RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Rabu, 03 Mei 2017

Kumpulan Puisi Alex Wahyu - AKU, FIKIRANKU DAN IMAJINASIKU


~Puisi yang terinpirasi dari curhatan seorang adik~
"Aku, Fikiranku dan Imajinasiku"

Aku mejadi gelap tanpa suara
Mendapati keraguan seperti tak bernyawa
Pertanyaan, tanya dan tanya lagi
"Apa yang aku rasakan berbeda dengan apa yang aku fikirkan"

Entah,
Aku melihat begitu banyak jalan, tiada membahu meski hanya sesaat.
Namun, hatiku meyakini hanya ada satu jalan, tidak yang lain
Fikiran dan imajinasiku pun tiada menyatu, mereka berpisah hingga menyatakan perang!

Aku tiada mengetahuinya
Aku tiada merasakannya
Meski purnama berpeluh kesah
Meski bintang terenyuh
Meski matahari retak di kedua sisi
Aku yang fikiranku berbeda
Tak mendapati keikhlasan meski seberat biji Dzarah.

Di pengasingan aku terdiam
Menyendiri dan meratapi
Dengan sebilah tanya yang mengambang di udara
Keraguan perihal kebenaran
Malam, Siang hingga habisnya waktu
Aku menanti di balik jeruji hati ini.

Jiwaku berkata
Tatkala aku lelah hingga tertidur
Ia menghampiriku dengan cahaya yang belum pernah aku lihat,
Ia menyapaku dengan kaya yang belum pernah aku dengar.

Aku bingung dan tak berkedip
Hatiku terbangun, jeruji itu perlahan terbuka
Apa yang aku rasakan sekarang?
Aku bertanya namun ia hanya tersenyum dengan raut wajah yang sama sekali belum pernah aku lihat.

Cahaya,
Cahaya,
Cahaya,

Perhalan gelap pun hilang
Rembulan tak lagi berpeluh kesah
Bintang tiada lagi terenyuh
Tiada lagi retak di kedua sisi matahari,
Aku, Fikiranku dan Imajinasiku menyatu dalam cinta dan kasih sayang,
Ikhlasku kembali pada diriku yang hanya seorang hamba.

"Cahaya dari Tuhanku, Allah 'Azza wa Jalla"

~Alek Wahyu~




"Cukuplah dengan syair aku memujimu dan cukuplah dengan syair kusampaikan inginku untuk kelak meminangmu."

Aku tuliskan syair ini sebagai perantara antara engkau dan diriku
Dimana setiap untaiannya kuselipkan do'a dengan niat untuk meminangmu kelak
Pada kesempatan malam,
Dua rakaat ringan yang diselingi lantunan Ar-Rahman
Sujud dalam memohon petunjuk
Jalan keluar nun baik, untukmu dan aku guna meraih ridho Illahi.

Insya Allah.

~Alek Wahyu~





"Syair, Ikhlasku Melepasmu"


Aku dalam untaian syair ini memendam hasrat
Yang menyusup pada sendi-sendi
Yang menyuguhkan rindu di tepi pagi
Meredam fikiran akan mengingat namamu
Menyimpan keinginan akan bersanding denganmu
Memasang batas guna memperkokoh hijabmu dan aku
Berseberangan antara langit dan bumi
Bergantian layaknya matahari dan bulan.
Yang sepi lagi berbahagia
Yang sedih lagi tertawa.

Tiada yang menjadikan aku rindu
Kecuali ketetapan dari Allah Tabaraka wa Ta'ala
Yang melindungi engkau dan aku dari dosa
Yang melindungi engkau dan aku dari fitnah
Menyelaraskan hati dengan jalan tiada terduga
Menyatukan jiwa ketika kelam menyelam
Dalam pelukku bersama mimpimu
Pada tidurku bersama Doamu
Kuhantarkan engkau dengan berlapang dada
Untukmu senyumku merelekanmu.

Tiada yang menjadikan aku cinta
Kecuali ketetapan dari Allah Azza wa Jalla
Yang telah menitipkan rasa
Yang telah menganugerahkan kasih sayang
Yang suci lagi bersahaja
Yang memeluk serta memberi petunjuk
Pada jalan yang halal
Untukmu dengan segala kekuranganku
Untukmu ikhlasku melepasmu.

~Alek Wahyu~




"Hingga kata pulang bersama malaikat."
oleh Alek Wahyu Nurbista Lukmana


Tidaklah aku,
Yang puisi ini menyantuni langit,
Menyapa bumi,
Dan,
Berasalam pada lautan.

Ia yang dengan separuh hatinya,
Memaknai gemintang hingga rembulan,
Menyatukannya sebelum fajar menghangatkan malam,
Ialah ia dalam peluh, pada pelukan.

Tidaklah aku,
Yang puisi ini mengembara pagi dan petang,
Mencermati mentari,
Dalam lingkaran yang bertamu
Anugerah dan Hidayah
Hingga kata pulang bersama malaikat.

Tidaklah aku,
Yang puisi ini bersuara lirih
Hubungan rindu,
Teramat kasih, citranya manusia
Cinta pada halal nun melekat
Lagi suci, mengikat di depan wali
Para saksi tersenyum
Puisiku manyun, malu bersentuhan

Dan,
Kita telah sampai.

Kekasih, kekasih
Puisiku dan puisimu
Cukuplah doa pengobat pilu
Pelan dan pelan,
Pengharapan naik mencapai singgasana Illahi
Mengetuk Arsy diantara para pemikulnya.

Kita memujinya dengan Subhanallah
Kita mensyukuri nikmat-Nya dengan Alhamdulillah
Kita mentauhidkan-Nya dengan Allahuakbar
Dan, kita bersholawat kepada Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasalam.
Manusia mulia dengan syafaat untuk umatnya
Manusia mulia pemimpin umat manusia
Manusia mulia pemimpin para nabi dan rasul.

Tidaklah aku,
Yang puisiku nun terangkai dalam serbuk melati
Berhiaskan imajinasi
Untuk-tertuju
Hingga terbukanya jalan
Terangkatnya hijab
Engkau dan aku.

~Padang, 09-05-2017~



Tidak ada komentar:

Posting Komentar