RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Kamis, 16 Juni 2016

Kumpulan Puisi dan Cerpen Tguk Klasbungamatahari - KONDOM


"Dinar bikin masalah di sekolahan mas.."
Sesaat setelah pintu terbuka, Rina menghambur mendekatiku.

"Apaan sih? Dateng-dateng nyamber aja.."
Aku pura-pura tak terkejut. Mataku tetap lekat ke sepasang ikan cupang yang bergumpal hampir seperti bola. Sesaat kemudian cupang pejantan itu terjatuh dari gumpalan. Melayang lemas ke dasar aquarium. Sedang betinanya kaku dipermukaan air. Menyemburkan ratusan butiran telur yang baru saja dibuahi dari perutnya. Dan cepat sang Jantan tersadar. Kembali memunguti butir demi butir telur dengan mulutnya, disimpan dalam rahangnya untuk disemburkan kembali pada sarang busa buatannya sendiri di permukaan air.

Tapi sebentar..dari kaca aquarium aku melihat wajah cemberut Rina. Rupanya dia masih menunggu reaksiku.

"Tu kan..pura-pura nggak denger deh.."sungutnya.
"Iya, apaan..ngomong tinggal ngomong aja..mas dengerin.."jawabku.
"Sekarang mas jujur aja sama Rina..mas udah ngapain aja sama Dinar?"
"Yaa Allah..ngapain gimana maksud lo?"
"Jujur lah mas..jangan sampe ujung-ujungnya besok cuma bikin malu keluarga kita.."
"Aah..ada aja lo mah..suka nuduh gue yang nggak nggak aja."
"Sekarng mas dengerin ni baek- baek. Si Dinar pacar mas tu..tadi pagi dia berdiri di depan tiang bendera. Di tengah lapangan upacara. Sambil nangis sesenggukan. Sambil ngemut kondom!"
"Hah!

"Astaghfirullahal adzim..beneran tu?"
"Serius..sambil diup-tiup bikin gelembung..kayak maenin permen karet..."

Kali ini aku baru betul-betul terhenyak.

***
"MESTINYA BINATANG ITU PAKE KONDOM.."

Rina bilang itulah kalimat yang berulang keluar dari mulut Dinar disela tangisan pada peristiwa siang tadi. Kerna kalimat itulah Rina berprasangka buruk terhadap aku. Berulang kali aku menegaskan kalau bukan aku yang melakukan hal itu. Tapi sorot mata Rina masih saja sinis mencurigai aku.

Sampai malam ini aku tak bisa tidur. Setelah tadi Ibu pun menyidang dan menceramahi aku. Meski akhirnya beliau percaya dengan sumpahku dibawah al qur'an. Tapi sungguh kejadian siang tadi menghantui pikiranku malam ini.

"Ibu nggak mau anak ibu masuk berita televisi jam 11 pagi..kasihan arwah bapakmu nak. Jangan sampai tak tenang di alam sana. Kalau anak lelaki satu-satunya berulah memalukan seperti itu !"

Itu kalimat terakhir Ibu sebelum beliau menangis memelukku.

***
Dinar masih duduk di kelas 3 SMP. Sekelas dengan adekku Rina. Cuma anak gadis biasa saja. Gadis baik-baik, meski bukan bintang kelas atau juara umum. Tapi prestasinya tidak begitu memalukan. Tetanggaku sekampung pula. Awal hubunganku dengannya pun sebatas kakak adik saja. Tapi memang Dinar datang dari keluarga yang kurang harmonis. Ibunya pergi jadi TKW di Kuwait semenjak Dinar masih kelas 6 SD. Himpitan ekonomi memaksa dia meninggalkan anak satu-satunya. Kerna Ayah Dinar bertabiat buruk. Dia penjudi, suka memukul dan gemar mabuk-mabukan.

Ironisnya sepeninggal sang istri ke Kuwait. Tabiat buruknya bukan berkurang. Tapi malah semakin menjadi. Setiap menerima transfer uang dari istrinya, selalu dihabiskan untuk berjudi dan mabuk-mabukan. Bahkan sekarang dia menjadi pecandu shabu. Juga memelihara istri simpanan. Hingga uang yang sekiranya untuk beaya hidup Dinar menguap saja tanpa guna. Begitu terus berkelanjutan sampai Dinar SMP.

Tapi Dinar bukan anak yang mudah berputus asa. Dia rajin membantu tetangga untuk sekedar menyetrika baju, bahkan setiap sore sampai jam 10 malam Dinar bekerja di kedai bakso milik bibinya. Itulah yang membuat aku kagum dengan pribadinya. Bermula dari benih kekaguman
yang sengaja kutumbuhliarkan. Rasa itu perlahan menjelma jadi cinta. Ditambah pula Dinar selalu datang untuk curhat padaku bila ada masalah. Lambat laun hati kami pun berpaut.
***

Belakangan ini Dinar sering datang dengan tangisannya. Ada lebam di wajahnya. Menceritakan perilaku kasar Ayahnya. Sering pulang dalam keadaan mabuk dan mulai memukulinya. Berulang kali dibatas geramku aku menyarankan untuk melaporkan hal itu ke Polisi. Tapi Dinar menolak.

Hingga sebulan yang lalu, Dinar datang. Dengan lebam dimatanya lagi. Tapi kali ini Dinar diam saja. Hanya menatap wajahku dalam-dalam. Kemudian memelukku sambil menangis.

"Mas..maapin Adek ya? Mas baek banget sama Adek selama ini... Tapi mulai sekarang lupain Adek ya.."

Itu kalimat terakhir yang diucapkannya sebelum Dinar berlari menahan isaknya. Tanpa mempedulikan pertanyaan demi pertanyaanku setelahnya.

Semenjak itu Dinar tak pernah mau menemuiku lagi.

***
Malam sudah mendekati dinihari. Saat aku mendengar ribut-ribut suara kentongan dari pos ronda. Aku keluar dan segera mencari tau. Tetangga semua sudah keluar dari rumah masing-masing. Berkumpul di pos ronda.

"Ada pembunuhan! Ada pembunuhan!" teriak orang-orang ramai.

"Di mana?"
"Gimana?"
Jam berapa?"
"Siapa?"

Orang-orang saling bersahut mencari penjelasan.
Dan saat aku mendengar nama Dinar adalah korbannya aku terjatuh tak sadarkan diri lagi.

***
Tiga hari berikutnya. Semua baru jelas. Dinar meninggal jadi korban pembunuhan. Jenasahnya ditemukan bibinya. terlentang telanjang. Kedua tangannya terbentang terikat di kepala ranjang. Wajahnya penuh lebam. Ada bekas cekikan dilehernya. Dari sela-sela pahanya mengalir darah.
Hasil visum dan forensik menyatakan Dinar diperkosa disiksa sebelum dibunuh. Dan yang lebih mengejutkan, hasil diagnosa dokter menyatakan Dinar keguguran.

Polisi menangkap Ayah Dinar satu minggu setelahnya di pelabuhan. Bukti dari rambut genital, cairan sperma dan lainnya mengarah kuat padanya. Dan dari pengakuan Ayahnya, dia sudah berulang kali melakukan hal biadab itu semenjak sebulan lalu. Terakhir dia panik saat mendengar pengakuan Dinar kalau dia hamil.

Dan baru tiga hari Ayah Dinar mendekam di penjara kepolisian. Ayah Dinar ditemukan meninggal tergantung lehernya dililit sarung di jeruji penjara. Semua tahanan lain mengaku tidur saat kejadian itu. Tapi yang jelas semua orang sekampung tau keadaan mayatnya. Penuh luka dan bengkak besar di sela selangkangannya.

***
Aku bersimpuh di sisi makam Dinar. Hanya airmata yang tak berhenti menganak sungai. Aku berharap takkan ada lagi Dinar Dinar yang lain di kemudian hari. Biarlah Dinarku saja yang jadi korban.

Dinar. Gadis kecil. Gadis yang baik. Yang bahkan tidak punya daya untuk sekedar berontak atau melawan keadaan. Terhimpit dan sakit oleh kenyataan.

Selamat Jalan.

The end.
Rengat, awal Juni 2016
Dedicated to korban2 kekerasan seksual di tanah air kami.
STOP KEKERASAN PADA ANAK DAN PEREMPUAN!!!
STOP KEKERASAN. TITIK!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar