RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Minggu, 23 Maret 2014

Kumpulan Syair Dion Syaif Saen - KAU DAN MEREKA SAMA KITA SERUPA


aduhai yang punya mata indah
alirkanlah disekujur lisanku yang bergagap
tanda lelakiku mulai berfungsi

amalkanlah sejenak sejarak kuku-kukumu yang terketus
dijemarimu yang halus, bagai penari zaman yang beradab gemulai

mataku terusir, lemahkan sepinggul dari lekukan
aku terbunuh dik,,,maka kurebut kainmu,agar kulihat secara sempurna

apa???.....aku binal?
bukan,,,,bukan maksudku ingin menyuluh lelakiku
aku hanya ingin tahu seberapa ingin seleraku,,!
maaf jika kutempati ruang matamu yang binar
dan mencoba menggodamu,,,,,

kau jahat!
kau masih saja disela kelenjarmu
dan membiarkan sobekan diatas betismu membasahi paha dan rambutmu

kau jahat,,,membunuhku dengan perlahan
kenapa justru kau hadir? di cabutinya bulu-bulu sepiku
antara kemuning dan selera maniak yang rakus dan bermata palsu
segumpal darahku mulai terbentuk alirannya berhenti tercekat, terdeketsi ingin muncrat, bergairah makin membahana di ubun-ubun dan kelaminku
sampai naluriku hilang, lupa kekuatan abadi Tuhan memusnahkan kepengatahuanku yang dangkal. terhadap keindahan yang sesaat namun menyesatkan.

kau jahat membiarkanku terguncang
kau,,,,mendekatlah
berilah tanda,,,sebelum aku berani membujukmu
hingga kita sama-sama merasakannya

apa???.....aku binal?
bukan,,,,bukan maksudku ingin menyuluh lelakiku
aku hanya ingin tahu seberapa ingin seleraku,,!
maaf jika kutempati ruang matamu yang binar
dan mencoba menggodamu,,,,,

aku hanya memuji dari bentuk mata dan alismu serta dagumu
namun naluriku beradu dengan otak disyarafku mulai kewalahan
ingin kesudut yang lain, dan Prakk,,plakkk,, kau menamparku?
dan menindihku,,menggulum bibirku, membasahinya. dengan terhuyung aku mencoba menganulir kembali,,membantu melepaskan gaunmu
dan menegurku gumamku,,"Inikah yang kau inginkan?



 KAU DAN MEREKA SAMA KITA SERUPA
Karya : dion syaif saen


manusia itu terdiri dari sejumlah elemen
maaf jika kutunda sejenak, dan kutinggalkan satu sisi kemanusiaanku
kurasakan getarannya, medesakku untuk berhenti sejenak

melewati ubun-ubunku
menghukum sisa tubuhku yang tersisa

kemudian suruhlah aku memunguti daun-daun dari tubuhku
yang kering dan basah oleh linta-linta lidah
aku tak pandai merayu
tak mampu berdusta, namun juga sering berbohong
membohongi kata hati terutama

sambutlah tanganku dari lubang-lubang persembunyian

seperti cacing kepanasan, memuncah ketubuh yang lain
atau bagai Tujuh penghuni Gua yang tertinggal selama tiga ratus Tahun
bersama binatang kesayangannya yang menjadi ubur-ubur nilai semata

sepadan rembulan, aku menyusun, dengan kerikil-kerikil. atau batu nisan yang menanti namaku dipenggal dan dipahat.

antara pedang samurai, kehidupan didarah musi mengalir
sampai kehilir muara pantai laut tertandas, berbinal, dan berair duka

batasan manusia, hanya melerai, mencermati, seiring kekuatan matanya
seraya mengambil Hikma ditutup awan yang bergincu merah pandai"!

kau dan mereka sama
seperti jiwa yang labil dan pandai
kita diselipkan dalam satu waktu,,lalu kita menangis bersama-sama

kau dan mereka sama
seperti bola api menggelinding
kita diantarai amarah yang mengusir kebaikan dan kebenaran

kau dan mereka sama
menabur kerinduan dan bunga Cinta
kita berada pada titik kelemahan yang kalap

kau dan mereka sama
mengusung keranda kawanmu sambil tersedu mengisah tentang hidupnya
kita melupakan sebuah pelipur, dan menikam sepandai musuh yang lihai

maka kubujuk ragaku untuk menyatu bersama jiwa
yang kini lama tercecer dan tertinggal di buai ayun dunia yang bersiasat



INI………DI DEPAN HIDUNGMU
Oleh : dion syaif saen

jerit ini
luka sepetang hari
duri yang membengkakkan jemari
letaknya tak jauh,,,di sekelililing banyak tabur tanaman paku culas

pekik ini
duka hari, lupa diri
lama mendongo' dan jadi jongos
letaknya tak jauh,,,dia adalah aku dan kau

pelor ini
lubangnya menganga
seperti menguapnya disela malam yang suntuk
letaknya tak jauh,,pukul 02 dini hari kita tergadai mimpi dan hari esok

petikan ini
dawainya suram, berkarat
selemah gemulai pemantik asmara
letaknya tak jauh,,,kekasih sama dengan dawai, kelak dia akan kusam
dan tak berbuai dawai dawai dan denting yang parau lalu jenuh, ditinggal lara dan tangis. sesal kemudian Cinta meracaui

nyanyian ini
badai, dan sumpah perlawanan terhadap kaisar sekalipun
atau penglima berlaras senapan bedil propaganda.pecahlah ketuban ibu
perintah dilaksanakan,,,dibuang percuma, Cita-cita,,ditiang gantung merana duka harapan hari pagi dan senja, hampa.

tangis ini
bagai serbuan pasukan, namun mati diujung tombak pemisah keadilan
letaknya tak jauh, dia sudah didepan hidungmu
-------------------------------------------

mencuri kainnya
menyobeknya, menghasutnya, membuatnya tergurai lemah
binalnya terbusur, sangar ditelanjanginya sesudah kematiannya

manusia sekelilingnya sekitar kepekaannya, hanya membius dan membantunya menata, tempat pergumulan yang mulai digeneralkan

berkelahi, dan terguras benang benang kainnya, sampai jatuh terseungkur mendengkur dan belutut, ingin mengibah, dalam bejananya
dia tergempar oleh sandiwara, dia terkepung, wajahnya mulai merah, makin dijambaki, makin ditarik, entah kerangkeng mana di mulai, kepercayaan mulai saling mencurigai, saling menghujat, menghukum secara sosial, lalu diam diam kita dipanah dari ujung busur panah yang berdarah.

langit kelam, air hujan mencuci muka dan kakinya yang tak terawat
debu mendeburkan, mendamaikan, tanah bergairah ingin menjepit kemaluannya, atau busur mengancam diselangkangan mereka biasanya sembunyi selendang putri yang juga menyisakan Kutang dan celana dalamnya bermotif bunga warna ungu' kenduri pecah, mata lelaki menembus kelembutan sebuah pembaharu,

terbunuh satu perawan dan terhujat satu badut yang dulu bertengkar dengan kerusuhan jiwa dan adab. dia bersamanya semalam kini. mengisi bagan bagan tubuhnya dengan saling memeluk, mendekap, memerahi lesung pipinya, dan lekukan leher, rambutnya jatuh dipundak, sambil dibelai, dikecup, dimusnahkan semuanya,

kemarahan, kebencian, keresahan
mulai tumbuh diakar-akar rumput liar
mereka berkelahi kembali, menghujat, memmamerkan, dan melemahkan
dia menarik benang dinadinya dia ikat, dan ditarik sekuatnya dia telah terpisah oleh raganya.

 


 BULAN, DAN PEREMPUAN MENANGIS
Oleh : dion syaif saen

seperti perempuan itu, bergaun,
berharap semua kembali bersemayam
tanpa setetspun ketuban Ibu berpisah dari ari-ariku
ataukah kelembuatan sendu bulan merasakan
tanpa merekayasa air mata

pelangi, peristiwa warna
sepekan, menjadi kekasihnya
perempuan dan bulan sama mengisahkan kesempurnaan Tuhan
namun Bulan merias dengan mencoba menipuku
sama pada gaun perempuan, yang ditutupi celah dagunya berharap aku ingin berada pada sisi kehidupan bersamanya
ataukah menjadi sesuatu yang akan melengkapi kehidupan ini
Bulan tak pandai mengasihi
namun bulan berpetuah
berharap kesucian, namun menolak takdir
atau merias langit semesta dengan rona sendu kelabu
kau bersabit
bulat, kadang juga purnama
atau sesekali gelap, diantara labirin yang kutawarkan secercah
bulan dan perempuan menolak untuk itu.
hanya dengan menangis. dan merasa lemah
dan pasrah, seperti bulan dihantui badai laut dan langit
bulan pelengkap pemanis semesta ini
bagai perias dan memeanjakan cakrawala, dari bumi yang suka takjub
dunia yang sering dikemih, dan di tunggangi
seperti perempuan, hanya membathin, menegur dengan mata
menyaksikan tubuhnya yang sintal, dan berjalan kearah lelaki
perempuan berbalut sutra,
seperti kupu-kupu selalu merasa ingin keindahan
atau melengkapi dirinya dengan pilihan Cinta dan kebaagiaan
sejujur semesta dengan fenomenanya, tapi dia berpura-pura
antara kelamin dan tubuhnya
kesumat apa yang membuat bulan menagis?
dan perempuan menadah nampan separuh hati dan jiwanya!
dan kembali merubah air matanya menjadi nirwana dan kristal
seperti warna sayap kupu-kupu, dan bentuk kelopak bunga
dengan apa bulan mengadu
dan perempuan bergaun berandai lelaki pujaannya
namun linangan perpisahan berkenduri duka dan lara
sepinang awal hari, dia dipisahkan, sementara Cinta yang dipahaminya
hanya sebatas di ujung lidah, dan kemuning yang tak berdaya terkulai
setipis gaunnya perempuan menadah kelnajr bulan yang sepi
sama dengan bulan, perempuan menyisir rambutnya yang lurus
sekedar menghapus dan melupakan Cinta yang dipilihkannya
seperti perawan menunggu pecah di ujung malam yang tanpa bulan
warnaya [udar
tubuhnya jatuh, sebutir kembali membulir
membantah adat, mengambil diarynya pada kisah lelaki yang bersamanya,
\anara Bulan mengusir angin dan badai subuh yang bergeming diatas tubuh perawannya. disaksikan dan ingin turun melengkapi malam perempuan yang berdiri ditepi jendela menunggu takdirnya


Dion Syaif Saen
Bantaeng, Sulawesi Selatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar