RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Rabu, 09 April 2014

SIAMIR MARULAFAU dalam : MAKNA DIBALIK BEBERAPA PUISI


PERHATIAN :
Disinyalir bahwa penyair Dalam Lingkaran Cinta menulis puisi-puisi ttg cinta dalam berbagai aspek dan cerpen kemudian novel yang selanjutnya mengurai beberapa teori dan menciptakan teori dalam penulisan karya sastra berkepanjangan sebelum ajal menjemput di dunia maya yang kelam.



Membaca Pak. Hermansyah Adnan

Menaiki waktu menuju surga:
Menaiki waktu menuju surga
melewati pintu gerbang kematian yang indah
ya Rabb, aku rindu pada-Mu...
21/11/2011


Puisi di atas bentuknya unik dan singkat tapi mengandung makna yang dalam.Penulisnya adalah seorang penyair religi dalam mengungkapkan opininya tentang 'Surga' dan 'kematian'.

Puisinya singkat tapi membuat pembaca terkesima seperti apa yang tertera dalam larik I bahwa "Menaiki waktu menuju surga". Durasi dan waktu sangat memegang peranan penting dalam gerakan kehidupan manusia dalam dunia fana ini, di mana semuanya ditentukan oleh waktu dan diterminasinya adalah dari Allah SWT.Penyair dalam ungkapannya selalu menghargai waktu dan tidak melewati waktu yang ditentukan untuk masuk ke surga Allah.

Pada larik II, terlihat penyair lebih sensitif dengan kalimat metafora yang indah dan benar"melewati pintu gerbang kematian yang indah". kalimat ini sangat tajam dan harus disadari bahwa memasuki surga harus melalui kematian, di mana dalam ayat Allah mengatakan bahwa semua yang bernyawa mengalami mati(SQ: Angkabut ).Dengan demikian pembaca harus benar-benar meresapi bahwa kematian itu akan datang sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan ini sangat misterius(rahasia Allah).

Yang paling penting kita tanamkan dalam pemikiran bahwa penyair cenderung simpatik pada kematian yang indah dengan catatan bahwa setiap insan harus mati dengan indah jangan tersesat.Adakalanya terlihat seseorang meninggal dalam keadaan tersesat dan menjerit dengan kematiannya.Indahnya atau tidak kematian seseorang tergantung pada pribadinya masing-masing dan juga tergatung pada amalannya masing-masing.

Sedangkan pada larik III, penyair cenderung mengajak umat untuk tetap mengenang Tuhan dan selalu berdoa sembah sujud pada Tuhan supaya insan akan sukses hidup di dunia dan akhirat sesuai dengan konsep doa "Rabbana Atinna Fiddunya Hasanah Wafil Akhirati Hasanah Wakinna Azabannar". Perlu dicatat bahwa penyair menyarankan bahwa kematian indah diperoleh dengan harus banyak beramal dan surga akan dicapai bila amalan baik di sisi Allah SWT.Pada akhirnya,penyair juga mengatakan bahwa surga tak akan tercapai bila tidak melalui kematian.

Catatan : Puisi di atas sangat erat hubungannya dengan puisi saya bertajuk"Esok Lusa Aku Jadi Mayat"(siamir marulafau)
sm/03042014

----------------------------------





Membaca Pak.Ramli Abdul Rahim

DUNIA YANG TERLUKA

dia hanya bisa menangis
melihat
dunia yang terluka


Pembaca sangat terkesima membaca puisi yang amat singkat di atas di mana penyair menuliskan puisi dengan tiga bait tapi sangat memberikan makna dalam upaya menggambarkan situasi dunia dalam pengalaman penyair.

Dalam untaian penulisan tajuk puisi, pembaca sudah dapat menangkap apa yang sebenarnya dikemukakan oleh sang penyair tidak lain "Dunia Yang Terluka".Tajuk ini mengandung arti yang sangat mendalam dalam kehidupan bahwa dunia yang dihuni oleh insan tersayat dalam pandangan seorang penyair di mana sendi-sendi kehidupan tidak seragam dengan opini seorang penyair.Kemungkinan dalam penulisan judul puisis, penyair terbayang luka dan derita yang dialami seorang penyair.

Selanjutnya, pembuktian dalam larik 1 :"dia hanya bisa menangis'. Berarti penyair meneteskan airmata tak terhingga dalam meneropong sendi kehidupan pada era global yang tak sesuai dengan pola pikir seorang penyair.Dalam hal ini, penyair hanya bisa menangis dan meneteskan airmata yang tak terhingga karena merasa sedih pada apa yang dirasakan dan dialami seketika.

Kemudia pada larik 2 "melihat". Satu untaian kata yang sangat bermakna dengan arti kata bahwa penyair sangat teliti dalam penglihatan apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari contohnya: Penyair melihat sesuatu yang amat menyakitkan hati berupa ketidak adilan umpamanya atau sesuatu yang memberat hati insan menerimanya berupa penindasan,dan lain sebagainya.

Selanjutnya, penyair secara ironis dengan untaian metafora indah seperti pada larik 3:"dunia yang terluka". kalimat ini sangat ironis dalam pandangan penyair bahwa dunia yang dihuni beserta isinya telah mengalami gangguan yang melukai perasaan seseorang apalagi seorang penyair yang memiliki kepekaan yang amat berbeza dengan orang awam.

Tanggapan pembaca pada Puisi di atas:

Setelah membaca dan meneliti untaian kata perkata dan kalimat pada puisi yang singkat di atas, maka pembaca beranalogi kepada kritikan terhadap dunia yang amat cermat dipandang sehingga penyair dapat membezakan dengan pandangan lain bahwa dunia yang dia pandang sangat menyakitkan hati bahkan melukai perasaan yang mendalam sehingga terbitlah untaian kata berupa puisi meskipun bentuknya sangat singkat tapi sangat bermakna bila puisi didekati dari unsur pendekatan sosial dengan teori seorang pakar ilmu sastra bernama Rene Wellek & Austni Warrent dalam "The Theory of Literature" berdasarkan pendekatan Ekstrinsik.

Sebegitulah apresiasi pembaca dalam ungkapan dan apabila ada kurang lebihnya, mohon dimaafkan.Makasih(sm/082014)

---------------------------



Membaca Pak. Drs Mustahari Sembiring

BIARKAN JARAK MENGADILI RASA
Karya Drs Mustahari Sembiring sang muham.


Kutitipkan rinduku pada awan,
sesaat sebelum mendung sore ini,
agar derai hujan menterjemahkan rahasia tersirat
segamblang bahasa bocah,
saat hampir tak kupahami
arti lelakon ini

Jika tak sempat kau jenguk waktu
biarkan jarak mengadili rasa,
sebab jauh sebelum semuanya menostalgia,
telah kuhaturkan prakata,
meski tak pernah mau kau pahami,
kita melakonkan skenario Sang Dalang

Aku percaya kau pasti akan tiba dikesimpulan sejujurnya
sesungguhnya telah banyak alfa berceceran sepanjang usia
sengaja tak sengaja kita menikmatinya

‪#‎Pondok‬ bambu istanaku,Minggu,06/04/2014=20:00wib


Puisi di atas sangat menarik perhatian pembaca meskipun puisinya agaknya singkat tapi bermakna dengan kalimat metafora indah di dalamnya. Penyair seorang yang realitas dalam dunia perpuisian. Apa yang dilukiskan penyair nampak jelas bahwa pada baris 1 larik satu ' Kutitipkan rinduku pada awan". Ini sebuah kalimat yang sangat indah di mana penyair mempergunakan awan sebagai simbol keyakinan dalam berbuat sesuatunya.Kata 'awan' adalah kata metafora yang tinggi tak dapat dicapai dengan tangan manusia tapi hanya dengan akal bahwa keyakinan pada Tuhan yang maha Esa seperti awan.
Meskipun penyair agaknya terasa gamblang dengan media bahasa namun penyair yakin bahwa derai hujan mengandung rahasia mengacu pada alam sebagai kreasi itu berupa rahasia(Larik 3 :"agar derai hujan menterjemahkan rahasia tersirat").Meskipun demikian, penyair tetap berisi keras dalam memberikan makna pada pembaca bahwa penyair mengerti akan uraian yang disampaikan.
Selanjutnya, pada bait 2, pengarang menggunakan kalimat repetisi yang sama dengan judul puisi sebagai penekanan pada tema puisi dan makna puisi.Ini berarti penyair cermat dalam merangkai kata untuk memperjelas makna puisi sesuai dengan diksi yang dimaksud.(Larik 2 bait 2: "biarkan jarak mengadili rasa").Dengan catatan bahwa penyair mengingatkan segenap umat bahwa waktu sangat penting untuk dugunakan manusia dalam berbagai aspek apalagi aspek hubungan sosal antar sesama dalam arti saling punya kesempatan bersilaturahmi dengan tidak memandang jarak(racial descrimination).Di samping itu juga penyair telah memberi isyarat sebelumnya bahwa masalah hubungan manusia harus dipahami dan tak boleh salah pengertian antara satu dengan lainnya sesuai dengan skenario dalam kehidupan, ibaratnya pemain wayang sebagai dalangnya.
Kemudian pada bait terakhir puisi, penyair menuliskan kalimat-kalimat metafora indah seperti :"Aku percaya kau pasti akan tiba dikesimpulan sejujurnya"(larik 1 bait 3)Penyair sangat cermat dalam memberikan aba-aba atau berupa peringatan pada pembaca bahwa banyak hal -hal yang disengaja atau tidak disengaja diperbuat oleh manusia yang kadang ada dan tak ada artinya sama sekali akan tak berguna dalam kehidupan sepanjang usia manusia tersisir dalam dunia fana.Ini bisa terlihat dalam ungkapan sang penyair pada bait 3, larik 2 dan 3):"sesungguhna telah banyak alfa berceceran sepanjang usia"."sengaja tak sengaja kita menikmatinya."
Pengarang menyarankan bahwa kita sebagai manusia hidup di muka bumi ini harus benar-benar cermat dalam menjaga waktu dan jarak dan jangan waktu itu menjadi penghambat dalam aspek sosial bermasyarakat,maupun bersaudara dan jangan jarak itu menjadi pemisah hubungan manusia dengan yang manusia lainnya.Penyair mengharap supaya kedua unsur ini harus dijaga supaya ada kedamaian selalu dalam diri setiap manusia hidup di muka bumi Tuhan.
Sebagai pembaca puisi di atas, saya beranalogi bahwa penyair memiliki kepekaan yang tinggi dalam mengurai rasa aspek sosial dalam masyarakat dan sangat sesuai dengan karir yang diemban sebagai pengayom masyarakat disamping seorang penyair.Maksih atas kekurangan dan kelebihan dalam apresiasi tertanda(siamir marulafau/sm/07042014)•
Drs Mustahari Sembiring

SERAT JIWA UNTUK ABANGKU SIAMIR MARULAFAU
@@@Berbagi informasi buat sahabat dumay pemerhati tulisan ini...Saya dan Siamir Marulafau adalah dua bersaudara, beliau adalah abang saya, sahabat hati saya, guru saya, menthor saya dalam merangkai kata bersayap. Beliau/Siamir Marulafau...adalah LELAKI BERHATI BAJA dari pulau Nias, bermodalkan S2 beliau aktif sebagai salah seorang Dosen pengajar fak Sastra Inggris di USU Medan, UISU Medan, UMSU Medan, dan Perguruan tinggi swasta lainnya. Meskipun hatinya sekeras baja, tetapi ternyata dari sana memancar cahaya putih bersih, mewujud dalam rangkaian kalimat bersayap dan kalimat prosa nan indah . Salah satu Buku Kumpulan Puisi beliau adalah PENYAIR DALAM LINGKARAN CINTA, disana kita dapat menemukan diskripsi siamir marulafau dalam lingkaran cinta tanpa batas. Selanjutnya kumpulan prosa /cerpen yang telah diterbitkan dalam bentuk buku, antara lain berjudul CINTAKU DIDANAU SINGKARAK. Saya tak berani mengclaim bahwa ada pengalaman pribadi dalam tulisan itu, tetapi bau bau yang mengarah kesana kental terbaca didalam alur cerita didalamnya. Maaf kepada menthor saya @Siamir Marulafau...jika asumsi saya ini tidak benar....Jadi, jika pada kesempatan ini beliau mengupas hingga lapisan terdalam tulisan saya, itu bukan pekerjaan yang sulit bagi beliau...itu sudah menjadi makanan sehari hari beliau...bahkan mungkin..jika tidak karena pertimbangan etika..( Terlalu panjang dan detail )..pembedahan yang beliau lakukan bisa tersusun menjadi satu buah buku resensi atau bedah puisi...
Sungguh suatu kehormatan bagi saya mendapat kesempatan menjadi salah seorang pasien bedah puisi diklinik beliau, sejujurnya sudah sejak lama hal itu saya rindukan, toh kini terkabul juga. Terimaksih Tuhan, terimakasih menthor saya ,abang saya, sahabat hati saya Siamir Marulafau, yang telah membedah tulisan saya / puisi saya BIARKAN JARAK MENGADILI RASA. Tak lazim jika dikatakan pembahasan/pembedahan yang sempurna...tetapi CAESAR yang beliau lakukan sungguh lengkap...meski sejujurnya tentu masih ada rahasia tersirat...itu rahasia hati seorang penulis...tidak etis bila dibeberkan oleh beliau..biarlah ia tetap menjadi rahasia dibalik rahasia hati seorang sang muham.
Terimakasih sekali lagi senior, terimakasih sidang pembaca yang mulya, salam sastra dari saya sang muham.

---------------------------



Membaca sdri. Fransiska Ambar Karityani

Perpisahan
Semenjak nyawa, jiwa, raga terpisah paksa
antara roda, aspal, gelisah panjang
seribu tanya merayap, melambung, menukik, mengitar
hadirkah kamu bersama angin

Kupu mungil malam hinggap di pipi
seusai air mata menganak sungai
semilir bayu merayu menguak mata batin
semakin terasah membaca jaman

Raga menyatu bumi pijakan
Jiwa mengangkasa langit tujuh
bintang bulan matahari menyatu tak terurai semua sama
keabadian menyulitkan bicara
mengapa tiba-tiba mulutku kaku gagu

Sudahkah bertemu Tuhan?

Semarang, 1 April 2014


Puisi di atas bertajuk "Perpisahan" dengan tepat sesuai dengan tema di ilustrasikan oleh penyair dalam grup Kumandang Sastra Semarang.Puisi ini agaknya singkat tapi mengandung makna yang sangat mendalam di mana penyairnya sangat cermat dalm merangkaikan kata dan pemilihan diksi yang tepat.Hal ini bisa dilihat pada setiap bait dan larik puisi.
Irosnisnya,penyair menggunakan kalimat dengan metafora beraneka ragam, dan salah satu metafora indah terdapat pada larik 1,2,3 dan4, :
"Semenjak nyawa, jiwa,raga terpisah paksa
antara roda, aspal,, gelisah panjang
seribu tanya merayap, melambung, menukik, mengitar
hadirlah kamu bersama angin".Pengungkapan kata dalam bait ini puisi ini sangat bervariasi dengan gaya bahay yang kaya akan mengupas makna tersirat di balik yang tersurat.Sepertinya, penyair mengugnkapkan perpisahan antara nyawa, jiwa dengan jasa meskipun dalam keadaan terpakas dan ini analoginya adalah kodrat Tuhan yang tak dapat dicegah dan dihindarkan.Penyair sangat cermat dalam menggunakan kata seperti "angin".Suatu zat yang tak dapat dilihat dan memiliki kekuatan sebagai simbol kebesaran Tuhan sepertinya "Roh" ,nyawa dan jiwa terhadap jasad manusia sehingga terjadi perpisahan yang tak dapat dielakkan.
Selanjutnya, pada bait ke 2, penyair menggunakan metafora dengan beberapa kalimat indah dengan untaian kata-kata yang manis dan indah untuk memperindah puisinya dengan makna yang khas dalam penulisan puisi sesuai dengan tema yang dikehendaki penyair.Pembaca melihat bahwa kalimat indah seperti:
"Kupu mungil malam hinggap di pipi"(larik:1). Sebagai seekor kupu datang memberikan khabar atas perpisahan antara nyawa dan jasad dan singgah untuk memberikan aba-aba tentang perpisahan bahwa nyawa tak akan lagi bersatu dengan jasad.Selanjutnya, derai air mata bercucuran karena kesedihan menimbang rasa karena perpisahan yang tak terelakkan lagi terlihat pada larik 2; "seusai airmata menganak sungai." Dengan catatan bahwa airmata sebanyak air sungai menetes di pipi berkepanjangan dalam mengenang di kala badan berpisah dengan nyawa sebagai kodrat Tuhan atas kehendak-Nya.
Selajutnya, penyair sangat antusiasi dengan "Perpisahan" antara jasad dengan nyawa di mana penyair menuturkan dalam puisi liriknya bahwa seseorang yang dituturkan telah berpisah dengan dunia yang relaitas yaitu "Kematian". Jasad telah menyatu dengan bumi dengan istilah seseorang telah berada di tanah yang diam terlihat pada untaian kata dan kalimat pada lari 1, bait ke 3 :"Raga menyatu bumi pijakan". Bagaimanapun setelah berpisahnya nyawa dengan jasad, maka kehidupan akan mengalami hal seperti apa yang diungkapkan pengarang bahwa setiap bernyawa akan kemabli ke tanah.Pilofisnya, sesuatu yang bernyawa akan mengalami mati dan kembali ke tanah karena asal manusia adalah dari tanah dibentuk oleh Tuhannya. Hal ini dapat dilihat dalam Al Kitab maupun dalam Al Qur'an(baca...red).

Kalimat yang indah ditulis sang penyair adalah "Jiwa mengangkasa langit tujuh".Kalimat ini berupa metafora yang indah dengan makna yang sangat padat dan berarti bahwa jiwa seseorang setelah kematian akan terbang ke langit yang ke 7 dan kemungkinan akan bertemu dengan Tuhannya yang tergantung pada diri pribadi seseorang itu.Analoginya, semua yang bernyawa mengalami perpisahan dengan nyawa dan jiwa dan bersemayam di langit yang ke7, yaitu di Arasy-Nya Allah.Dan apabila sesorang dalam kematiannya, artinya berpisahnya nyawa dengan jasad, maka kana bertemu dengan Tuhannya.Maka pada larik terakhir puisi, penyair cenderung menuliskan kalimat:"Sudahkah bertemu Tuhan?" Dalam imaji penyair, menanyakan hal seperti itu, kan bisa saja bila yang mati memiliki kepribadian yang baik dan akan pasti bertemu dengan Tuhannya.

Apresiasi dan sugesti:
Setelah membaca puisi Sdri.Fransiska ini, pembaca tergiur dengan kalimat-kalimat yang indah dengan penempatan kata-kata yang tepat walaupun puisinya singkat tapi mengandung makna religi yang tepat dan sangat bagus untuk dibaca sebagai suatu ajaran dan peringatan bagi semua insan agar berhati-hati dalam hidup dengan kata lain semasa hidup, kita harus memikirkan "Perpisahan". Kalau tidak kita tak akan selamat setelah nyawa dan jiwa berpisah paksa dari jasad.Untuk apresiasi ini apakah tepat atau tidak, kurang atau lebihnya mohon dimaafkan karena bila ingin mengetahui makna yang tersirat di balik yang tersurat sebenarnya, iya pembaca disarankan berhadapan langsung dengan penyairnya.Makasih(sm/08042014)

--------------------------------



Membaca Pak. Drs Mustahari Sembiring

BIARKAN JARAK MENGADILI RASA
Karya Drs Mustahari Sembiring sang muham.


Kutitipkan rinduku pada awan,
sesaat sebelum mendung sore ini,
agar derai hujan menterjemahkan rahasia tersirat
segamblang bahasa bocah,
saat hampir tak kupahami
arti lelakon ini

Jika tak sempat kau jenguk waktu
biarkan jarak mengadili rasa,
sebab jauh sebelum semuanya menostalgia,
telah kuhaturkan prakata,
meski tak pernah mau kau pahami,
kita melakonkan skenario Sang Dalang

Aku percaya kau pasti akan tiba dikesimpulan sejujurnya
sesungguhnya telah banyak alfa berceceran sepanjang usia
sengaja tak sengaja kita menikmatinya

‪#‎Pondok‬ bambu istanaku,Minggu,06/04/2014=20:00wib

Puisi di atas sangat menarik perhatian pembaca meskipun puisinya agaknya singkat tapi bermakna dengan kalimat metafora indah di dalamnya. Penyair seorang yang realitas dalam dunia perpuisian. Apa yang dilukiskan penyair nampak jelas bahwa pada baris 1 larik satu ' Kutitipkan rinduku pada awan". Ini sebuah kalimat yang sangat indah di mana penyair mempergunakan awan sebagai simbol keyakinan dalam berbuat sesuatunya.Kata 'awan' adalah kata metafora yang tinggi tak dapat dicapai dengan tangan manusia tapi hanya dengan akal bahwa keyakinan pada Tuhan yang maha Esa seperti awan.

Meskipun penyair agaknya terasa gamblang dengan media bahasa namun penyair yakin bahwa derai hujan mengandung rahasia mengacu pada alam sebagai kreasi itu berupa rahasia(Larik 3 :"agar derai hujan menterjemahkan rahasia tersirat").Meskipun demikian, penyair tetap berisi keras dalam memberikan makna pada pembaca bahwa penyair mengerti akan uraian yang disampaikan.

Selanjutnya, pada bait 2, pengarang menggunakan kalimat repetisi yang sama dengan judul puisi sebagai penekanan pada tema puisi dan makna puisi.Ini berarti penyair cermat dalam merangkai kata untuk memperjelas makna puisi sesuai dengan diksi yang dimaksud.(Larik 2 bait 2: "biarkan jarak mengadili rasa").Dengan catatan bahwa penyair mengingatkan segenap umat bahwa waktu sangat penting untuk dugunakan manusia dalam berbagai aspek apalagi aspek hubungan sosal antar sesama dalam arti saling punya kesempatan bersilaturahmi dengan tidak memandang jarak(racial descrimination).Di samping itu juga penyair telah memberi isyarat sebelumnya bahwa masalah hubungan manusia harus dipahami dan tak boleh salah pengertian antara satu dengan lainnya sesuai dengan skenario dalam kehidupan, ibaratnya pemain wayang sebagai dalangnya.

Kemudian pada bait terakhir puisi, penyair menuliskan kalimat-kalimat metafora indah seperti :"Aku percaya kau pasti akan tiba dikesimpulan sejujurnya"(larik 1 bait 3)Penyair sangat cermat dalam memberikan aba-aba atau berupa peringatan pada pembaca bahwa banyak hal -hal yang disengaja atau tidak disengaja diperbuat oleh manusia yang kadang ada dan tak ada artinya sama sekali akan tak berguna dalam kehidupan sepanjang usia manusia tersisir dalam dunia fana.Ini bisa terlihat dalam ungkapan sang penyair pada bait 3, larik 2 dan 3):"sesungguhna telah banyak alfa berceceran sepanjang usia"."sengaja tak sengaja kita menikmatinya."

Pengarang menyarankan bahwa kita sebagai manusia hidup di muka bumi ini harus benar-benar cermat dalam menjaga waktu dan jarak dan jangan waktu itu menjadi penghambat dalam aspek sosial bermasyarakat,maupun bersaudara dan jangan jarak itu menjadi pemisah hubungan manusia dengan yang manusia lainnya.Penyair mengharap supaya kedua unsur ini harus dijaga supaya ada kedamaian selalu dalam diri setiap manusia hidup di muka bumi Tuhan.

Sebagai pembaca puisi di atas, saya beranalogi bahwa penyair memiliki kepekaan yang tinggi dalam mengurai rasa aspek sosial dalam masyarakat dan sangat sesuai dengan karir yang diemban sebagai pengayom masyarakat disamping seorang penyair.Maksih atas kekurangan dan kelebihan dalam apresiasi tertanda(siamir marulafau/sm/07042014)




Membaca Sdr. Z. Musthofa

Cintaku mampu membuat melepuh melelehlah diri
ketika jasati bedekatan pada uang-uang neraka

Tulang mau pecah
pinggang terbelah
persendian kaki lepas
Uang panas bara neraka
uang riba membakar diri
pundi api yang menimbun jiwa
Ihtibar pun membakarku
letih
sakit
tubuh

PO. 2014


Puisi di atas ini sangat singat tapi mengandung makna reliji yang sangat tinggi oleh penyairnya.Kelihatan pada baris 1, larik 1, penyair mengukir dan mengekspresikan tentang"Cinta". Cinta bukan sembarang cinta tapi cinta pada harta dengan cinta kepada dunia semata dengan perolehan kekayaan atas cara yang halal yaitu riba.Penyair sangat cermat dalam pemilihan kata terutama dalam memilih kata dan gaya bahasa yang disertai dengan bentuk kalimat metafora "Cintaku mampu membuat melepuh melelehlah diri".Kalimat ini sangat indah dan membuat bulu kuduk pembaca naik di atas langit yang ke-7, mengapa dan ada apa?Puisi singkat ini mengilustrasikan pada pembaca bahwa Tuhan akan geleng kepala dan tak berterima dengan perlakuan "CINTA" semata kepada hal yang haram artinya tidak rido karena Allah.

Selanjutnya, larik 2 :"ketika jasati berdekatan pada uang-uang neraka".Kalimat ini sangat mendukung pengertian dan makna larik 1, yang artinya manusia terlena bahwa jasadnya telah terancam dengan permainan yang haram, yaitu tindakan berupa mengandakan bunga uang pada sesamanya dengan istilah "RIBA". Dasar pilosofis penyair sangat tepat bersumber pada Al Qu'ran., yang mana hal ini sangat terlarang dalam ajaran islam karena Tuhan telah melarang umat islam, khususnya untuk tidak makan riba.Entah bagaimana dalam pandangan reliji lainnya?Kemungkinan besar sama atau hampir sama.

Penyair ini sangat cermat dalam menggunakan dan merangkaikan kata, terlihat pada bait ke 2,:

"Tulang mau pecah"
"Pinggang terbelah"

"Persendian kaki lepas".Dengan menuturkan aksara ini, penyair memberikan gambaran positif atas ganjaran bagi manusia di dunia sebagai akibat memakan uang haram karena manusia tak berpikir akan resiko diterima di dunia dan begitu juga diakhirat kelak, dengan catatan bahwa manusia yang rakus akan harta dengan memakan uang panas jadi bara api neraka di akhir zaman,(Pendekatan religi).

Sangat menarik perhatian pembaca karena pada bait ke 3, penyair mengulang tuturan aksara yang berbeda kata seperti pada bait 2 dengan makna yang hampir sama, yaitu :"Uang panasbara neraka"
"Uang riba membakar diri"
"Pundi api yang menimbun jiwa". Kalimat seperti ini sangat bermakan dan mendukung semuanya baik dari segi tema maupun dalam pemilihan diksi sehingga terbentuklah puisi singkat tapi sangat bermakna.Makna yang tersirat di balik tersurat sangat jelas dengan bahasa yang sederhana tapi pokok masalahnya jelas dan dapat terjangkau oleh pembaca.Sedangkan pada bait terakhir, kata-kata yang dituangkan penyair sangat tajam sebagai akibat dari perlakuan manusia yang tamak pada harta yang jelas bertentangan dengan ajaran islam.Ini dapat dilihat pada bait 4,larik 1,2,3, dan 4 :

"ihtibar pun membakarku"
"letih"
"sakit"
"tubuh"

Pada bait terakhir puisi ini, nampaknya penyair menggabarkan keluhan dan penderitaan seseorang yang telah terjebak dan masuk dalam lingkaran yang haram, yaitu memakan uang panas sehingga nerakanya terasa pedih dengan siksaan di dunia dan siksaan di akhirat tinggal menanti.

ANALISIS DAN SUGESTI :

Puisi di atas sangat menarik perhatian karena penyair terus terang menggabarkan ajaran moral dipandang dari segi reliji yang diterapkan dalam setiap hati semua umat islam khususnya supaya hal ini jangan dilakukan.Penyair tidak salah dalam ungkapan karena ajaran yang sebenarnya bersumber dari kitab Allah senantiasa menuntut umat islam jangan berbuat, dan apabila berbuat akan mendapat ganjaran di sisi Allah.

Selanjutnya, dari segi penulisan puisi, nampaknya penyair tak terikat pada struktur yang artinya pengarang menulis puisi dengan sistim modren, yaitu tak terikat pada persajakan, rima, dan lain sebagainya.Penyair bebas dalam mengungkapkan kata dan memilih kata yaang tepat walaupun menulisnya dalam bahasa yang sederhana.

Puisi yang singkat ini di atas terasa indah dengan penggunaan metafora indah dan kata-kata yang ironis dalam pemberian makna pada tubuh puisi sehingga puisinya terasa lempang dan mudah dimengerti.

Dalam hal penafsiran dan analisis puisi di atas, pembaca juga ikut terlibat dan merasakan apa yang ada dalam benak pengarang meskipun sama atau tidaknya, tergantung pada pribadi penyairnya.Pembaca hanya berasumsi dalam hal memberikan makna dan pembedahan berdasarkan ilmu sastra yang diperolehnya walaupun ilmu sastranya masih hijau tapi berupaya memberanikan diri dalam penafsiran dengan berbagai metode,pendekatan ilmu sastra.Pendekatan yang digunakan dalam analisis puisi di atas adalah cenderung pada pendekatan reliji(Religious Approach) dengan metoda Extrinsik dan Intrinsik(The theory of Literature :Rene Wellek &Austin Warrent). Theory ini sangat mendukung pembaca dalam analisis puisi yang tak bertajuk sehingga pendekatan pada makna akan muncul dalam teknik analisis itu sendiri.Bila ada kekurangan atau kelebihan dalam masalah apresiasi dan analisis, mohon dimaafkan karena pembaca bukan manusia yang sempurna dalam opini dan buah pikiran tapi mempunyai keterbatasan apalagi ini adalah masalah ilmu sastra, wasalam(sm/10042014)




Membaca Pak. Fatura Arrahman
DI BALIK BILIK SUARA


gambarmu tersenyum manis
tapi bukan itu pilihanku
serasa tak perlu ada kata maaf
engkau pun tak perlu berterima kasih

tentu terbayang banyak pertimbangan
karena di luar bilik suara
sekali saja engkau tak pernah senyum
apalagi bertutur kasih

Mks.hari pilcaleg@dpd, 09.04.2014


Nampaknya, puisi di atas sangat singkat terdiri dari dua Bait puisi dengan sistim penulisan yang tak terikat pada konvensional dan struktural tapi bergaya modren. Meskipun demikian pembaca juga sangat tertarik dengan gaya penulisan ini dan apalagi makna yang tersirat di balik yang tersurat.Maknanya sangat tajam dan agaknya berbau politik dalam menyongsong era "Pemilu" 2014. Makna pusi tidak ditunjukkan pada pribadi seseorang tapi pada masyarakat umum, khususnya bagi para Caleg yang bertarung menjadi Caleg 2014. Pembaca sangat tertegun membaca puisi penyair kita ini karena pada bait 1 , larik 1, penyair menggunakan gaya bahasa personifikasi.Dengan catatan bahwa meskipun gambar itu benda mati tapi tersenyum bagaikan manusia. Ini satu gaya bahasa yang sangat indah dalam penempatan kata dan aplikasi gaya bahasa yang digunakan penyair ini memang tepat sebagaimana kita lihat bahwa banyak gambar-gambar para caleg melemparkan senyum pada masyarakat tapi kadang hatinya tak senyum setelah gambar itu tidak dipaparkan lagi. pengunaan gaya bahasa pesonifikasi ini sangat tajam dan bermakna pada larik 1, bait 1 :

"gambarmu tersenyum manis"(bait 1 :Fatura Arrahman)

Sedangkan pada bait 1, larik 2, penyair langsung berterus terang akan kendaknya sebagai pemegang kunci bahwa penyair tak ingin memilih orang atau Caleg yang tersenyum karena pembaca berasumsi bahwa penyair bukan sembarang penyair, mengapa?Karena penyairnya sangat teliti dan cermat dalam mengambil tindakan dan tak tergesa-gesa disebakan resiko yang amat tinggi sebagai pembaca menganalisis pada bait 1, larik 2 : "tapi bukan itu pilihanku".Kalimat ini jelas bahwa penyair sangat konsisten dengan apa yang dipikirkan sebelumnya.Penyair seperti ini patuh dicontoh dalam memegang amanah dan tak bertele-tele.

Pada bait 1, larik 3,4, penyair agaknya merasa kesal dan sedikit emosi tapi bukan sombong dan angkuh tidak mau minta maaf pada para Caleg yang dimaksud tapi ini merupakan "kekesalan dan Kekecewaan " yang ada dalam benak pengarang terhadap apa-apa yang pernah terjadi pada masa lalu dan ini sangat menyangkut pada kepribadian seorang pengarang dengan ucapan "serasa tak perlu ada kata maaf"(bait 1, larik 3).Kalimat ini cukup tajam dalam mengekspresikan jiwa seorang penyair dalam kalimat metafora indah tapi mengena pada sasaran.

Selanjutnya pada bait 1, larik 4, penyair mencuapkan rasa prihatin atas kekecewaanya dengan mencetuskan kata "engkau pun tak perlu berterima kasih".Kalimat ini mengandung makna yang agaknya ironis dan tajam dengan catatan bahwa penyair bukanlah mengharap balasan atau kebaikan para Caleg dimaksud tapi pengarang sangat tertarik bila para Caleg itu memberikan ucapan terima kasih berupa apa yang dijanjikan sebelumnya untuk kepentingan rakyat dan jangan 'manis di bibir tapi lain di hati'.janjinya harus ditepati dan jangan mengurai janji mulus sesuai dengan sebuah tajuk puisi oleh : siamir marulafau :"Muluskah janjimu?"Kemungkinan besar hal seperti ini terganjal dalam benak seorang penyair (Fatura Arrahman).

Sebagai bukti bahwa penyair sangat konsisten dan cermat dalam mengambil tindakan selanjutnya dan tak akan gegabah dalam menetukan sikap bahwa pada bait 2, larik 1, 2, :

"tentu terbayang banyak pertimbangan"
"karena di luar bilik suara".
Penyair dapat membayangkan dengan imaji yang tinggi akan sesuatu yang dibuat dan harus melalui banyak pertimbangan dalam menggunakan gaya bahasa ironi dengan kalimat metafora indah dalam pemilihan diksi sebagai bagian dari penyempurnaan makna sehingga puisi singkat tapi terasa indah dan tepat.
Tuturan penyair "karena di luar bilik suara", berarti penyair memiliki pengalaman yang luas terhadap apa dilihat dalam masyarakat sehari -hari sebagai hubungan penyair dengan sosio masyarakat luar, terlebih-lebih pada para caleg bergaul pada masyarakat setelah gambarnya yang tersenyum berhasil(Pendekatan sosiogi :Rene Wellek &Austin Warrent).Dengan catatan bahwa apa yang tergambar diluar bilik suara telah terekam pada benak si penyair bahwa itulah tipe masyarakat atau para Caleg yang dimaksud tanpa basa basi.

Yang paling membuat pembaca terkesima dalam puisi yang singkat ini adalah pada akhir baris puisi bait 2, larik 3,4 dan sangat menarik perhatian pembaca karena Penyairnya menggunakan kalimat metafora indah dan sangat ironis :

"sekali saja engkau tak pernah senyum"
"apalagi bertutur kasih"


Ungkapan di atas sangat tepat dalam pemilihan kata dan mengaju pada ide dan konteks puisi sesuai dengan tajuk puisi bahwa "DI BALIK BILIK SUARA" seseorang yang dimaksud penyair tak pernah senyum dan menunjukkan sifat atau karakter yang amat tidak disukai masyarakat(Pendekatan Psikologis : Rene Wellek &Austin Warrent).Karena yang paling penting bagi penyair adalah rasa persaudaraan karena persaudaraan adalah sangat berharga dan bukan pangkat atau jabatan. sebagaimana terlihat dalam masyarakat sekarang ini bahwa seseorang Caleg yang telah berhasil selalu janji mulus sebelumnya dan setelah berhasil tidak lagi bersatu dan perduli lagi pada msyarakat terlebih-lebih pada masyarakat rendah.Sebagai simpulan bahwa banyak para Caleg atau pemimpin bangsa ini yang telah berhasil tidak memperhatikan kesejahteraan sosial dan segala apa yang bisa membangun negara tapi lebih cenderung mementingka diri pribadinya masing-masing dan yang paling menonjol karakter mereka adalah "KORUPSI".Ini suatu hal yang sangat menyimpang dan menimbulkan rasa negatif pada pikiran masyarakat luas, terutama di negara tercinta ini.Dengan cataan bahwa sebelum mereka itu berhasil bukan main mulut mereka manis, manis semanis madu tapi setelah berhasil tampaknya tak ada rasa kasih.Maka pada bait 2, larik 4 puisi ini sangat menarik perhatian pembaca.

ANALISIS DAN SUGESTI :

Puisi di atas ini di tulis oleh penyairnya sangat bagus meskipun puisinya singkat tapi bermakna. Bentuk puisinya bebas dan tidak terikat pada struktural, di mana penyair termasuk dalam aliran modren dalam penulisan puisi dengan untaian yang saangat tajam dalam pemilihan kata dan penempatan kalimat metafora indah.Puisi ini patuh dibaca dalam hal melihat kondisi masyarakat terutama sekali para Caleg yang sangat berambisi tapi tanpa kasih sebaliknya menjadi bahan pertimbangan dalam pemikiran semua pembaca dituturkan dalam bahasa Indonesia sederhana untuk dapat dicermati dan diaplikasi maknanya sebagi tuntutan moral. Apabila analisis dan pembedahan puisi ini menyimpang atau pembahasan kurang atau lebih mohon dimaafkan karena pembacanya adalah manusia biasa tapi ingin menuturkannya kepada pemirsah di tanah air supaya dapat malihat bahwa dalam sistim penulisan puisi ada makna yang tersirat di balik yang tersurat dan paling tidak ada istilah "Utile dan Dulce".Karena sebuah puisi adalah karangan yang indah dengan makna mengacu pada tema dan diksi disamping puisi tu mengandung unsur misteri dan kekuatan dalam tubuh puisi itu sendiri.
Makasih Wasalam(sm/10042014)






MEMBACA BAPAK.DRIYA WIDIANA MS
Puisiku di Pematang Basah Embun


Puisi cintaku
termenung di pematang
memandangi hijau padi
melambai
mengalun bagai ombak

Puisi cintaku
ditiup angin kembara
sendiri
kuingin menemanimu
hingga padi menguning

Aku ingin
menggenggam tanganmu
meniti pematang basah embun
memekarkan bunga di hatimu
yang masih tersembunyi
dariku

Puisi cintaku
merenungkanmu
adalah renungan
atas segala diammu
yang membuat
aku ingin mengulumnya

didiek soepardi ms
02 nopember 2012


Puisi yang bertajuk "PUISIKU DI PEMATANG BASAH EMBUN" di atas adalah karya Bpk. Driya Widiana MS yang membuat pembaca tergugah dan terkesima karena diksi yang digunakan penyair dalam menulis puisi ini adalah tepat dan sesuai dengan tema dan tajuk puisi. Disamping itu juga penyair sangat cermat dalam menggunakan kata-kata dan penempatan kalimat pada setiap bait puisi.Kelihatannya, pada bait 1 puisi ini, penyair menggunakan gaya bahasa personifikasi terlihat dan terbaca indah sekali :

"Puisi cintaku
termenung di pematang
memandangi hijau padi
melambai"

Kemudian, penyair pada akhir bait puisi ini, juga menggunakan gaya bahasa simili, yaitu rangkaian kata menjadi kalimat yang membandingkan objek benda yang dilihat seperti :

"mengalun bagai ombak"


Dengan catatan bahwa penyair cermat dalam merangkaikan kata mengacu pata tajuk puisi. Seting atau tempat kejadian yang terukir dalam benak pengarang, yaitu "di pematang " dalam situasi basah dan berembun.Kalau kita analisis bait 1, puisi ini menggabarkan situasi dan kondisi penyair memikirkan cinta dan kasih dalam keadaan termenung meskipun sambilan memandang hijaunya padi pada masa tapi dalam benak si penyair bahwa cintanya itu akan tergapai dan dapat mengulumnya sebagaimana penyair bekesimplan apa akhir bait puisi.penyair lebih dan bermaksud untuk meramut dan melestarikan puisi cintanya sebagai bahagian dari jiwa penyair yang tak terpisahkan.

Selanjutnya, pada bait ke 2 puisi ini, pembaca melihat bahwa penyair cermat dalam menggunakan kalimat metafora indah sebagaimna terukir pada baris-baris puisi bahwa penyair sangat menginginkan cintanya itu tak terlepas dalam sanubarinya dan ke manapun dia berada cinta itu selalu barus bersama dengan dia.Meskipun gunung didaki lautan pun diseberangi, penyair tega tidak dalam melepaskan cinta dan kasih itu pada dirinya sendiri (Psikologis analisis :Sigmund Freud).Hal ini dapat dilihat pada bait ke 2 puisi :

"Puisi cintaku
ditiup angin kembara
sendiri
kuingin menemanimu
hingga padi menguning"

Kelihatan bahwa penyair sungguh benar menginginkan bahwa puisi yang dia senangi apakah itu menjadi ojek sebagai simbol cinta akan seseorang adalah hak si penyair dalam menentukan cintanya.Tapi pembaca sedikitnya bisa menangkap bahwa penyair tak akan bisa lepas dari apa yang dia senangi seperti seni puisi dan bisa juga pembaca berasumsi bawa puisi itu sebagi simbol dari kesenangan akan batin terhadap sekuntum bunga merujuk pada seseorang yang cantik bagaikan bunga yang sedang mekar, dan penyair pun ingin" memekarkan bunga tersebut sampai padi menguning" yang artinya penyair sabar akan seseorang yang dicintai itu matang dan dewasa.

Dalam hal ini, penyair juga berhasrat memiliki apa yang ada dalam benaknya dan kalau bisa sesuatu harus dapat digenggam dengan memberikan arahan supaya apa yang dicintai itu terwujud dengan baik dan berhasil dan ini bisa dilihat pada bait ke 3 puisi ini bahwa :

"Aku ingin
menggenggam tanganmu
meniti pematang basah embun". Larik-larik ini sangat memberikan pengertian dan makna mendalam dalam pengarahan terhadap apa yang dicintai penyair dalam hidup meskipun suasananya berembun dan basah di pematang tapi penyair punya hasrat yang luar biasa untuk menggapai cintanya terlebih-lebih yang masih tersembunyi dari dirinya.Ini dapat dilihat pada baris terakhir pada bait ke 3 puisi:"memekarkan bunga di hatimu"
"yang masih tersembunyi
dariku"

Sementara pada bait ke 4 puisi , penyair bahwa apa yang diidam-idamkannya selama ini harus tercapai dalam renungan meskipun diam tapi usaha dalam mencapai sesuatu yang diinginkan itu harus dibaringi dengan usaha maka penyair selalu merenungkan hal demikian.Dengan kata lain,penyair tak mau diam dan selalu berusaha dalam hidup untuk mencapai sesuatu yang dinginkan. Ini dapat dilihat pada bait terakhir puisi ini :

"Puisi cintaku
merenungkanmu
adalah renungan
atas segala diammu
yang membuat
aku ingin mengulumnya"


ANALISIS DAN SUGESTI :
Pembaca sangat tertarik membaca puisi di atas berhubung karena penyairnya selalu gigih dalam mencapai apa yang diinginkan sehingga penyair berterus keras dan berupaya dalam upaya menggenggam dan mengulum sesuatunya yang ingin dicapai meskipun diam. Penyair nampaknya tidak terikat pada sistim penulisan konvensional dan selalu bergaya modren dan tak terikat pada persajakan.Penyair juga menggunakan gaya bahasa personifikasi dan simili dan beberapa kalimat metafora yang indah-indah dalam puisi sehingga puisi terasa indah dan bagus.Pembaca menyarankan bahwa ini bagus untuk ditelaah dan dibaca karena puisi mengandung makna pilosofis yang mendalam, khususnya pada perjuangan dan usaha.Kalau ada kekurangan dan kelebihan dalam apresiasi puisi ini,pembaca minta maaf. Maksih.(sm/23042014)

Siamir Marulafau
Tulis komentar...





Membaca Sdr.Fatura Arrahman

BULAN SETENGAH WAJAH

bulan setengah wajah
mengintai malam dalam dekapan kekasihnya
aku tak ambil pusing
karena banyak pekerjaan lain mendesak

bulan malam
mana wajahmu sebelah
aku ingin merabanya
untuk memastikan itu kau

ternyata
bulan setengah wajah
setia menemani aku
merampungkan pekerjaan bertumpu

mks@25april14


Penyair cukup cermat dalam mimilih diksi dengan menggunakan "Bulan".Bulan dapat diartikan "kecantikan" dan sangat identik dengan kecantikan wanita. Meskipun demikian penyair memiliki pengertian yang sangat mendalam dalam benaknya, yaitu sangat sulit untuk memisahkan dirinya antara kecantikan seorang perempuan dengan pekerjaannya.Hal ini dapat dilihat pada bait 1 dan ke 2.Pendek kata kedua hal ini tak bisa dipisahkan dan sangat penting dalam kehidupan manusia.Ironisnya, penyair juga sangat setia kepada pekerjaan dan ini dapat dilihat pada bait terakhir puisi, penyair mengambil suatu kesimpulan bahwa pekejaan telah terampung dan selesai meskipun pekerjaan itu menumpu tapi sukses karena ada pendamping walaupun wajah bulan hanya setengah.Maksih.Salam Takzim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar