RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Senin, 23 Desember 2013

Kumpulan Puisi Srimasta Sinulingga-SENYUMAN TERAKHIR

SENYUMAN TERAKHIR

Masih terbayang senyuman terakhir yang terlukis beku disudut bibirmu
Masih tergambar jelas dimataku sisa-sisa derita dipelupuk matamu yang terpejam sendu... Kaku...
Lidahku kelu diam dalam rindu...

Ibu..... Ibu..... Ibu.....
Jeritku dalam sesalku
Ibu..... Begitu cepat kau tinggalkan aku
Ibu..... Aku anakmu yang satu belum sempat membahagiakanmu
Karena kebodohanku... Tangisku...

Begitu singkat,serasa baru kemarin aku duduk dipangkuanmu
Serasa baru kemarin kau seka sisa susu dibibirku
Bodohnya aku,tak menghiraukan senja yang mulai terlukis diwajahmu...

Ibu.....
Kukecup keningmu
Kupanggili namamu
Kudekap erat tubuhmu
Kugenggam erat jemarimu
Ibu..... Maafkan aku... bisikku
Tapi kau tetap diam membisu
Beku...
Aku terpaku dalam tangisku, membatu...
Ibu..... Maafkan aku...
Yang tak sempat membahagiakanmu
Karena kebodohanku...

By:Srimasta.S

------------------------------

UNTUK SANG PENGUASA HATI


Ku ketik lagi beberapa huruf yang sudah sangat akrab dengan jari-jemariku
Kumulai dari sebaris kata
Menjadi sebuah kalimat
Yang akhirnya menjadi sebait ungkapan hati
Dan kini menjadi puisi
Untukmu... Sang penguasa hati

Sebelum kukirimkan puisi ini
Telah kubaca pula dengan teliti
Beberapa kata mungkin sedikit tak berarti
Bila tak kau gabungkan dengan bisikan nurani
Namun inilah ungkapan hati
Kutitipkan di halaman ini
Untuk kau baca dan kau pahami
Kau... Sang penguasa hati

Sebaris kata kau baca
Sesungguhnya seribu makna terucap disana
Bila kau tak salah mengeja
Duhai... Sang penguasa hati

Kata-kataku sederhana
Cukup mudah memahaminya
Bila dengan hati engkau membacanya
Wahai... sang penguasa hati

Akh....... Sudahlah..........
Untuk apa pula aku memaksakan diri
Terserah.........!
Bila kau perduli kau pasti memahami
Yang pasti,terciptanya puisi ini hanya karena engkau yang selalu merajai hati...

By:Srimasta.S

----------------------------

BALADA SANG PENGEMBARA


Sejak aku menapakkan kaki dilereng bukit pagi itu
Aku berharap telah mengerti semua bahasa-bahasa isyarat dari bisikan semak belukar,yg seperti sengaja mematahkan ranting-rantingnya
'Tuk peringatkan diri
Beribu kemungkinan mungkin terjadi...

Dan aku pun berlalu saja,hanya kudengar bunyi gemeretak ranting patah saja,tak kubaca bahasa bibirnya yang menganga...

Ternyata,tak sesederhana bisikan gemeretak ranting-ranting kayu patah...
Apalagi waktu itu kembang-kembang berduri pun turut pula menarikan tarian dusta diantara tangisan dedaunan yang jatuh berguguran...
Hingga tak begitu jelas ku dengar,bekal apa saja yang harus kubawa...
Ataukah aku yang sengaja mengacuhkannya...
Andai aku menyempatkan diri membaca bahasa bibirnya...

Kini,senja hampir tiba...
Aku lelah...
Aku letih...
Aku tertatih-tatih...

Masihkah ini jalan yang tepat...
Ataukah aku telah tersesat?

By:Srymasta.s
Medan,Sumatera Utara






ANTARA CINTA DAN DENDAM


Bila hati tak ingin lagi dibujuk..
Pasti kalbu pun 'tlah enggan merajuk

Bila mata tak ingin lagi mengutarakan duka..
Pasti jiwa pun telah membeku terselubung kesumat belaka..

Jangan..
Jangan biarkan ku pendam rasa..
Ijinkan..
Ijinkan aku mengungkapkannya..
Berikan aku waktu
Berikan kesempatan
Agar dapat ku bagi rasa ini denganmu

Jangan kau diam Janganlah membisu
Agar tak kusimpan kesumat di kalbuku..

By:_SRKS_dari_relung_hati_terdalam..





AKU KECEWA


Dimanakah berujung.....?
Kecewa ku ini.. Kutanyakan pada sang bintang, sang bintang diam membisu..
Kutanyakan pada sang rembulan, sang rembulan pun sembunyi dibalik awan kelam..

Bertahan.. Rapuh.. Dan usang, mungkin segera terbuang..

Hanya kecewa..
Tak pernah terjawab mengapa..
Hanya terluka..
Tak pernah ku temukan pengobatnya..

Kapankah.. Kapan.....?
Dimanakah berujung.....?
Tanyaku pada sang air mata.. Namun tak pernah dijawabnya pula..


----------------------

Mengapa..?

Tengah teriknya mentari siang ini, kau seolah memperlambat jalanmu..?
Semakin kutunggu,semakin kau begitu.
Mengapa..?

Mengapa kau begitu..?
Sedangkan kau tentu saja tau, sebentar lagi senja menghampirimu,lalu menjelangku..
Tidakkah sebaiknya kau berjalan sejajar denganku..?
Oh.. Mengapa..?
Mengapa kau begitu..?

Bila kau tak inginkan lagi berjalan disisiku, sebaiknya kau melaju..
Percepatlah langkahmu, berlarilah didepanku..
Karena aku,takkan pernah meninggalkanmu, dibelakangku..

Dan.. usah kau tanyakan mengapa aku begitu..
Karena kau tentu saja tau, aku memang begitu..

Aku.. Kau.. Tau mengapa begitu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar