RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Selasa, 01 Agustus 2017

Kumpulan Puisi Mohammad As'adi - AKU TULIS SAJAK INI



Aku Tulis Sajak Ini


Aku tulis sajak ini
Karena cuaca makin gelap
Dan suara rakyat
Menjelma jadi
Suara yang terbisukan

Ini sajak, hadir dari mulut terbungkam
Di tengah para wakil rakyat
Yang bertelinga besi
Dan behati baja
Untuk terus bertahta

: Kita harus bertahan
Melata di lorong-lorong
Tak henti mengusap keringat
Yang mengucur dari jidat kita yang lebam
Selebam wajah negeri ini

Aku tulis sajak ini
Dengan gelora yang tersesat
Diantara derita para petani
Diantara angin yang meniupkan keluh kesah
Dan menghujamkan ke bumi

Sambil memijit sakit encokku
Aku tulis sajak ini, jangan merasa terasing
Kita tidak sendiri
Karena segala rupa hampir serupa
Hidup kita hanyalah titah dan telah terbilang

Kita memang tak boleh diam dan termangu
Walau jiwa tertikam dan teremas
Oleh negeri yang makin tak mengerti
Ada derita bertubi-tubi
Ada tikaman-tikaman yang melukakan anak-anak negeri

: Kita memang tak mampu menyudahi air mata
Tirani telah meluluhlantakkan
Nurani negeri ini
Lumpur telah menggenang
dimana-mana…di mana-mana !

Temanggung 2017




Lelaki di Jalan Protokol


Negeri ini sudah tujuh puluh dua tahun merdeka
Jutaan umbul-umbul berwarna-warni,
Berhias gincu pemerah bibir
Berkibar-kibar bagai kusud masai rambut negeri ini
Seorang lelaki, sudah uzur usianya
Berdiri ditepi jalan protokol kotaku
Memandangi kibaran-kibaran yang berjuntaian
Dan gedung-gedung tinggi tanpa pepohonan
Gemetar jiwanya
Dan luruh, berterbangan bersama debu-debu
Sambil mengenang waktu
Mulutnya mengerang
Sakit itu terasa merobek dadanya
Pecahan granat terasa menghantam jantungnya
Dan memegangi luka yang terasa kembali menganga
Tangannya yang keriput mengusap darah yang mengucur
Lalu mengangkatnya di hadapan wajah kusamnya
: Darah ! Ini darah untuk bangsa ini
Lalu ia toleh ke kanan, toleh kekiri
: Dimana yang lain ? Dimana yang lain ?
Tak ada ! Semua Tak ada !
Gelap ! Hanya suara teriakan Merdeka !
Diantara suara mitraliur dan serentetan letupan senjata
Berdesingan
Lalu lelaki itu roboh sempurna

Angin kotaku yang bertiupan
Menyadarkan lelaki tua itu
Rambut putihnya yang bergerak-gerak
Ingin sekali ia jelmakan jadi simponi
Mulutnya yang tak lagi bergigi
Lirih menyanyikan lagu Padamu Negeri

***
Negeri ini telah tujuhpuluh dua tahun merdeka
Mengubur berjuta anak negeri
Dan menyisakan jiwa terluka dan bola mata berurai air mata
Ya negeri ini memang telah merdeka
Tapi hanya sepi dari suara mitraliur dan senapan Belanda
Jiwa masih terjajah, harta negeri tak dimiliki anak negeri
Utang Negara bagai bola es yang terus menggelinding di gunung-gunung salju
Pidato-pidato sakit jiwa menjadi jargon-jargon
: Ah..aku jadi teringat lelaki tua di jalan protokol itu
Ia tak berpangkat,
Di jaman perang kemerdekaan kehilangan anak isterinya
Ditembak Nica. Rumahnyapun berkali-kali dihantam mitraliur
-Kini aku berumah langit
Kini aku menjadi anak negeri sesungguhnya
Mencintai tanah dan airnya
Sendiri
Tidur dan berjalan di atas tanahnya
Berselimut gigil, berbaju sengatan matahari
Ya..ya aku anak negeri sejati
Barangkali nanti…atau esok aku telah berkalang tanah
Tanpa air mata dan upacara militer
Tapi aku benar-benar merdeka tanpa sesak dada dan air mata
Dan aku tak tahu siapa menguburku dan singgah dalam ziarah – katanya
padaku

***
Negeri ini, memang telah tujuh puluh dua tahun merdeka
Kita memang telah merdeka
Tapi bagai kehilangan negeri
Pada tanah merdeka ini
Rimba kemajuan kian lupakan asal diri
Seperti lelaki yang tertatih di jalan protokol itu
Menunggu sepi mentari Indonesia
Untuk berkobar-kobar lagi
Seperti dulu
Di jaman negeri bernyalakan api
Membelah seluruh relung jiwa
Menyabung nyawa
Kini kemerdekaan hanyalah sebuah teriakan
Tanpa jiwa di relung kefakiran anak-anak negeri

Seperti jarak padang terbuka
Karena anak negeri tak lagi
Sebagai anak negeri
Namun lelaki yang berumah di jalan protokol kotaku itu
Tak kenal memadamkan
Apinya yang berkobar-kobar

Merdeka !
Temanggung 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar