RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Jumat, 29 Mei 2015

Kumpulan Syair Ayit Ray - DALAM SEBUAH SURAT


SENI MEMPERKOSA PEREMPUAN
karya : Ayit Ray


Sedikit saja bu! Hanya sedikit kunikmati sisa hujan setelah aku merebahkan lelah pada langkah. Sebab Tuhan masih mengamati iguan gilaku pada perempuan yang masih setia dengan ketelanjangan untuk dapat kunikmati disetiap saat tanpa harus bersusah payah mengintip dari balik baju maupun celana.

Biarkan saja bu! Aku mengendap, dari tajamnya norma dan tebalnya kabut hukum untuk dapat memperkosa perempuan tanpa harus terjerat hukum, agama, maupun norma. Semacam seni yang belum terpahat pada dinding batu, seni memperkosa perempuan dimana ketelanjangan adalah kematian dari perempuan-perempuan yang mengumbar keindahan tubuh untuk dapat dinikmati para lelaki.

Siapa yang salah Tuhan? Aku yang memperkosa perempuan atau perempuan yang menyerahkan diri untuk diperkosa? Mungkin tak ada yang salah! Jika perempuan tak mengumbar ketelanjangannya untuk dinikmati lelaki.

__
Bekasi, Sugidi Prayitno
Rabu 13 mei 2015
21:58





KAU, KAU TUHAN YANG ASING
Karya : Ayit Ray


Senandung hampa Tuhan! Suaramu merdu, nyanyikan lagu-lagu kesunyian, menghampar raga yang sakit, menukik nafsu dunia yang serak, di belantara rimba aku merasuk tubuhmu Tuhan. Menyatu dalam tapak-tapak kosong, menggores pada daun, pohon. Serta batu lempung.

Pada malam, pada perempuan
Aku merogoh nanar dalam dada
Untuk mereka, dari mata surga seperti puisi. Seperti tarian yang setiap hari aku dengar dari panggung, diiringi suara gong nan sumbang aku diantara jutaan mata dibangku.

Hanya kosong! Mungkin aku atheis terhadap seni, cinta yang telah menjadikan karya seolah tertutup oleh mata untukku lihat, dengar dan rasa.

Bila saja aku menjadi pemimpin, presiden, perdana mentri, sultan. Mungkin aku akan bersikap kejam, membunuh tanpa alasan, perintah tanpa tujuan dan rakyat biarkan berjalan pada gelombang ketenangan tanpa terusik bau amis darah di istana.

Seperti ini Tuhan! Kehidupan yang tak lagi bisa terganti oleh materi, hanya dengan membunuh adalah seni elegan untuk memusnahkan para pengikut firaun.

___
Bekasi, Sugidi Prayitno
Senin 11 mei 2015
15:13





PADA TUHAN YANG ASING
Karya : Ayit Ray


Tuhan, bersembunyi dalam rahim
Tuhan, telah menggoda nafsu
Untuk menyetubuhi kengerian dunia.
Menenggelamkan lalu bangkit!

Kenapa? Tak secepatnya dunia ini kau hancurkan! Dari masa yang lebih sunyi seperti subuh tak berpenghuni.

Dari manusia- manusia yang terlahir hanya untuk menghancurkan peradaban!

Lalu! Kau binasakan dan seterusnya.

Dari rahim pelacur, tersimpan janin kengerian surga, yang tak aku rindu.

Tuhan yang asing
Aku ingin memelukmu
Sampai aku terlelap
Dan terjaga dari kengerian dunia

Dari masa yang begitu cepat
Saat aku terbangun
Antar aku pada sepi, paling sunyi.
Seperti inginku, dalam mimpi.

___
Bekasi
Sabtu 09 mei 2015
2:30





DALAM SEBUAH SURAT


Ghie, jangan tanya keadaanku saat ini, cukup kau doakan aku baik-baik saja, Mungkin kau akan menangis melihat keadaanku saat ini yang terlunta menahan sakit, lapar dan kurang gizi. Tapi aku tak pernah mengharap belas kasih pada orang yang hanya meringankan kemiskinanku sesaat, setelah itu aku tetap menggelandang, memungut sampah dan makan sisa-sisa. Uang seratus ribu sungguh berarti untukku ghie! Cukup untuk bertahan dua lima hari, sudahlah ghie , tak penting menceritakan keadaanku saat ini. Aku marah pada negara pun tak ada guna, politik lumpur seperti kubangan babi dan kotoronanya. Mungkin aku perlu agitasi tanpa perlu turun kejalan untuk menyuarakan.keadilan kemakmuran, tapi sekali lagi ghie! Apa guna aku menyuarakan semua itu, percuma, sekarang bukan masanya seperti itu. Dan apa yang bisa aku perbuat untuk negara!

Hanya kabar puisimu ghie! Kabar yang selalu aku ingin tanyakan padamu. Kudengar banyak orang beramai-ramai bikin Antologi Puisi semacam Pengakuan dan Eksistensi! Sudah lama aku nga bikin puisi, apa lagi orat-oret didinding jalan, satu-satu di beranda rumah. Akhir-akhir ini aku mulai berfikir, apa guna aku menulis puisi yang aku sendiri tak mengerti apa lagi orang lain ghie. Ah sudahlah ghie! Aku rasa ada yang lebih penting dari puisi. Apa lagi sekarang makin banyak plagiat yang berkeliaran, nyomot puisi ditambahin sani sini dan diakui, sungguh miris ghie penyair sekarang ini, aku rasa memang benar apa kata pendahulu kita dan orang-orang hebat ' TAK ADA YANG BARU DI BAWAH MATAHARI'

Ghie, kadang aku kangen dengan puisi-puisimu, apa lagi kemaren aku bertemu dengan kakamu yang cantik, cerdas dan menyenangkan. Ah... jika aku bertemu dan mengenal kakamu sejak lama, Mungkin aku tobat jadi djomblo saat itu juga. Hee hee tapi aku tau kau tak kan percaya? Kakamu sering bicara tentang cinta padaku, padahal sudah aku bilang aku atheis tentang cinta! Tapi Kakamu sering maksa curhat tentang cinta padaku, bahkan dia bilang kalau sekarang dia lagi djomblo sama sepertiku, tapi aku selalu bilang ghie, aku itu atheis tentang cinta! Katanya dia bosan dengan pacarnya yang hanya bisa ngajak makan sama pamerin masa depanya, semacam obral janji.

Coba kau tengok sekarang ghie! Ada yang lebih penting dari cinta, tentang Generasi sakit yang lebih mementingkan mengupdate setatus facebook dan sejenisnya yang tak berbobot hanya berisi keluhan dan pamer, lebih parahnya lagi mereka selalu menuhankan sosmed dibanding ibadah, sungguh miris ghie generasi saat ini. Kadang mereka tak peduli pada sekitarnya, meski mereka terlihat aktif menyuarakan isu-isu yang bertentangan dengan kehidupan ketuhanan dan penindasan. Tapi tak ada bukti nyata dan berlalu begitu saja. Apa lagi yang bisa diharapkan dari generasi seperti itu! Semoga ada cahaya yang muncul di setiap pundak mereka untuk sebuah perubahan.

Sebenarnya mereka bukan apatisme yang lahir karena terlalu bodoh untuk berfikir dan terlalu egois untuk peduli. Mereka hanya saja tak ada panutan untuk menggerakan hati mereka, mereka itu krisis! Krisis teladan untuk dijadikan pegangan.entah mengapa? Atau Mungkin terlalu lelah ia memberi sinar pada kita sedangkan kita masih sibuk dengan urusan diri, terlepas dari urusan cinta dan sosial. Mereka itu generasi hebat ghie! Bahkan hanya sekedar untuk menyapa terasa berat dimulut.

Masih banyak iguanku yang ingin kuceritakan padamu ghie! Tentang apa saja yang kurasa. Dan satu hal lagi sebelum aku menyudahi iguanku ini yang selalu terdengar sepi dari Nelson Mandela: "kalau manusia bisa belajar untuk saling memusuhi dan saling membenci, pasti juga bisa belajar untuk saling mencintai, memaafkan dan mengasihi.''

____
Sugidi Prayitno
Selasa 05 mei 2015
09:48





KEBUMEN
Karya : Ayit Ray

Ketika kau tidak lagi bersamaku
Kutulis ulang nama kebumen di dinding tetangga dengan warna merah penuh gelora cinta
Kota dengan beragam cerita
Di dalam tapak kenangan
Menggurat kening kerinduan
Aku rindu kebumen
Rindu bapak, rindu biyung
Rindu yang pernah aku rasa

Dulu, aku selalu berkata
Akan selalu ada untuk rinduku
Namun kini rinduku ada ketika kutinggalkan dan tak lagi bersama.

Sebab aku tak bisa mempunyai sebuah rindu di mana aku tidak pernah merasakan suka duka di dalamnya. Namun aku bisa mengukir sebuah kerinduan yang pantas untuk di ceritakan kelak.

Seperti rinduku pada kota kebumen

___
Bekasi, Sugidi Prayitno
Senin 19 mei 2015
05:00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar