RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Kamis, 12 Juni 2014

Kumpulan Puisi Topan Kejora - DISELINDUNG PEKATNYA KOPI


UKHWAH

assalamualaikum
izinkan suka cita ini beranak pinak
menjurai sampai kepenghujung jarak

telah kutasbihkan dikau sahabat
dengan ketulusan sebagai perekat
sedang kesetiaan biarlah berarak
jauh tak gerak dekat tak berjarak
sebab aku si penjaja salam
memungut senyum di palung dalam
untuk aku sandingtandingkan samar
di hati dalam tarikan nafas

sekali-sekali hanya sesekali
karena setarik seru aku tak bijak
dan sebaris tanya aku tak tampak
maka jangan kau hapus dalam ingatan
sebab pada keriuhan kumurnikan diam
tersebab akulah si kefanaan alam
walaikum salam

-----------------------------------
TWA,
Kalimantan Barat,
Indonesia – 2014.
— di Kota Singkawang.




DI SELINDUNG PEKATNYA KOPI


aduhai kawan yang memberiku kata
dari bancuhan rasa semelayu usia
pekat warna mengokang waspada
kuketiskan gula penyeri masa
terkecap di lidah tepian hala
teduhlah keluh-kesah fana

sedang kopi dan lidah tak bersanggah
lalu mengapa aku dan kamu mudah lupa
siang malam bagai berperam loba
padahal keduanya anugerah niscaya
dan menganakkan janji pada setiap tiba
setenang ampas kopi di dasar pekatnya
sepatutnya sebab akibat tanpa menyalah

tapi biarlah harapan seperti sekar
mengapung pada takdir ia bersandar
singgah di regukan tanpa helah
sebab rasa bak teka-teki
serta serupa sebuah misteri
yang lebih samar dari bayangan sendiri
bukti kenyataan dekat tidak tergapai
menjadi tanya hari ini dan nanti
di selindung pekatnya kopi

--------------------------------------
TWA,
Kalimantan Barat,
Indonesia ; 2014.
— di Kota Singkawang.

-------------------------

satu atau dua kukira
aduh mak senyumnya
amboi merdu janjinya
ulala suporternya
cetar membahana
tabik kuberikan nada:
potong bebek angsa
masak di kuali
nona minta dansa
dansa empat kali
sorong ke sana
sorong ke sini
sya…la…la…la…
------------------------------
TWA,
Kalimantan Barat,
Indonesia – 2014.





SENDIRI DI CELAH MALAM


terjurai dingin yang dikirim angin
tertuturlah luka yang tergurah asin
memunggahkan selingkaran punca
sebab terlanjur kita rekatkan makna
maka lahirlah rindu tiada berjangka
padamu dinda padanan humaira

tanganku hanya bisa tengadah
di mana kuterpacak di tengah
berbatas antara tinggi dan rendah
kukepakkan doa bersayap basah
menuju hari baru berlimpah-ruah
sebab tak bisa lagi aku menyanggah
kehadiranku hanya sebatas penziarah
nyata tak selamanya engkau menemani

-----------------------------------------
TWA,
Kalimantan Barat,
Indonesia – 2014.




HASUT


hasut jembalang tiadakan bersurai
menggamit ceracau hingga timpas
berselerak di fikir yang kandas
melindap subahat di telapak hari

seganas ombak berjuta sakal
hasut setan tiadakan surut
mengikis iman yang berkarang
memecah belah kasih dan sayang

hasut iblis tiadakan bercerai
bergentayang menggertak detak
melesak tiada berbau dan warna
lekat di mata pekat di hati

dengan mantera keteguhan jiwa
hasut kupujuk dalam sabda
mengalir bak air mata ismail
meruap tanpa helah

lenaku hilang hasut kucincang
sebab aku terpikat oleh langit
dengan telunjuk terpancang
pada kiblat pada syahadat

***
Topan Wahyudi Asri,
Sijangkung – Kalimantan Barat,
Indonesia ; 2014.
— di Kota Singkawang.




INILAH MASA SEHAMPARAN CEMASKU


inilah masa sehamparan cemasku
saban asar dan subuh menggalang pesan
menggantung kumping kelebat barisan
namun imam tak pernah patah arang
walau sahutan sangkut di lubang angin
walau salam bungsu kedap tersungkup
berperam di kubah bintang dan rembulan

lalu imam bermudzakarah di secuil kami
inilah masa sehamparan cemas kita
pertanda akhir zaman yang celaka
telah tersurat dan nyata tersirat
maka ketatkan rakaat
di musim badai yang tak usai
hingga nafas mengayunkan lambai
lalu mewariskan takaran kehidupan
apa pun yang berkaitan dengan kalian

nafasku pun diam-diam mengaminkan
agar kita sehaluan di pangkal jalan
pada tinggi aku panjatkan
pada rendah aku tadahkan
walau tak sampai di kata
tak jejak pula di sunyi
inilah masa sehamparan cemas ini

***
TWA,
Sijangkung – Kalimantan Barat,
Indonesia ; 2014.
— di Kota Singkawang.
SukaSuka •




MARHABAN TA RAMADHAN DAN HARAPKU


kan kubentangkan sajakku ini
seluas ketiadaanku di wal ’ashr(i)
dalam kasih bergurun dan sunyi
pada paras insani yang getarkan hati
setelah cinta dan janjimu pergi
nyatalah kita tak saling memiliki
selain watawaashau bish-shabr(i)
kenangan dan mimpiku pun terkunci
maka demi kukenang diriku
selalu kukirimkan sepasang rindu
yang menyisir air mata syukur menjelangmu
pada kasih indah termegah nan berka’bah
yang sebulan penuh datangannya memelukku
sebab hanya engkaulah yang nyata dan setia
menabur kebaikan seterang cahaya
melepaskan nikmat sebebas udara
mencuci dosa pengobat duka lara
di diriku yang fana
dan terimalah air mataku purba
tegakku menjunjung angkasa
menopang setia dengan janji mega
menangguk sejuk hingga teriakan imsak
mengikat erat fardhu-sunnah dalam gerak
lalu melesak aku berpilin hari sekeras hati
gagap rayu bak penyanyi mengharap bunyi
menjaja kasih dengan syair-syair islami
mengetuk pintu pemilik kelembutan hati
wahai kemarilah hijab tambatan hati
dikaukah itu yang berparas fitri
namun jika jodoh menobat terkilan
sebab tak dapat menancap tegap kesetiaan
dan jika ada yang bertanya kepadamu
perihal secebis tutur kegembiraanku
sipenyair yang kau tahu takbernama itu
katakanlah wahai kasihpengasih
dengan jujur seterang putih
sekali lagi kutegaskan katakanlah dengan jujur
bahwa diriku hanya terhibur saat tidur
menemui kegembiraanku dalam mimpi
pada jagaku adalah doa sendiri:
Allaahumma ‘aafini fii badanii
Allaahumma ’aafinii fii sam’ii
Allaahumma ‘aafinii fii basharii
Allaahumma innii a’uudzu bika
minal kufri wal faqri
Allaahumma innii a’uudzu bika
min ‘adzaa bil qabri
laa ilaaha illaa anta

---------------------------------------------------------
TWA,
Kalimantan Barat,
Indonesia – 2014.
— di Kota Singkawang.




TILAWAH CINTA


tilawah cinta
dan desir dan bunyi merebah di qalbu
dirayunya keinginan yang tak bernama
lembut menyolek lena tanpa malu
pada suka duka berwajah ganda
meniadakan resahku bersekutu pilu
begitulah caramu menawan hatiku

tilawah cinta
terbuai aku pada ittiba’
mengarungi tujuh penjuru makna
menunggang angin merobek sepi
menimbus api yang tercetus di hariku
dengan rentak delapan tak menjadi
kurancang jadi berbilang
kautimang jadilah dendang

tilawah cinta
pada kasih sayangmu yang melimpah
ikhwal saling tanyapun kini meruah
hingga mana mungkin aku terlupa
rindukanmu berpelam doa-doa
seluas alam raya membentang
tak bersekat gelap apalagi terang

tilawah cinta
biarlah meriah julang mencacak
jiwa melekat hingga berkarat
sebab alasan sebentang sayang
selalu dikau katakan:
marilah merapat, tenunglah aku bang
tenunglah wajahku, katamu
sebelum pisah melepas sambut

---------------------------------------------
TWA,
Kalimantan Barat,
Indonesia – 2014.
— di Kota Singkawang.







Permisi admin RPS saudare Ahmed El Hasby... mohon izin share puisi lagi ye… Semoga Bapak/Ibu/Saudara/i di sini berkenan…

SEBAB BERSEBAB


wahai tubuh yang terpilih
kepadamu kutambatkan dalih
asbab cerita-cerita terang hari ini
berpilin tanya yang tak menjulur sendiri
dan sahut menyahut bersambut sebab
hingga dibatasi mungkin pada waktu entah

sitawar sidingin tanyaku bergurindam
udara manakah yang dinafikan alam
gelap manakah yang ditolak malam
terang manakah yang mendustai siang
hujan manakah tak di idamkan kerontang
mengokang riangnya berpasang-pasang

kalau air mata adalah sumber mata air
maka tiada yang harus dipersalahkan
sebab riak mana yang tak mengalirkan
rindang mana yang tak meneduhkan
khusuk mana yang tak insan dambakan
bagai menjelma malam seribu bulan
yang bila bertimbang nyawapun
tidaklah kita merasa sia-sia

wahai sebelum kiambang bertaup
kuyakini hilir mudik nasib mengapung
membujuk bersandar tanpa ganjar
maka lagi kusandingtandingkan samar
puisi siapa yang tak menafsir renungan
lidah siapa yang tak pernah melukakan
cinta mana tak hembuskan kerinduan
sesal mana yang datang di permulaan
aduhai bagaimana lagi harus kudedahkan

kusiulkan riuh rima hatiku
semelayu irama lagu yang mendayu
tanpa denyut bahasa siapalah aku
maaf jika tak tanggap di merdu
tak jejak di rentakmu
--------------------------------------------------
TWA,
Kalimantan Barat,
Indonesia – 2014.
— di Kota Singkawang.

1 komentar: