RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Rabu, 26 Februari 2014

Kumpulan Syair Dion - MENCURI BADAI

MENCURI BADAI
Oleh : dion syaif saen


aku menemukan badai bergegas menyust kedalam buaian dan pelik
mencekik, menggoda, serta mengacuhkanku.
terkidung nyanyian bisu, lama tertelungkup
aku dibinasakan pada badai dari Surga

pemujaku pergi
perias berhenti membagi bunga
sebab musim sudah berubah kebuah
entah lembaran surat mana kubaca semalam
dari kepingan kepingan air matanya
merisau, mendesak, menggugurkan laman laman biru

semalam mencuriku ketempat ramai
desir, menggegasku, dari wujud yang tak kukenali
aku ditembaki dengan mata kelopaknya yang basah
aku disemayamkan dalam kekaisaran Bumi tapi aku ragu semua telah direkayasa
subuh aku berhenti menaiki bulan, sebab dia juga kadang enggan
semantik ricok-recok pemanggil angin, dan mengundang laut menggemuru
berdiri dibatu karang dengan telanjang
mengusir camar-camar, dan menombak ikan-ikan yang bergerak kebebatuan

tabahlah malam, tibalah seruan, datanglah hujan angin
menembus bengal-bengal manusia yang seadanya mentasbihkan
yang sepele mengggapai mimpi. yang diam sekuping tidur
dalam mimpi mimpi buruknya, sebab binasalah kehidupan
dalam takjup seadanya, dan dibiarkan angsa berpatuk dengan angin
membiarkan savana diinjak dan diberaki
dipaksa bulan untuk purnama
disuruh anak anak memakaikan gaun pemuja disakral jemawah perempuan
berkulum bibir bibir merahnya yang serasi

bersumpahlah malam yang mencuri kita
dikelemahan benci, ditelungkupkan dagunya
menatap kuning mata kesucian penakluk hati
sejak bunda dirusuk sepi
sejak awan menggelayut
saat mereka melipat surat-suratku
dan menuduh kelamin dan perjalanan itu sumir dan meracau

aku menemukan badai bergegas menyust kedalam buaian dan pelik
mencekik, menggoda, serta mengacuhkanku.
terkidung nyanyian bisu, lama tertelungkup
aku dibinasakan pada badai dari Surga

pemujaku pergi
perias berhenti membagi bunga
sebab musim sudah berubah kebuah
entah lembaran surat mana kubaca semalam
dari kepingan kepingan air matanya
merisau, mendesak, menggugurkan laman laman biru


----------------------------------------------------


Zaman ini sudah edan, Bahkan orang bertindak saja sudah tak bisa jujur,harus berpura-pura mengasihani diri sendiri.
Respati dibuat tersentak,alis matanya terangkat,

Dan orang tua melanjutkan kalimatnya"semakin banyak orang tak mengenal dirinya sendiri, tak sadar benar dan salah, tak tahu mana cinta mana benci ragu ragu dalam bersikap, dan cendrung menilai orang lain.

------------------------------------------------------


SUKU DAN KATA YANG MUSLIHAT
Oleh : dion syaif saen


seperti ingatanku
sebelum kutiup sepuluh lembar kurir anak anak suling
gaunku patah, lembayun buruk rupa berjidat
ada kencing diperutnya yang bunting
bagai pemadat
kurus kering dan keriting ditepi tembok berculah badak yang culas

sama seperti busur tak bermata
mendadak lumpuh, da menjadi lunak
tanda kucing mencari tikus, lalat bermesraan
lembut sungkan bagai merak, sisa ekornya memajang ampuhnya kesombongan
lantas siapa yang kupertanyakan?
kaukah yang bergeliat pesona
atau memaerkan pusar besar yang bergulung bagai kecubung?
atau kepala kepalan besar, yang mudah kurayu dan dianulir semua kesaksian?
atau rambut semar, dan ikat kepang yang menjual senyumannya?

seperti bayangan dan ingatanku
kutemui anak jadah si sito srengnge yang dia abdikan dalam lukisan katanya
atau sibuah hati pesihir muslihat, yang kencing berdiri
atau juga mungkin, sanak yang kini berubah kisanak? yang bertameng
namun sibuntal berkencan dengan meniduri putin puting materialistik
yang juga diam diraba dan diremas buah ranumnya

persis disuatu hari dan bulan , ingatanku pulih kembali
kujelajah nalar dan merunut kenari yang berbulu mata lentik
menyaksikan kening dan jidat jidat yang berkhotbah
melihat mata lelaki yang juga sama dengan lelaki pengecut yang bersembunyi
sama seperti perkutut yang kentut lalu sembunyi
ahh" dikau peringai bualan busuk mencabutku, dan berserabut
tercabut, dan terkepung oleh ingatan-ingatan anak manusia yang pernah kau benci

sama dengan mata picis dan picing yang berbeda
sama dalam laku, dari suku tertentu, dan kata yang muslihat



---------------------------------

kakak seniman yah?
bukan
kakak aktivis yah
juga bukan
terus,,hemm saya tahu biasa pakai tas dan selalu bergairah setiap hari
pasti kakak salahs atu LSM yah?
ahh kau ada ada saja menilai,,,,,

terus kaka apa dong....dia bertanya manja
saya bukan seniman, namun lebih memilih menjadi bagian diantara dan disebut seprti itu, dibanding yang lain..!
kenapa?,,dia nyorocos lagi.
sebab seniman lebih pengecut"
astaga!" sambil ditutup mulutnya dengan jemarinya yang mungil
kenapa kau kaget,,?
bukankah seniman begitu jujur?
yah lebih jujur dari yang kau sebutkan"
terus kenapa kakak bilang Lebih pengecut kalau jujurjaki pale? dia mulai menggoda
yah," dia menangis dengan jujur, dia berkata dengan menyesuaikan, meski dalam situasi yang palsu," tidak seperti mereka, yang berkabut dan abu abu


------------------------------

SECANGKIR LUDAH - LUDAH BERHALA

Oleh : dion syaif saen


kau marah?

tidak...

lalu?

hanya saja

hanya saja apa?

namamu heroik, terlalu puji ale"

salahkah?

tidak"!

terus harus kulebur kebencian, keinginan, kejujuran dengan bungkam?

tidak juga!"

lalu selama aku hidup, apakah yang menjadi kemuslihatan?

banyak"!

diantaranya?

kau sudah tahu!"

tidak,"

kau sudah kenal

tidak"

kau sudah mulai sama sepertiku"
lantas siapa yang kau maksud?
dia ada diselilingmu'

aku...."( diam membingkai kisah, dalam kayu jati yang halus bermotif)

perlukah kuhadiahkan disudut gerai rambutmu dengan mahkota mutiara?
tanpa kuseka bulan yang pecah, oleh ranting ranting sifat
ada danau disengarai ujung jalan berbatu dan bertanah merah
anak angsa memajang lehernya kembali minta diajari terbang
namun picisan naluri anai anai mengajaknya lari kehutan, berandai disana ada sepasang Kadal yang hendak mencengkram sayapnya

dongeng pinta sibuyung
ingin mendengar serak suara ibunya
seharian mengasihi bumi dan hamba TuhanNya
menambat hati suaminya, untuk selalu menyanginya
tanpa tahu disana ada rias rias baru yang di ceritakan
bahwa sepasang angsa bergairah lagi ingin kawin diatas rumput

banyak kemuliaan, banyak retas retas buai perpisahan
dan buah kelenjar keterikatan yang telah pernah ada
dikisahkan dalam cerita anak manusia
saling mengasihi, dua sifat yangberbeda,,lalu diam menutup malam dengan luka

bergairahlah perempuan saat perutnya dielus ada jaban bayi yang bergerak lincah
buah kenikmatan yang sakral, dan memicing matanya
saat tubuhnya dtindih lutuh dan kecup liar seorang laki-laki yang mengibaskan bibirnya diseluruh kujur tubuhnya.

larik larik di ujung jemari, merusuk membutir sebab tertumpah kebencian
ada etika yang salah, ada perumpaan yang menggumam sekedar, lalu tertelungkup
antara kematian berujung di lidah lidah dan mata pisau sorot dari tuan dan empuh, serta mereka yang mengenal batu nisanku. aku masih ada dikerumunan, dari lubuk hati yang pendemdam, antara nalar yang berpersepsi kerdil.

akulah Bumi dan lauatan merah menggelora
akulah kesumat kecewa yang terlantar
dari badik badik kemuliaan sampai kepengecutan yang berakal

akulah bulan yang memisahkan cahayanya, meski dulu aku menuduh bulan pucat dan menipuku. gusiku berdarah, gairah bibirku masih merekayasa bibir lain yang pernah kulumat pasrah, sambil kubisikkan memcing ditelinganya,"kita nikmati separuhnya"
kau bukan ritual kusanjung,
kau adalah mata pisau, dan bedil yang mencekam berdarah dingin
mereka berfantasi taksalah, kepang perawan aku mudah jatuh dipelupuk dan betisnya yang berbulu. aku tahu mereka merias pujian secanteng gundik kepalsuan
sapalah Bumiku yang bertanah gembur dan merah

ada sajak liar yang membiusku
aku namakan sepekan bersama Tuan" nasib sudah melebur menjadi alur
sisanya cerita manis dan kenangan biru.

andai saja kau tak malu, berteduh denganku, simpanlah kemungkinan
dalam catatan, dan lipatan kertas surat surat yang pernah kau baca dari tinta daun kemuning, dan tetaplah bersamaku.

dongeng picisan, mulai banyak menamakan dirinya
safir dirubah dan digubah kafir
lekaslah keberanda, disana aku menikmati sepotong kisah
dan secangkir ludah-ludah berhala

sampai juling dan sumbing bibir-bibir msulihat membayar cerita kuno
dan sejarah tergelapaknya badik berubah menjadi tumbuhan liar yang tak berasal

akulah cecar mawar, demi timpalnya kemanusiaan
sahut siburung gagak pertanda kematian
dari arah jiwa, dan rekayasa ummat, yang berbudaya sekali menipu
terhadap diri sendiri, atau timpalnya naluri dasar dasar berpikir
yang juga bodong, dan melempar pandanagannya ditepi danau yang payoh
setelungkup dagunya. barulah terasa


-------------------------------


ANAK KECIL ITU " INGIN MEMBUNUHKU "
dion syaif saen


perempuan masih makan sirih
lelaki tampan mengggauli sisa perawan yang berhijab
mana mungkin kutelaa satu satu sorot mata yang sempurna
aku takut melebur sama lelaki berduit, menggemgam jemari kulit mulus
ada wejangan dini hari, cerita suling berlubang enam
menaiku anak tangga dan nada berkisahlah seorang parawi
seorang perempuan yang pandai, namun tak punya tutup katup mulut yang cempreng

toh masih berkisah sekitar wilayah sisi lain perempuan
biru matanya
cerdas keningnya, bagai burung perkutut selalu disiuli lelaki bujang dan bersuami
gaunnya merah berkilat, membakar amarah pria jomblo bahkan yang sudah bercerai
menangislah seoarang perempuan" tersungkur sadar, menumpahkan keluhnya
menambat Kasih Tuhan, yang tiada terperih, ada geliat kebencian, dan sesal tiada akhir, bagai mutiaranya lepas di rebut diatas ranjang kesenangan kaum pria yang berduit, kelihatan wajahnya bersih, atau mungkin berpura pura mengibuli atas nama Cinta, dan kemudian berselisih sepi dengan istrinya.

aku menegenal banyak sisi perempuan yang bergairah, bahkan sampai yang tak bisa apa-apa,,tat kala cumbuan menerkammnya, dia memejamkan mata, menerka dan merekayasa alasan untuk menolak, tak ada daya untukmu, tat kala busung dada dan rumus jitu lelaki menggapai bukitmu yang bertepi sepi jua,,kau bergairah meminta kini
untuk segera jemarinya menggilir kebentuk yang lain.

aku mengagumi perempuan
aku begitu empati
simpatik, saat dia tersenyum, dan kesempurnaannya dengan mata yang berbeda dengan mata lelaki, bibirnya yang dipoles merah dan ranum. pinggulnya yang bahenol, mengabari kaum-kaum singar dan bengal dari sekaum lelaki yang bersekongkol.
setiap mengedipkan matanya, satu cairan berhamburan
saat desahnya, seribu anak anak air suci menabur sia -sia
saat mengunci selaputnya. sejuta pesona kenikmatan menumpah, bergulung bagai ombak tiada henti. sampai sekuat karang keimanan, sisa pepasir yang berserakan diantara tubuh-tubuh yang disektekan.

lalu,,lantas perempuan marah saat membaca ini?
atau membentuk kekuatan menyerangku,,? dengan tuduhan,
atau fitnah yang kejiwaan?
sambil menyusun rencana seperti perempuan yang satu kukenal, membuat pernyataan senonoh dan norak? atau sep[erti perempuan yang berikutnya, membunuh subyektifitas,dan privasiku? sambil menggemggam batu cadas dan culas
melemparkan ke-kemaluanku? atau mengabari sedunia,,tentangku?

lantas apakah semua membenciku, saat geram membacanya? atau sesaat saja melihat tulisan ini,,lalu membuat persepsi berbeda dengan perempuan berikutnya yang saya kenal mulia, dan santun, mampu memahami, walau tak secerdas, kaidah kaidah perempuan yang bersahaja dalam balutan yang bergairah, tanpa kenari yang menghiburnya? atau salah menuangkan pilihan mata membacanya,,,lalu kemudian pergi meninggalkan dengan kebencian dipostingan ini? satu lagi perempuan tertipu"

aku tahu, subyektifitas itu ada
terkirim kabar dari surat pembaca
bahwa, aku dihiasi kelenjar kelemahan yang hidup tanpa arti, dan belum bisa dipertanggung jawabkan,,lama aku terdiam.
semerbak parfum menembus lubang lubang keseluruh darahku
namun kutepis kabar angsa yang menggerakkan sayapnya perlahan bisa terbang
agar bisa menyeberangi kekuatan badai didanau tipuan yang mereka buat

lalu tiba tiba seorang anak kecil menghmapiriku
kakak" lalu siapa perempuan yang begitu menambatkanmu disisi lain kemuliaan seorang perempuan yang kau tuliskan begitu sumir dan aku tak mampu menterjemahkan dengan apapun,,hanya dengan menangis,dan marah ingin membunuhmu"


------------------------------

PESAN UNTUK JAGAD
Oleh : dion syaif saen


kelak jika aku pergi, jangan menolehkanku, dan letakkan matamu diujung pisah
agar aku bisa terbebas dari tuntutan rindu dan kenangan.

saat air mata menegurku, maka jangan butirkan segeralah menyekanya
sebab aku terlalu cengeng dan takut sebuah perpisahan yang abadi.

jangan menangis, tersenyumlah
antarkan aku diatas pusara Tuhan yang akan menuntunku bersamaNya
dan jangan sekali lagi,,,menangis
sebab akan menjerumuskanku pada ujung neraka yang kekal

tinggalkan lara
hiasilah dengan senyum, dan jangan menyesali sesuatu yang pernah kutiriskan
jadilah kekuatan untuk mereka yang mencintaiku. dan agar juga cepat melupakanku
agar luka hati, dan kehilangan tidak terlalu lama.

jika kupinta maukah kau?
membacakan syair syair cinta yang kucatat pada setiap lembaran yang romantis?

aku mulai takut, dengan sesuatu yang akan membuatku sendiri sepi
aku mulai ragu dengan air mata, dan tangis kepergian
tersenyumlah untuk jagat dan mereka yang pernah menghiasi hari-hariku
berbagilah Cinta dan ajaklah mereka untuk kembali pergi dan jangan menoleh ketempat ku yang sisa melati, mawar dan sejuta kenangan yang tertimbun

tersenyumlah untukku

-------------------------------


Pesta-pun dimulai, lentera malam diawali dengan kembang api
ritual tradisi dikaki gunung dekat Hutan dibakarkan dengan kemneyan syahdu, memadu kemelut duri duri kemustahilan, serta kerasukan Roh-roh yang berseliwrang, mengitari jiwa anak manusia.

satu persatu Topeng", dibungkus daun talas, dan diletakkan secara berjejer diatas temayan, agar lebih kelihatan lebih msitis, didekatnya dikeliling kain merah dan kuing,,dan duatas kain putih. selangkah lagi, para kurawa dan pendatang dari berjubel Negeri dan kampung mencari mentor dan para pemahat handalnya, menandai topeng topeng mereka akan di pakaikan. siapa sebenarnya pemahat apik yang berwibawa dan mampu menjadi jawara dan menaiki sisi anak tangga disebuah tempat penyimpanan topeng topeng sebelumnya. tahun kemarin di jwawarai oleh seorang kerabat dari Kampung seberang danau, melewati jembatan penyeberangan, atau naik ojek, sudah sampai,,sekarang diperhalatan kali ini siapa gerangan yah" perbincangan salah satu warga, yang setiap tahun hanya menonton, dan hanya bisa mencela, lalu diam diam kentut saja seberangan.

topeng topeng dirias, ada berbagai bentuk, semacam watak-watak dan tabiat yang memesan. sesaat para pendamping (pemahat Topeng ) serta pemiliknya, masing -masing duduk bersila, sambil membacakan mantra masing-masing.

"Pesta Topeng tradisi tahuanan, mulai digelar. Konon ada banyak kejadian saat Topeng dirias dan dipakaikan, para pemiliknya kadang lupa diri. dan menjadi pribadi lain," suasana makin ramai, pengunjung berdatangan, ada yang duduk, berdiri, dan jongkok dipinggiran berbentuk bundaran. janur dan berbgai kain warna warni dibentang. belepotan MC apa adanya membuka Opera Topeng kayu yang teritual secara Mistik dan penuh khidmat.

satu persatu peserta memajang diri dengan topengnya, sebagai pelumas, ada juga beberapa peserta tradisi topeng kayu, membelinya dengan ahrga yang setara dengan mobil mewah,ada juga sampai standart saja. Bulam malam mengisi cahayanya, alam menerpa angin, menyeka rambut dan nilam-nilam pusaran bumi yang berpesta. karunia alam memesona, cuaca begitu mendukung malam ini, semoga hujan tak membuyarkan kegembiraan pemuja topeng malam, ini, biar kusaksikan topeng mana yang beranjak retak dan pecah, atau menjadi pucat, ataukah menjuara pentas ini, yang sebelumnya juga tanpa sadar saya pernah memprotesnya ke Kepala Dusun dekat ngarai dan perbatasan hutan kampung tetangga sebelah. " berbincang kembali dengan temannya yang matanya kini terhuyun kesalah satu peserta, membiarkan do"ding memangu dungu, bicara sendiri, ahh" belum menarik untukku, tunggu peserta paforitku, mereka mengadu peserta bagai menyabun ayam kampung yang bertaji tajam, berapa taruhannya? saya akan menang malam ini dengan peserta pilihanku yang berada dekat janur sudut kanan yang berdiri dekat seorang Jagoan mantra." iya....sahut temannya, Tunggu sampai peserta yang satu yang lagi menatap tajam, kegairahan malam, dekat cahaya bulan. Ok" mari kita sama -sama menyimak pesta ini. " sambil duduk manis diantara kerumunan penonton yang kakinya berdebu.


Karya : Dion Syaif Saen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar