RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Jumat, 18 April 2014

Kumpulan Puisi Tok Laut - SAJAK SANG NELAYAN BUAT ANAK NEGRI PESISIR


TOK LAUT
dalam
CELOTEH CUCU SANG UMAR BAKRI


Kakek....
Aku tahu ...dulu kau terpaksa berkelahi dengan waktu
karna jatah beras catu yang kau dapatkan
membuat pikiran mu terbelah dan melelahkan
Namun senjata kepedulian yang kau miliki tetap membuatmu
terus berjalan , bertahan, menempa anak negri jadi teladan.
Baju sapari lusuh yang dihiasi jaitan siksak memang sajak
potretmu yang melukis lukisan pahit dan getirnya
lintasan realitas hidup yang kau hadapi.
Gaji sebulan memang hanya cukup untuk seminggu di makan,
kadang itupula-lah yang membuat anak tertuamu terpaksa mengalah
terhadap adik-adiknya jika dipenghujung bulan tepat di jam makan malam.
Mungkinkah sepeda tua dan tas kulit serta onggokan sepatu koyakmu
yang tetap diabadikan Ayah di tempat koleksinya diruang khusus disamping kamarku
yang menjadikan Bung Iwan Fals menyerumu bersama sahabatmu sebagai UMAR BAKRI
Kakek.....
Di buku harianmu yang pernah kubaca......disana tak kutemukan sertifikasi
apalagi dan Bos dan anggaran dana rutin dari negara .......namun aku heran.....malampun kau merenda hidup dengan menghibahkan waktumu untuk anak didikmu ....
Ditanganmu tak pernah ada I-pad dan black barry.
Chatting adalah dunia yang tak pernah kau kunjungi meski lewat impian kala itu
, karna pensiunanmu saat ini juga setara dengan gajimu dulu...
Yang paling mengherankanku dan menjadi kebanggaanku....kadang kau tersenyum bahagia mendengar kabar GAJI GURU NAIK LAGI, padahal kau tak ikut menikmatinya lagi......Aku bangga sekali padamu, komitmenmu mutlak dan setia pada komunitasmu...
Mungkin kau memiliki kartu sukarela
dan nomor anggota ikhlas dari pendiri negri ini ya kek...
Kek...aku bangga pada mu
Aku cukup bahagia lahir dari seorang ayah putra dari seorang guru
Di mata ku kau adalah sosok ayah pahlawan yang tak berhenti berjuang
sampai menghantar mereka ke masa depan
dan kadang langitpun kau gulung untuk mereka anak-anak mu

Dari : KAMAR PUISI
IKATAN KELUARGA BESAR PUTRA PUTRI GURU INDONESIA






SAJAK SANG NELAYAN BUAT ANAK NEGRI PESISIR


Meski kita tertatih
diatas jalan takdir yang hina
dalam kegetiran hidup
kita mendekap dalam asmara

cinta yang kita bawa
dari singgasana jiwa
tetap kita pajang bak bunga mawar merah merona

kita hempang kegetiran hidup
meski diguyur hujan air mata
kita harus terus terjaga
mengusir mimpi buruk kita

wahai sayang...buah hati sibiran tulang
kaulah monumen cinta yang terus kami pajang

TOK LAUT
Dari : SAJAK ANAK SERAMBI TANAH PADUKA





PUISI SUFY
Renungan dan buah pikir TOK LAUT



Puisi adalah bahasa jiwa
Puisi adalah makanan qolbu para Sufy
Oh ...Para penyair...
Yang melihat kita dari sorga keabadian
Yang datang menghiasi mutiara pikiran
Yang tak mampu ditindas keganasan zaman
Puisi juga lingkaran cahaya
Yang mengelilingi setiap makhluk
Dan meluas dengan perlahan
Memeluk semua yang ada
Betapa indahnya engkau bumi
Dan betapa luhur keta’atanmu pada cahaya
Dan betapa mulia ketundukanmu pada matahari
Monument imprastruktur yang terpajang
Di atas pelataran bumi pantai ini memang indah dan megah
Dan kulihat menaramu menatap bintang gemintang
Yang terus tersenyum padamu.........
Namun belakangan ini kau diselubungi bayangan
Yang bertopeng ketidakjelasan
Memang imprastruktur yang kau bangun takkan bermakna apa-apa
Tanpa pondasi moral yang mengakar dan mendasar
Akhirnya........ aku berfikir
Untuk mengarungi lautanmu
Dan menjelajahi sungai-sungai mu
Serta mengikuti anak sungai yang kan kurenda
dan tempa bersama ruh jiwa
Aku mendengarkan keabadian yang berbicara disana
Melalui air surut dan aliranmu dari sang waktu
yang menggemakan nyanyianmu
diantara ombak-ombak di pasir putihmu
Betapa sejuk nyanyian Fajarmu
Dan betapa parau pujian-pujian senjamu
Cinta yang kau hidangkan
Adalah anggur yang di hidangkan
Oleh pengantin sang fajar yang kemarin telah pulang
Yang tak mampu menguatkan jiwa-jiwa rapuh
Yang akhirnya tak mampu menurunkan bintang gemintang
Akhirnya kau menjadi kesempurnaan kesunyian
Yang mengungkapkan rahasia-rahasia
Keterjagaan ruh-ruh yang tak pernah lahir disyurga
Anak-anakku.......
Kerut di wajahku
Bukan menggambarkan kekhawatiranku
Tentang masa depanmu
Sorga telah kuanyam untukmu
Namun bukan berarti pintu gerbang itu setiap saat terbuka untukmu
Tanpa kunci makrifhatullah kau genggam
Dengan cengkraman penuh makna di hatimu
Anak anakku......
Jangan terlalu kau umbar senyum
Tatkala kegembiraan itu datang hari ini
Dan jangan kau umbar tawa
melihat kepuasan yang sesaat
Ingat....
Tepi jurang yang menganga
Ada pada kedalaman tak terhingga
Ku sajakkan di hadapanmu
Syair rindu yang melolong ke Lathifathul Zat-Nya Ilahirobby
Agar pembangunan jiwa yang kokoh dan Abadi
Terpatri di jati dirimu
Kuajak kau berlingkar diatas permadani Syurga
Memuja illahiyat-Mu
Agar syurga itu turun ke bumi milik kita
Kurantai silaturrahmimu dengan tasbih milikku
Agar Mata rantai jiwamu mengikat kuatnya bangunan
Yang tak pernah ada di duniamu
Sajakku adalah monumental jiwa
Yang akan mengitari poros bumi jagat raya
Yang menjadikan pembangunan karakter tiada tara
Untuk melaju kencang menggapai cita-cita
Bagiku
Daripada berdiam dirumah yang megah
Dengan struktur pondasi jiwa yang rapuh
Lebih baik bermukim dirumah cahaya
Dengan jiwa raga yang tak tercela
Dan bersila di tahta kekuatan jiwa tiada tara
Ya...Allah....Ya...Robby....
halaman demi halaman buku kehidupan itu
telah kusajakkan kepada mereka
keindahan bahasa puisi
kemegahan bahasa prosa
adalah metafora global sajak monumental jiwaku
yang ingin ku-wasiat-kan padamu
agar terlahir putra putri pengemban mimpi
yang melebihi Imam Al Khazaly
Aku melihat bulan purnama menampakkan diri
Dan membentangkan pakaian peraknya
Menghiasi temaran bibir pantai kita
Menyelimuti serambi kotaku tercinta
Berpayung panji islam melindungi uri tambu tanah paduka
Enam ribu enam ratus enam puluh enam ayat
Membangkitkan ruhku dan ruhmu
Mewakili napas kita
Menyalalah sukmaku
Menentang jendela kalbu yang suka cita
Tarian samudera diujung tanjung yang kau lenggangkan
Adalah sebuah perenungan yang harus kulegitimasi
Sebab kenduri cinta yang kau bangun
Adalah pondasi jiwa yang kini kau bawa pulang
yang dulu pernah hilang
Aku siap menentramkan ombak laut
agar kita temukan gerak batini
dan kita masukkan dalam naluri
agar samudera kalamullah itu
bermukim di hati dan jiwa anak negri
Cinta adalah cahaya gaib yang kau pancarkan
dari inti yang membakar jiwa
dan menyinari sekeliling tanah serambi kota kita
sehingga memungkinkan kita
merasa hidup laksana mimpi indah
diantara keterjagaan yang satu
dengan keterjagaan yang lainnya
Esok ... kita akan meliris puisi cinta itu
Memasuki sebuah kota yang sudah mandiri
Karna kita secara bersama sama akan merenda bendera fajar
Dan fajar yang kita bawa bersama
akan tuntas membelai mentaari
Menjadikan kota ku..kota kita
sebagai kota Al Quran yang sejati
Ini adalah puisi sebagai mewakili rakyat kita hari ini
Ini juga sebuah perenungan dan philosopy
Serta lintasan peristiwa yang harus dicatat masyarakat kita saat ini
Kota ini adalah penggalan firdaus
Selagi inisiatifmu dalam anggukan simpati
Dan terus berpacu membentang permadani
Bersamamu akan kugenggam gugusan bima sakti
demi martabat anak negri
dan restuku tetap terpatri dalam jati diri yang hakiki
malam panjang yang melanglang buwana
adalah ujian yang akan kita lalui bersama
kunobatkan dengan hati
menyongsong pajar berdewangga
keluh cemas kan kita tepis
sebagai isyarat tak kan ada duka kabung
ambillah jerih payah kepakiran
dan ruh kesabaran yang bercampur dengan kelemburan pikiran
aku berupaya untuk menambahkan rasa tawaduk dan khusuk
yang kita akan aduk dilesung taubat dan khudhu
basahilah semua dengan air mata takut
dan letakkan di tempayan rendah diri kepada Allah
nyalakan dibawah api tawakal
dinginkan dengan mawaddah
aduklah dengan istiqfar
sampai tampak tanda tanda taufiq dan ketenangan
aku akan tetap setia mengaemban seruan kalian berdua
untuk tetap menambahkan kekuatan iman
dan rasa takut kepada yang rahman
berkerja menampik badai
menggulung amukan samudra
menancapkan tiang lancang
yang kalian amanahkan kepadaku
Ya Allah
Nuh kan perahu kebudayaan masyarakat tanjungbalai
karena engkau guru maha agung
yang mengajarkan kuatnya ke indahan dan indahnya kekuatan
Kalian adalah penglihatan dan ketajaman ku
Kalian adalah pengetahuan dan impian ku
Kamu adalah keindahan yang singgah dalam mataku
Kerinduan dalam hatiku
Keabadian hidup dalam jiwaku
Kami saat ini memang sedang memperoleh pengalaman dan padangan
Sebentar lagi impian ini akan mencapai kesempurnaan
Takkan ada lagi mata hari yang bernoda
Dan bintang pudar bagai bulan gerhana yang terhimpit dosa
Ya Allah..........
Muhammadkan keharuman hati ikhlas kami semua
Yang telah bersusuah payah keluar dari lorong gelab
Sikap jiwa dianggab maya
yang kalian liris dan rintis
akan kami jaga bersama
dan kalian lah soqo guru
dari santri- santri tanah pesisir
yang di ukir takdir hari ini
Ketika kalian telah gebyarkan zikir
Pada jagad roh serambi tanah paduka
Kalian telah sejukkan sukma
Sapa’an cinta yang kalian miliki
Menjadi hadiah takdir yang tak bisa disangkal lagi
Kamu adalah penglihatan dan ketajaman cara berpikir kami
Kamu adalah pengetahuan yang datang
Kamu adalah keindahan yang singgah dalam mata kami
Kerinduan yang terjaga dalam hati kami
Keabadian hidup dalam puisi hidup insani
Sebuah angin yang tenang tanpa prahara
Yang ditempatkan sang waktu
Didalam telapak tangan sang ruang
Kami memang penyair diantara senja dan cahaya fajar
Ya..Allah..
Kami berusaha memasuki Ilahyat-Mu
Kami mengerti...
Hamba dilangit dan dibumi bertasbih kepadamu
Berikan Kami kemampuan
Untuk memasuki ruh batini
Hingga ke Lathifhatul Zat-Mu
Agar Kami kukuh meladeni terbatasnya mata batin dan akal
Kenyataan pada hari-hari kami saat ini
Ya ..Allah..
Berikan kami kerangka ruang dan waktu
Dalam menjalani kewajibanku
Sebagai hamba dan khalifah dibumi-Mu
Jika akal pikiran kami kisruh
Anugerahkanlah pelita-Mu
Kalau perasaan kami resah dan buntu
Taburkan daya penjernih-Mu
Apabila makrifat kami buta satu sama lain
Pinjamkanlah cahaya-Mu
Agar tanggungjawab kami sebagai penyair
Mendapat ridho-Mu
Ya..Allah..
99 nama-Mu bergelora bak proton dan elektron
Di Lathyfhatul qoby kami
Terimalah doa dan pinta kami

KOOR

GEBYARLAH ZIKIR KITA DAN MEMBAHANA PADA JAGADNYA
SEJUKLAH SUKMA KITA MENYELIMUTI JIWA JIWA HAMPA
SANG MAHA ZAT AKAN MENATIH TANGAN-TANGAN KITA
MENUJU SINGGASANA ZAT-NYA

Wasalam
SYAMSUL RIZAL,SH
alias
TOK LAUT
Art Institute of Empowerment Coastal Community
Tanjungbalai City



------------------------

69 tahun adalah umur yang boleh dibilang sudah cukup tua, mungkin ubanpun sudah memutih dikepala 'serta batuknyapun kurasa jarang mereda hingga terus menerus menghiasi malam-malam panjangnya dengan gelisah 'sehingga Ia pun jarang menikmati tidur nyenyaknya,

Nah..apakah nasib bangsa kita dari sekian banyak masyarakat kita masih senasib dengan ujurnya umur merdeka yang tertera...

Sajak penuh liang luka yang diukir pahlawan kita adalah hadiah tiada tara yang seharusnya terus kita kawal dan jaga, namun seruskah kita...atau sucikah niat kita meneruskan perjuangan merekaa, atau hanya sekedar mengumbar cinta picisan bersama kegiatan serimonial kita, atau cukup hanya dengan menabur bunga dimakan mereka.

Kita melihat para veteran perang 45 menjadi penyapu jalanan dipinggir trotoar, digusur dari rumah sederhana yang pernah dipinjamkan, dijatah beras raskin..

Veteranku, pejuangku yang masih tersisa ' aku yakin kau takkan meneteskan air matamu karna itu, karna sampai saat ini aku masih yakin bahwa kamu adalah negarawan-negarawan sejati.

Syukurlah ditahun 2014 ini aku agak merasa senang dan sedikit bahagia atas apa yang di capai PRESIDENKU-KITA " BAPAK SUSILO BAMBANG YUDOYONO ", aku bangga padamu IMF dapat lunas ( terlepas dari apa kata banyak orang kepadamu, pro dan kontra pasti ada, namun aku bangga juga padamu, kau bapak yang baik, ayah yang santun, guru yang kharismatik ), karna IMF kau lunaskan....AKU SAYANG PADAMU, meski disisi lain ada yang belum tuntas terselesaikan.

Semoga di ERA MENDATANG - PRESIDEN MENDATANG, hutang negara jangan ditambah lagi, berlombalah membayar hutang negara agar kita menjadi negara yang BERDIKARI ( BERDIRI DIATAS KAKI SENDIRI )

MERDEKA BUNG
TOK LAUT




SAJAK SAJAK CINTA TOK LAUT
JENDELA MALAM


Hai jiwa-jiwa para pecinta…
yang telah menemukan perlindungan pakaian kasihnya…
Atas nama cinta yang telah diukir akan segera membentang kanvas ruh haru biru
Untuk melukis tiang langit pada ruh bumi yang berbau nafsu

Ladang sorgawi dan taman firdaus
Adalah permadani percintaan dari megahnya sebuah impian yang tergerai

Kelemburan tanah hati yang ditumbuhi bunga cinta
akan menggemakan syair rindu pada halaman catatan sejarah hidup mereka

lalu bergegaslah sahabat keperaduan kasih sayang
sebab takdir malam telah ujur dan tua

2 komentar: