. 10:13 wib.--

JIKA AKU HARUS PERGI

Jika aku pudar saat senja,
itu karena deru angin mengawali datangnya malam,
singgahi beranda kebimbangan,
meski nuansa masih temaram sepandangan mata
namun sudah terlanjur terhidang lara,
pada meja kehampaan milikku.....

Jika aku raib diujung malam,
itu terlebih karena rinai hujan menghanyutkan adaku,
sebab tak sekalipun kau beri tempat
bagi serentetan jelmaanku
dihatimu yang tandus penuh ego

Jika kita harus saling merindu,
pada canda tawa, silang sengketa atau salah sangka
maka segeralah sadari magnanya, pada lipatan sukma
sesungguhnya pendar pendar irama adalah nyata,
pada sikap tetap seadanya.....

-----oleh Drs Mustahari Sembiring sang Muham / putra fajar .-----
-----(J) Pondok Bambu istanaku, 19 Desember 2012. 09.32 wib.---

AKU PERGI



Aku pergi
mengakhiri koma dan segala tanda baca
meski tak tentu arahnya...

Aku pergi
membuat jarak menjaga hati tetap meiliki nurani
sebab jika tidak, akhirnya akan tanduskan hidupnya diri

Aku pergi
tak ada waktu buat menata maaf ataupun merajut penyesalan
kerna semua adalah jalan kehidupan
mesti kita lewati, suka atau tidak suka
melody hidup irama insani,
penegasan jati diri.....

-----oleh Drs Mustahari Sembiring sang Muham / putra fajar.-----
-----(J) Pondok bambu istananku, Rabu 19 Des 2012. 11:11.wib--

Minggu, 16 Desember 2012

DIPENGHUJUNG JALAN DIRI

Sahabat hati,
simpan maafmu dilipatan sinar mentari
sambil terus merekam tabiat diri pada nyatanya lelaku hari ini

Sahabat hati,
penyesalan bukan hikayat tetapi hakekat pada kata terucap
jika cuma menggaung seputar nurani, benarkah itu adanya
perlu juga bertanya, seberapa dalam kecewa yang menghanyutkanya
hingga melahirkan batasan pada tataran kebersamaan,
pada sisi gelap asmaramu....

Sahabat hati,
ujung malam telah mengujungi jalan diri disini
sebab esok kan kutinggalkan kotamu, bersama kecewaku
mengurai peruntungan dirantau nan baru.....

-----oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham / putra fajar.-----
-----(V) Makassar sapo terulang, Minggu malam 15 Des 2012.----

MEMBAKAR IBLIS

Sahabat yang selalu dimuliakan Allah SWT, Astaghfirullah betapa daya tarik wanita begitu sangat menggoda kaum lelaki, apalagi jika wanita itu menjatuhkan harga dirinya atau menyerahkan dirinya untuk dinikmati setiap mata yang memandangnya.

Iblis memang selalu membisikkan kepada setiap wanita agar tampil menggiurkan dimanapun dia beraktifitas hingga seluruh bentuk lekuk tubuhnya menjadi perangkap Iblis, yang akan mengundang setiap lelaki agar mau mengajaknya ngobrol berdua, jalan berdua, makan berdua dan akhirnya mengajak kesebuah tempat yang sepi dan aman berdua, disinilah Iblis memompa dan menggelorakan nafsu keduanya lalu membisikkan sebuah kenikmatan sesa’at hingga keduanya lupa akan sebuah resiko kehinaan dan dosa sesudahnya.

Siapapun kita ketika momen seperti itu terjadi pada diri kita, ketahuilah bahwa kita sedang berada di dalam PERANGKAP IBLIS, kita tidak akan mampu keluar kalo kita tidak berani membakar Iblis yang telah merasuk mengalir keseluruh jaringan pembuluh darah dan syaraf kita,

kisah kali akan membuat kita lebih berhati-hati dan waspada sekaligus agar kita tau bagaimana seharusnya mendobrak Perangkap Iblis…………..

========================================================

Rekreasi ilmiah ini dilakukan sekelompok siswi dan para guru wanita menuju salah satu desa untuk menyaksikan tempat-tempat bersejarah. Ketika bus yang dinaiki telah sampai, mereka melihat desa itu seakan terasing dari daerah lain, dan kelebihannya memang daerahnya terpencil dan penduduknya sedikit.



Para siswi dan guru mulai turun dari bus dan mulai menyaksikan situs-situs bersejarah. Mereka menulis sebagian yang mereka saksikan, dan pada awalnya mereka saling berkumpul satu dengan yang lainnya untuk menyaksikan pemandangan. Setelah beberapa jam para siswi tersebut masing-masing berpencar untuk mencari tempat yang menakjubkan, lalu berdiam di situ.



Ada satu siswi yang bersemangat sekali untuk menulis situs-situs itu dengan seksama. Tanpa terasa ia menjauh dari teman-temannya. Setelah beberapa lama para siswi dan para guru kembali menaiki bus. Karena kurangnya penataan, para guru mengira semua siswi telah menaiki bus.



Tetapi satu siswi tadi masih tertinggal di sana, dan teman-temannya telah meninggalkannya. Ketika waktu semakin sore, siswi tersebut kembali ke tempat semula. Tetapi ia lihat tempat itu telah sepi, tidak ada seorang pun selain dirinya.



Ia memanggil dengan sekuat suaranya tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Akhirnya ia memutuskan untuk berjalan menuju desa terdekat dengan harapan ia mendapatkan sarana untuk dapat kembali ke kotanya.



Setelah melakukan perjalanan yang panjang sembari menangis tiba-tiba ia melihat gubuk terpencil. Ia pun mengetuk pintu. Ternyata yang keluar adalah pemuda yang usianya mendekati dua puluh tahun membukakan pintu untuknya. Pemuda itu terkejut dan berkata, “Engkau ini siapa?”



Ia menjawab, “Aku seorang siswi yang datang ke sini bersama dari sekolah. Tetapi mereka meninggalkanku sendirian, aku tidak tahu jalan pulang.”



“Sesungguhnya engkau berada di desa terasing. Sedangkan desa yang engkau kehendaki berada di arah utara, sedangkan engkau berada di arah selatan, sedangkan disana tidak ada seorang pun yan tinggal.”



Ia meminta siswi itu untuk masuk ke gubuknya dan bermalam di situ sampai masuk waktu pagi sehingga mudah untuk mencari transportasi menuju kotanya. Ia mempersilahkan si gadis untuk tidur di atas tempat tidurnya sedangkan ia sendiri akan tidur di atas tanah di sudut kamar.



Pemuda itu mengambil kain dan digantungkan pada tali sekeliling kamar tidur agar tertutup dari arah kamar lainnya. Si siswi pun merebahkan tubuhnya dengan rasa takut. Ia pun menyelimuti seluruh tubuhnya kecuali dua matanya yang mencoba memperhatikan apa yang dilakukan si pemuda.



Si pemuda sedang duduk di pojok kamar dengan buku di tangannya. Tiba-tiba ia meletakkan buku dan melihat ke lilin yang berada di depannya. Setelah itu ia meletakkan jempolnya di atas lilin selama sekitar lima belas menit sehingga membakarnya. Ia kemudian melakukan hal yang sama terhadap semua jemarinya.



Si gadis senantiasa mengawasinya. Ia menangis tertahan karna takut jika pemuda itu hendak berbuat sesuatu dan dikira ia mengikuti aliran sekte tertentu. Keduanya tidak dapat tidur sama sekali sampai pagi.



Kemudian paginya pemuda tersebut mengantarkan si gadis samapai ke rumahnya. Gadis tersebut menceritakan pengalamannya bersama pemuda tersebut kepada kedua orang tuanya. Tetapi si ayah tidak percaya terhadap cerita tersebut mengingat putrinya sedang sakit karna ketakutan dengan peristiwa yang dialaminya.



Si ayah pun pergi menemui pemuda tersebut dan mengaku sebgai musafir, dan memintanya untuk menunjukan jalan. Si ayah memperhatikan jemari si pemuda yang keduanya di perban. Si ayah bertanya tentang jemarinya.



Pemuda itu menjawab “Dua malam yang lalu telah datang kepadaku seorang gadis cantik. Ia tidur dirumahku. Sedangkan setan mengodaku. Aku khawatir terjerumus ke dalam dosa atau ke bodohan. Maka aku putuskan untuk membakar jemariku satu demi satu, agar syahwat setan ikut terbakar bersamanya sebelum Iblis memperdayaku. Hasrat untuk berbuat tidak senonoh terhadap si gadis lebih berat rasanya dari pada sakitnya jari saat terbakar.”



Ayah si gadis kagum dengan keteguhan pemuda tadi. Beliau pun mengundangnya ke rumah. Ia memutuskan untuk menikahkannya dengan putrinya, sedangkan si pemuda belum tahu bahwa calon istrinya tadi adalah si gadis cantik yang pernah bersamanya.



Setelah ia berhasil menghindari perbuatan haram bersama si gadis pada malam itu, maka diganti dengan keberuntungan memilikinya selama hidupnya.



"Tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, kecuali Allah akan mengganti bagimu denga sesuatu yang lebih baik dari apa yang kamu tinggalkan."(HR. Ahmad )



MULIA kita dengan MEMBERI, ABADIKAN yang TERSISA dengan SEDEKAH

Kiriman : Ukhti Nisa
Oleh : Rumah Yatim Indonesia

KUYUP


Kuyup aku
diguyur hujan baru saja
kala penantianku
turut tenggelam di ufuk senja

Rindu ini aku runut
dari hulu hingga hilirnya
terbentur batu cadas
saat alir tak temui alurnya

Rinai hujan selaksa runcing menikam
hujami aku
Tajam
Tajam
Tajam

Aku obyek
Hujan subyek
Rindu predikat
Belum kudapat

Oh Tuhan
kuyup aku dikerinduan
Dan hujan
Pelengkapku di penantian
.
.
Purba sesha
Malang
16.12.2012

DOA SANG MUHAM UNTUK MEAUW CHEN

Waduh,
betapa malunya aku telah menggelar asaku yang compang camping ,
seakan beban begitu berat menindih kehidupanku,
bahkan jumawa meratap dengan segenap kecewa,
seakan jalanku telah terbelah,
hatiku telah terkoyak...

Dihadapanmu sahabat ,
aku seperti tak punya nyali,
apalagi jika kusandingkan dengan berdiriku yang masih kokoh setegar karang, sementara berdirimu terhuyung huyung memperrtahankan satu persatu nafasmu,

Duh sahabat maafkan aku yang tak tau diri,
berlagak mati mati ayam,
itulah aku...

Dari dasar jiwa yang pernah dibawa ke alam baka,
kuhaturkan hormat dengan segenap rohku
didukung rohul kudus kupatrikan doaku ,
laksana mantera Pandawa Lima melebur sukma mewadahkan harkat,

Duhai Pangeran elas Asih,
ulurkan tangan kuasa MU mentahbisklan setiap jengkal tubuh saudaraku,
kembalikan jati dirinya, pulihkan pundi pundinya,
seperti Engkau mengembalikan seluruh milik Leluhurku Ayub...
mampukan dan menangkan dia senantiasa pada setiap detik perjuangannya...
diatas segala galanya itu, ampunilah dosa dan noda kami,
agar dilayakkan sebagai Pewaris Sorgamu...Amin....

---oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham / putra fajar.-----
---(V) Makassar sapo terulang, Minggu malam 15 Des 2012.----

Sabtu, 15 Desember 2012

BUKAN KUN FA YAKUN

.
Kunikmati telunjukmu, atasku
darimu sang pengetuk palu
.
Titahmu pada surat kuasa
dakwah aku yang tak dosa
.
Lihai kau berkilah
vokal 'U' kau rubah 'A'
.
saksiku hilang
tersapu, terseret rumpun ilalang
.
dan sekali lagi kukatakan
kunikmati telunjukmu, atasku
.
Namun
kau bukan pencipta embun
tak pantas bertitah Kun Fa Yakun
.
.
by: purba sesha
Malang

CERITA DAN RASA


Derita pernah kita rasa
Tawa pun pernah kita cerna
Dalam hidup ada satu drama
Yg disebut alur cerita

Lakukan dan lakonkan
Dengan rasa dan perasaan

Sesal adalah warna
Yg lukisi jalan cerita kita
Asa juga warna
Sabagai tujuan sebuah cita-cita

Rasa ada sejuta kata
Sejuta bahasa dalam satu kata
Rasa itu luas seluas semesta

Rumusnya ~>
Anggaplah rasa adalah warna
Dan semua warna itu indah

Tangkap rasa dg indra
Lalu cerna dg sempurna
Karna semua rasa
Berasal dari Dzat yg MAHA SEMPURNA
.
Jika kita mampu mencerna semua rasa
Maka semua yg kita rasa, kan terasa indah
Karna di stiap rasa ada lentera
Yg mampu sinari sang penikmat rasa

Maka keringkan air mata
Karna cerita baru berjalan setengah
Tutup lembar kelabu
Awali dengan judul baru
"S E M A N G A T"


-selayang pandang-
admin purba sesha

JIKA SAJA


Jika saja
sistimatika waktu,di awali pagi,siang,sore,malam lalu subuh
dibaca dengan gaya bahasa Arab,
...apa masih bisa kita menulis cerita, sajak atau puisi intuisi
dilintasan kekacauan akibat langsung dari persoalan sepele ini
belum lagi akibat ikutan dari akibat sebelumnya

Jika saja
kita bisa bertukar peran menyeluruh jangan separuh separuh
supaya masih tetap terjaga,
apa kita masih mungkin saling berinteraksi ,menghanyutkan diri
pada lingkaran nurani disisi gelap asmaramu,
meski sejak mula kita tau akhirnya

Jika saja
tak kuabaikan nasihat jangan terikat
barangkali dendammu tak semerah lipstik dibibirmu
membuat mabukku tak habis habisnya,
hingga harus rebah diselokan depan rumah.....

----oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham / putra fajar.-----
----(I)Makassar sapo terulang, Sabtu dinihari 15 Desember 2012.-

JIKA HATI KITA MEMBATU

Ketika waktu tak lagi bersahabat,
kita berada pada patahan kebimbangan
melangitkan dugaan dugaan,
...bahkan mengarah pada tudingan mematikan,
lalu satu persatu rencana direka,
diluar logika.

Tak ada lagi sentuhan rasa,
mengering didaun cemara patah rantingnya.

Saat angin kehampaan menghentakkan bawah sadar,
terpana diri pada kenyataan sesungguhnya,
entah bagaimana menggambarkannya.

Cepat cepat merapikan diri lalu benghindar entah kemana,
itulah kita.

Padahal saat mata rantai mengering disudut daur jiwa,
sesungguhnya telah kita biarkan hati kita membatu,
melupakan kodratnya.

-----oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham / putra fajar.-----
-----(I) Makassar sapo terulang, Jumat siang 14 Des 2012

KEBERSAMAAN TERKOYAK


Sahabat hati,
saat merajut benang telah usai,
mestinya selembar kebersamaan tergelar indah,
apapun warnanya.....

Sahabat hati,
kita melewatkan hening yang berkecamuk pada bahasa diam,
barangkali pun tanpa harap yang lahir sebagai rasa,
maka bekulah nuansa, padamlah jiwa,rebah dilanda kecewa...

Sahabat hati,
gayung tak bersambut saat kita mengeraskan hati
membiarkan retak jembatan jiwa, kita terpedaya
lena pada ego yang terus membakar bahasa....

Sahabat hati,
maafkan ketidakmampuanku menjahit sobeknya kebersamaan
dibatas malam ini, kita berdiri didua sisi berbeda
sebaiknya kubawa langkahku menjauh darimu, sejauh mungkin....

-----oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham / putra fajar.-----
-----(V)Makassar sapo terulang, sabtu malam 14 Des 2012.-------

KUHENTIKAN LANGKAHKU DIKOTAMU

Bagaimana harus kukirimkan kata,
selaraskan rasa pada degup jantung berirama renta....

Barangkali bahasa tubuhku isyaratkan kecewa,
agar tak keruh suasana pada lipatan waktu tersisa,
mengapa terus saja menghidangkan lara,
sepertinya tak ada tenggang rasa,

Kuhentikan langkahku dikotamu,
kutitipkan catatan terbengkalai
notakan saja sebagai ketidakmampuanku......

Selamat malam perangkai jiwa sepi
sayang sekali payung telah robek patah tangkainya
tercecer dijalan berdebu peta jiwa......

-----oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham / putra fajar.-----
-----(V)Makassar sapo terulang, Sabtu tengah malam, 14 Des 2012.--

Kamis, 13 Desember 2012

WANITA IDAMAN


yang hatinya dibalut taqwa
kepada ALLAH,
yang jiwanya penuh penghayatan
trhadap Islam,
yang sentiasa dahaga dengan
ilmu,
yang sentiasa haus dengan
pahala,yang solatnya maruah
dirinya,
yang tidak pernah takut untuk
berkata benar,
yang tidak pernah gentar
melawan nafsu,
Wanita idaman lelaki ialah,
yang menjaga tutur katanya,
yang tidak bermegah dengan ilmu
yang dimilikinya,
yang sentiasa berbuat kebajikan
kerana sifatnya yang dermawan ,
yang mempunyai ramai teman,
dan tidak mempunyai musuh
bersifat syaitan,
Wanita idaman lelaki ialah,
wanita yang menghormati ibunya,
yang sentiasa berbakti kepada
kedua orang tuanya dan keluarga,
yang bakal menjaga kerukunan
rumahtangga,
yang sabar mendidik suami dan
anak-anak mendalami agama,
yang mengamalkan hidup penuh
sederhana,
kerana dunia baginya adalah
rumah sementara menuju akhirat,
Wanita idaman lelaki ialah,
yang sentiasa bersedia untuk
menjadi insan yang hakiki,
yang hidup di bawah naungan Al-
Quran dan sunnah nabi,
yang boleh diajak berbicara dan
berdiskusi,
yang menjaga matanya dari
pandangan duniawi,
yang sujudnya penuh kesyukuran
dengan rahmat Ya Rabbi,
Wanita idaman lelaki ialah,
yang tidak terpesona dengan
buaian dunia,
kerana dia mengimpikan syurga,
di situlah mahligai impiannya,
dialah WANITA IDAMAN LELAKI
seadanya....

:: smoga ^_^

Oleh : Syarifah Jamella Khan
Jakarta

MENUNGGANG DETIK TINTA DAN PENA


dan..
Juga seperti tuturan kata yg tercuat disekejap waktu semalam
seberapa jauh.. ? dan seberapa lama.. ?
Dan...
Tetaplah ini tak kan pernah terjawab dr soal yg diajukan

aku hanya sebuah nama nama dr segumpal hati yg membara
hanya.. lapisan keropeng dr kehitaman hati
hanya.. sebuah fiksi yg cukup terbaca dg rangkaian maya dn itupun bila kau mau

kadang menjadikan kebencian dalam imaji
sebuah lepitan lepitan yg tak dapat ku urai dalam nyata
tak dapat ku hantam dg kepalan tangan
dan ku lahirkan disini...
Jiwa jiwa yg pernah merobek langit
jiwa jiwa yg akhirnya melepaskan tangan tangan kecil dr buaian yah...
tangan tangan kecil

Oleh : Yulia Aulia Anggraeini
Tangerang

HARAPAN TAK BERLALU


melawan arus awan,yg hari ini slalu ingin menggumpal hitam..berlari,menjauhi sang bayu yg merayu tuk ajak ku ujung waktu.
terambing di lautan keputusasaan,tanpa arahan ke segala tujuan..hanya kebosanan sejauh pandangan,tanpa ada yang menjadi halangan.
terdiam,tertahan,kaki ku langkahkan di persimpangan jalan..kiri bujuk merajuk ku kepada silam,kanan merayu sayu kepada kenyataan.
dan di depan,indah ku artikan sebagai ujian kehidupan penuh kelokan..tapi,rintangan bukan tantangan!
hanya keadaan ku kembalikan kepada harapan sbagai arahan..

Oleh : Syairlendra Arai
Cimahi,Jawa Barat

AMAL YANG TERMUDAH

Sahabat ,tidak sedetikpun Allah lengah, istirahat, bermalas-malasan seperti kita apalagi tidur, Allah senantiasa memperhatikan setiap perilaku kita, sebutir atom kebaikan ditempat yang amat sangat tersembunyi pasti akan terbalas dengan berl
ipat-lipat, sebutir atom maksiat dan dosa yang kita lakukan di tempat yang tidak satu mata manusiapun melihat juga pasti akan terbalas sepadan dengan perbuatan itu, berbahagialah kita yang senantiasa sadar akan pengawasan Sang Maha Melihat dan Maha Meliputi segala Makhluk.

Kisah dibawah ini , memotivasi kita untuk beramal shaleh walau itu kelihatan kecil dan remeh.

=========================================

Tak Ada Yang Sulit, Walau Kita Bodoh



Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan.



Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.



Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.



Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya."



Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa.



Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.



Sekarang ia sudah meninggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

"Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya."



Sahabat ,tidak sedetikpun Allah lengah, istirahat, bermalas-malasan seperti kita apalagi tidur, Allah senantiasa memperhatikan setiap perilaku kita, sebutir atom kebaikan ditempat yang amat sangat tersembunyi pasti akan terbalas dengan berlipat-lipat, sebutir atom maksiat dan dosa yang kita lakukan di tempat yang tidak satu mata manusiapun melihat juga pasti akan terbalas sepadan dengan perbuatan itu, berbahagialah kita yang senantiasa sadar akan pengawasan Sang Maha Melihat dan Maha Meliputi segala Makhluk.



Namun kita juga diberi kesempatan untuk berbuat Maksiat, ah masa ? ya, tapi dengan syarat, syaratnya gak banyak kok, Cuma lima saja, apaan tuh ?



Pertama, jika kita ingin melakukan maksiat kepada Allah, maka janganlah kita memakan rizki-Nya, lalu dari mana dong kita makan ? Bukankah semua yang ada di bumi ini rizki Allah? Nah itu dia, pantas gak setiap kita lapar dan haus lalu makan Rizki dari Allah sementara kita selalu melanggar perintah-pertintah-Nya





yang kedua, kalau ingin bermaksiat kepada-Nya, maka janganlah kita tinggal di Bumi-Nya, waduh lalu kita tinggal dimana dong ? ya silahkan saja tinggal di plnet lain, mana mungkin ? nah itu dia, masa kita bisa bersuka ria diatas Bumi Allah kita gak mau melaksanakan Perintah-perintahNYA ?



yang ketiga, kalau masih ingin bermaksiat juga, mau makan rizki-Nya, juga mau tinggal di bumi-Nya, maka carilah suatu tempat yang tersembunyi dan tidak dapat dilihat oleh Allah, mana mungkin Allah tidak melihat kita ? Allah Maha Melihat tak satupun makhluk di Alam Semesta ini luput dari penglihatnNYA.



Ok, masih ingin berbuat maksiat ? ini syarat keempat, Kalau nanti Malaikat Maut datang hendak mencabut ruh kita, kataka kepadanya, "ntar dulu dong, aku masih ingin hidup. Aku ingin bertaubat dan melakukan amal sholeh" . wah mana mungkin malaikat maut mau mengabulkan permintaan kita saat itu ? makanya kita harus baik-baikin malikat-malaikat tukang lapor dan tukang catat, supaya kalo malaikat Maut datang mereka ikut menjemput dan mengantar kita ke Alam yang lebih Indah



Baik, masih ingin berbuat maksiat ? ini syarat yang terakhir, Kalau nanti Malaikat Zabaniyah hendak membawa kita ke neraka di hari kiamat, janganlah kita mau ikut bersamanya, Waduh, mana mungkin tuh Malaikat membiarkan kita yang jelas-jelas masih berlumuran dosa dan maksiat melarikan diri dari Neraka ?



Gimana ? berapa menit sih enaknya maksiat ? yang halal lebih nikmat dan menenteramkan kok cari yang dilarang ? Ok kita sudahi sampai disini saja maksiat kita, kita perbanyak istighfar mohon ampun Allah SWT. Percayalah Allah SWT selalu merindukan kita KEMBALI kepadaNYA.


Kiriman : Ukhti Nisa
Oleh : Rumah Yatim Indonesia

MAAF, BOLEH NUMPANG SHOLAT ?


Sahabat yang selalu disayang Allah SWT, bersyukurlah kita jika hingga detik ini kita masih mampu mempertahankan keislaman dan ketaatan kita beribadah kepada Allah SWT, karena ternyata tidak sedikit diantara kita yang karena pertarungan hidu
p yang begitu sengit saat ini dan hanya ingin maraup DUNIA yang tak seberapa ini, kita rela meninggalkan ibadah dan melupakan Allah Sang Maha Pemberi segala kebutuhan kita.

Padahal ketika ketaatan kita beribadah telah mewujud dalam indahnya perilaku / Akhlaq kita, maka Allah sangat rindu menunggu kita meminta sesuatu padaNYA karena DIA sudah ‘tidak tahan’ ingin memberikan Hadiah Istimewa kepada kita.

Kisah kali ini memotivasi kita agar segala bentuk ibadah yang kita lakukan mampu membuahkan keindahan perilaku yang membuat Ajaran Allah SWT ini makin mempesona…………

================================================


Terkadang untuk menyampaikan sebuah kebenaran tidak perlu ceramah dan retorika. Tutur kata yang santun dan perilaku mengesankan dapat membuat seseorang simpati lalu jatuh hati.



Ubaid adalah seorang pegawai. Belasan tahun sudah Ia bekerja di sebuah bank swasta. Orangnya jujur, rajin dan taat beribadah. Agama baginya bukan hanya di masjid dan dinikmati sendiri. Namun agama menurutnya adalah dakwah, berbagi dengan sesama sehingga nilai dan sinarnya dapat dirasakan oleh orang lain.



Ubaid beruntung karena mendapatkan fasilitas KPR dari kantornya. Dua minggu sudah ia mencari-cari rumah yang sesuai dengan plafond kantor dan sesuai pula dengan keinginannya. Allah Swt. menunjukkan rumah yang sesuai untuknya di sebuah bilangan di Ciputat - Tangerang Cirendeu tepatnya.

Ubaid menceritakan kepada istrinya rumah yang baru saja dilihat. Sore itu Ubaid berjanji untuk mengajak istrinya untuk melihatnya sekaligus meminta persetujuan atas rumah yang dimaksud.



Setengah enam sore, Ubaid dan istri berangkat dari rumah menuju Cirendeu. Baru separuh jalan, terdengarlah kumandang azan Magrib. Mendengarnya, Ubaid berujar kepada istrinya. “Shalat Magrib kita numpang saja ya di rumah yang mau kita lihat!” Istrinya pun mengiyakan usul Ubaid.



Ubaid dan istri sampai di rumah itu. Pemilik rumah menyambut mereka dengan seulas senyum. Mereka dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu. Dalam pembicaraan yang mereka lakukan, Ubaid dan istri mengetahui bahwa ibu pemilik rumah adalah seorang janda usia 50 tahun lebih beranak dua.

“Berapa Bu rumah ini mau dijual?” Tanya istri Ubaid kepada pemilik rumah.

“Saya mau lepas dengan harga 300 juta,” sahut pemilik rumah.

“Gak bisa kurang?” Tandas istri Ubaid.



“Itu juga sudah murah... Kemarin ada yang tawar 260 juta saya gak kasih,” jawab pemilik rumah.

Mendengar itu Ubaid dan istri menjadi paham bahwa harga yang diinginkan pemilik rumah, namun plafond dari kantor untuk Ubaid hanya Rp. 250 juta. Ubaid dan istri saling berpandangan. Budget mereka tidak sesuai dengan harga rumah yang diinginkan.

Ubaid melirik jam di pergelangan tangannya. Masya Allah! Waktu Isya sebentar lagi tiba, padahal Ubaid dan istri belum shalat Magrib...



Ubaid lalu berkata kepada pemilik rumah, “Ibu, boleh kami numpang shalat di sini?”

Mendengar kalimat itu rona wajah pemilik rumah berubah drastis. Tampak kebingungan dan sedikit tegang. Ubaid merasakan hal itu, ia pun meralat kalimatnya, “Kalo gak boleh shalat di sini, masjid yang terdekat di mana ya?”

Kalimat ini pun menambah kekikukan bagi pemilik rumah, dan ia pun menyergah, “Masjid jauh dari sini!!!”

Ubaid pun menjadi bingung atas sikap dan jawaban dan pemilik rumah. Dalam hati ia menduga kalau-kalau pemilik rumah bukan seorang muslimah. Namun Ubaid dan istrinya harus segera shalat Magrib, ia pun berujar, “Kalo gak boleh shalat di dalam rumah, bolehkah kami shalat di teras?”



Merasa terdesak, pemilik rumah akhirnya mengizinkan. Maka jadilah Ubaid dan istrinya shalat Magrib di teras rumah. Tanpa alas apa pun sebagai sejadah mereka.



Usai shalat, Ubaid dan istri melanjutkan pembicaraan dengan pemilik rumah. Tidak berlangsung lama, mereka pun berpamitan. Sayang malam itu tidak ada angka yang disetujui oleh mereka, baik oleh Ubaid dan istri ataupun dari pemilik rumah. Masing-masing bertahan dengan harga dan uang yang mereka mau.

Malam itu akhirnya gak ada angka yang pas pemilik rumah maunya 300 juta, padahal Ubaid hanya boleh ngambil KPR maksimal Rp. 250 juta



Namun keanehan luar biasa terjadi. Keesokan paginya, ibu pemilik rumah menelepon ke HP Ubaid, Ubaid bercerita bahwa pemilik rumah itu bertanya lewat pembicaraan telepon pagi-pagi sekali, “Pak Ubaid, saya nelepon cuma mau tanya, apakah setiap rumah yang hendak bapak beli harus disembahyangkan dulu?!”



dahi Ubaid sempat berkernyit, dan bertanya-tanya dalam hati “Maksudnya apa, ya ?”



“ maaf, bukan begitu ibu, saat itu kami berdua belum shalat Magrib padahal waktu Isya sudah hampir masuk, jadi apa yang kami lakukan adalah sebuah kewajiban bukannya untuk menentukan rumah itu cocok atau tidak!” Ubaid menjelaskan kalimat yang ia sampaikan kepada ibu pemilik rumah.



“Tapi Pak, entah kenapa usai Bapak dan istri pulang saya kok merasa cocok dan menjadi tenang hati saya, makanya pagi-pagi ini saya langsung menelepon ke HP Bapak,” ujar Ubaid menceritakan



Lebih panjang Ubaid bercerita bahwa ibu itu mengaku sudah hampir 30 tahun tidak pernah shalat sejak ditinggal oleh suaminya dan harus membesarkan kedua anaknya. Hidupnya panik dan sulit. Ia harus bekerja dan mencari nafkah. Duit dan duit yang ada dalam kepalanya, dia lupa sama sekali untuk menyembah Allah.

“Sekarang, ibu itu tidak kurang 3 kali dalam seminggu pasti menelepon atau berkunjung ke rumah saya. Dia mau belajar menjadi muslimah lagi katanya,” Ubaid menjelaskan



“Rumah itu sudah kami beli darinya. Harganya pun amat menakjubkan! Jauh dari dugaan kami semula. Kami membelinya dengan harga Rp. 220 juta saja!!!” Tambah Ubaid.

“Lebih hebatnya lagi, sampai sekarang rumah itu baru separuh kami bayar. Bukan karena keinginan kami, tapi keinginan ibu itu!!!” Tegas Ubaid.

“Kok bisa begitu?”



“Dia bilang bayar saja sisanya kalau saya sudah merasa puas belajar ibadah kepada Pak Ubaid dan keluarga!” Ubaid menutup kalimatnya sambil tersenyum.



Subhanallah, kisah ini begitu berarti buat kita yang mendengarnya. Terkadang bila ibadah sudah mewujud dalam bentuk indahnya akhlak seseorang, maka simpati dari sesama akan terbit dan menyinari kehidupan yang kita jalani. Ternyata, semuanya menjadi makin indah dengan ibadah!!!



“ Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji (kejahatan) dan munkar (anarkis) “ (QS.AL-Ankabut:45 )



MULIA kita dengan MEMBERI, ABADIKAN yang TERSISA dengan SEDEKAH

Kiriman : Uhti Nisa
Oleh : Rumah Yatim Indonesia

Selasa, 11 Desember 2012

AKU TANAH LIAT NISTA

Slamat pagi Tuhan,
milik segenap ada dan tiada
simpul hidup makhluk berwujud pun tak berwujud
alfa-omega hidup dan kehidupan..

Kupahami kuimani hadir MU pagi ini
saat ujung akalku sedangkal pandangan, rasa dan logika
acapkali telah ditahtai kroni kroni penguasa neraka
masih saja berani mengukur berkat berkat MU

Congkaknya diri,
jumawanya hati,
lupa jati diri
ijinkan kurebahkan jiwa raga diujung kasut MU

Betapa tak pantasnya tanah liat nista ini :
pada setiap tikungan hidup kuteriakkan kesusahanku,
pada setiap jalan menanjak kuberkeluh kesah putus asa
menghadapi seonggok rintangan kumenghujat hebat,
menerima ujian pencobaan aku tak ikhlas...
betapa mulutku tak pandai bersyukur,
padahal nikmat hidup kereguk bebas hari ini...

Ampunilah aku , Gusti Pangeran Welas Asih
mampukanlah aku terus melangkah yakinkan iman
sepanjang karmaku dihidup dan kehidupan
dalam suka maupun duka
panggung besar dunia fana...

----oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham/putra fajar.-----
----(I) Makassar sapo terulang, senin pagi 10 Des 2012.--------

RENDA CINTA KITA

Kita adalah sepasang cinta
Jika setiap ingkar selalu ada kata setia
Niscaya rindu tak akan batu
Dan tak akan menemui kesepian yang piatu

Kita adalah sepasang kekasih
Sepasang cinta kasih putih
Dengan hati ku menerimamu
Pun dengan sungguh ku merawatmu

Ada dan tiada dirimu
Ikatan ini tetap satu
Tetap terjalin seluas nafasku
Nafas cinta yang kan selalu untukmu

Akaankah..........
Kita seperti sepasang pipit
Berjalan diatas reranting takdir
Memilih menetap pada dahan yang sama
Dan selalu meraya cinta

Oleh : Widya Hapsari
Jakarta

Minggu, 09 Desember 2012

AMARAH YANG MURAH

Hasrat mati, semua kaku dalam diamNYA
manusia saling berbantah
berebut ambisi disepanjang waktuNYA
lantas anak-anak jadi sandera di depan pertokoan
atas nama gengsi ohhh…. caci maki
memotong urat nadi budipakerti

Rasa malu berceceran diwajah nurani
keluguan beronani menikmati kematian
dikuburan tanpa wangi bunga
hanya mantra usang yang kian kumal
terlontar pada waktu ktika mau
memanggil raja mabuk dimeja pesta
ya roch kalimat MU kian kabur lari dari benderang

Amarah berseloroh
menjajakan cinta
menjual kasih
ohhh tuhantuhan karbitan
ohhhh nabinabi rombengan
silahkan mati dialtar kesunyian
dan aku hanya mampu diam
menikmati adaNYA

Oleh : Putra Pengembara
Bantoel, Yogyakarta