Senin, 10 April 2017
Kumpulan Puisi Siamir Marulafau - SANGGAR KRISTAL
#PUISI 5 Bait
MENDENGUNG
siamir marulafau
Aku hanya bermalam di malam sepi
Di kala rembulan menerang
Meskipun mata tertutup
Lara akan melirik sampai ke ujung dunia
Sepanjang napas mendengung di langit biru kelam
sm/06/04/2017
Belajar Berpuisi
siamir marulafau
Apa topik,,,,,,,,,?
Di keheningan malam napasmu beresemayam dalam napasku
Jika bintang di langit berkelip,,,,,,,,,,,,
Akan kubelai kasihmu di tepi danau tak bertepi
Seandainya jiwa ragaku tak tertanam di dadaratan sepi
Hanya titipan kasih akan kuukir
Tinggal debu melambai dengan harapan tak tergapai...
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,apa sambungannya?
sm/05/04/2017
THAT WHAT I SAY BEFORE SLEEPING
The large sea is not able to accept my tears
Since it has been changed to be blood
Whereas the coastal area near by smiles
For the disappointed lives to run
No body is caring for the pain
I wish someone be there for a help
But no one insects flies
To seize my hand
For crying
I burst out of not laughing to anyone else
For the cruelty of mankind surrounding
I just keep silent to notice
That the attitudes
For the patience
On my topic of the verse,is portrayed
What happened there really
It was a real personality
And be shared
Just be patience, to keep up
That's the final urge
I say before sleeping
That 's the final urge
I say before sleeping
sm/05/04/2017,copyright
SANGGAR KRISTAL
siamir marulafau
Memukau hatiku
Melihat keindahanmu
Melapangkan rasa rindu
Akan mesjid-Mu
Rumah ibadah kristal
Mengukir alam ke surga
Menghindar ke dalam gudang bara api memanas
Sampai zhikir tak tenggelam
Meskipun air laut pasang
Iman tak akan susut bagaikan air laut surut
Hanya pada-Mu kuberlindung
Di kala suara azan menggema
Sinar pun tersenyum menerpa lara
Enggan tak sujud
Berpaling tak akan menyebut nama-Mu
Di sanggar Kristal menimba amal
Allahu Akbar,,,,Allahu Akbar,,,Allahu Akbar
sm/04/04/2017
ASI
siamir marulafau
Manusianya tak disusui dengan ASI,Otaknya kayak otak lembu karena disusui pakai susu lembu,apakah benar atau tidak,terserah
Ini hanya rintihan syair....
Jika tak menerima,jangan dibawa ke hati
Syairnya mengingikan otak cerdas
jangan kayak syair tak berbait
Sukar ditelan....
Sukar berpikir apakah iya atau tidak
Makanya ASI penting buat generasi
Negara berkembang dari masa ke masa
Sampai syairnya tak tenggelam di muara sungai tak berpasir
sm/03/04/2017
SEMALAM DI MALAYSIA
siamir marulafau
Cintamu mengukir cahaya
Menyiprak ke dalam jiwa
Bersemayam dalam napas
Dengan kilauan lampu menerang
Seiring kasih dikau bias
Hati pun tak gusar,galau
Rasa duka berbalut suka
Tak terlupakan sepanjang masa
Meskipun cahayamu jauh di mata
Aromamu terhirup dalam napas
Sepanjang senyummu membelai kasih
Sepertinya semalam di Malaysia
Besenandung cinta dan damai
Sampai rinduku tergapai
Meskipun kau dan aku berlindung
Dalam cahaya terang benderang
Mengukir rasa harus tak berkesudahan
Sepanjang kasih dan cintamu bercahaya
Meskipun temaram malam tak berbintang
Seperti dikau menerangi harapanku
Tak terlupakan sepanjang masa
Sampai tulang belulangku merapuh di tanah tak bersuluh
Jika napas tak menerawang lagi
Tapi cahayamu membias selalu dalam rindu
sm/02/03/2017
-------------------------
"BANYAK ORANG BISA MENGKRITIK TAPI BERBUAT TAK BISA,DAN BERBUAT PUN BERSALAHAN"
---------------------------
WHAT THING IS TO KEEP?
The life seems like bees
It will give honey for meal
There will be advantage for the lives
As long as the breath runs
Though for a while to save
Even the nature allows to gain
But not for the useless creatures
That the humanity to keep
Otherwise God will be angry
So as the nature will not be smiling
For those against the Almighty
What the life is there to keep
If the curse will be coming down
And all the trees would be drying
What to do?
Except to pray
How long have you been there to live?
For a while is like to sleep
That's the message to keep in
If you believe the being existence there existed
No force between...
To accept something is being or not
That's the personal destiny
sm/02/04/2017,copyright
APA DAYA?
siamir marulafau
Hanya menunggu waktu
Senja akan terkapar di tanah diam
Jika napas tak mendengung
Kopi kelat tertelan akan cair
Darah tak akan mengalir
Lutut kaku...
Mata tertutup
Makanan tak berselera lagi
Minum pun tak akan masuk lagi
Tubuh menggigil...
Terbaring di bawah langit kelam
Mdn/01/034/2017
KASIH TERBENTANG
siamir marulafau
Hanya kau dan aku tahu di mana napas cinta itu besembunyi
Jika kasih itu tak mencuat di langit biru
Hengkanglah daun-daun pada musim gugur
Di kala senja tak terbiaskan sinar mentari lagi
Bertanya selalu,mengapa daun-daun itu terjatuh?
Apakah usianya tua?
Angin sepoi pun tak sanggup menghemus lagi
Seiring pasir-pasir tak bertaburan di hamparan pantai
Bukan sembarang syair...
Di sini...
Kutaburkan benih sampai napasku tragis
Sekeping kasih di kau bentangkan di atas piring kosong
Akan kusemai sepanjang hayat menanti
Sebelum mentari terbenam
Mdn/30/03/2017
MEMBACA PUISI Minthil Kasmaran dengan tajuk "BULAN SABIT"
siamir marulafau
BULAN SABIT
Minthil Kasmaran
.
Bulan sabit menangis,
melintasi gugusan hari-hari bersamamu,
tak terasa hampir mencapai ujung,
tanda pagi tiba,
dan pestapun usai.
.
Bulan sabit mendesah lirih,
mengulir tasbeh berdoa dalam tangisnya,
bertanya juga : mengapa ada perpisahan ?
jika hati terikat erat telah berakar,
mengapa tak dapat merebut takdir,
yang pernah kita minta bersama,
yang diperjuangkan tapi sia-sia,
aku dan kau kalah berperang,
.
dan ketika purnama tiba,
hati kita jauh,
tapi selalu dalam mimpi-mimpi,
hingga bulan memberikan senyum yang paling sabit.
Kita bersama menangis ....
disini,
hingga mati......
.
Bhumiarema, 24/3'17
mien _angeldark
Membaca topik puisi di atas agaknya menarik perhatian pembaca karena bulan sabit sebagai topi berakar pada penuturan puisi,dan memang puisi ini agak sulit dimengerti jika pembaca tidak cermat memahami apa yang sebenarnya dimaksud oleh si Penyair.Jika kita baca, dan cermati,pemakaian kata-kata dan kalimat terasa indah dan tepat.Pada aninea I,bait pertama,penulis menggunakan "Bulan sabit menangis".Penyair senang menggunakan gaya bahasa personifikasi.Bulan adalah diibaratkan sebagai manusia yang menangis,dan mengapa bulan itu menangis?Dalam hal ini,penyair memberikan suatu teka teki kepada para pembaca bahwa dalam kehidupan sang penyair ada sesuatu yang ditempuh dan ingin mecapainya tetapi kadang hasrat itu tak akan tergapai meskipun penyair berusaha dalam hidup untuk bersatu dengan dengan seseorang yang dia senangi,tapi kadang tak berhasil,sepertinya penyair menempuh berbagai usaha melintasi berbagai jalan kehidupan,seperti apa yang dikatakan pada baris ke 2,"Melintasi gugusan hari-hari bersamamu".Ini menunjukan perjuangan yang berkepanjangan sampai pagi,berarti perjuangan hidup dalammencapai sesuatu yang diinginkan dari mulai petang sampai pagi,yang tersirat pada bait 3,4 dan 5.
"tak terasa hampir mencapi ujung
tanda pagi tiba,
dan pestapun usai"
Selanjutnya,penyair dalam puisi ini,Penyair yang diibaratkan sebagai bulan sabit sangat tekun dan taat kepada Illahi bahwasanya dia tak luput berdoa selalu kepada Tuhan supaya apa yang diinginkan akan tercapai tetapi TAQDIRlah yang datang dari Tuhan sebagai PENENTU apakah tergapai atau tidak.Penyair sangat senang sekali dengan seseorang untuk menjalin hidup bersama dalam dunia fana ini,tetapi apakah mungkin itu terjadi,,,,,,,,,,?Dan selalu bertanya,mengapa 'Kau',dan 'Aku' berpisah?Curahan hatiini dapat di baca dan dilihat pada Alinea ke II,bait 2,dan 3:
"mengulir tasbeh berdoa dalam tangisnya"
"bertanya juga :mengapa ada perpisahan?"
Pada bait- bait selanjutnya,sang penyair meneruskan kisahnya,yaitu :Jika antara Aku dan Kau telah berakar dalam napas,semestinya mengapa berpisah,dan sudah sekian lama kita telah bersatu dan menjalin hubungan baik,dankita telah berjuang matian-matian,dan mengapa sia-sia belaka?Hal inilah yang membuat si Penyair gusar dan sangat tertegun dan penasaran,dan sampai-sampai penyair menulis puisi bertajuk"BULAN SABIT".Curhat si penyair dalam bentuk puisi prosa liris ini dapat dilihat pada bait-bait :
"Jika hati terikat erat telah berakar,
yang pernah kita minta bersama,
aku dan kau kalah dalam perang,"
Ternyata,penyair jelas bahwa hatinya sebagai Bulan Sabit menuturkan pada permirsah bahwa dia telah menjalin hubungan baik kepada seseorang tetapi tak berkesudahan dengan bahagia,sehingga membuat hatinya bertanya-tanya mengapa setiap perjuampaan dalam hidup ini akan mesti adanya perpisahah,apakah ini "TAQDIR"?Penyair mengibaratkan ini sebagai "PEPERANGAN',perang dalam memperjuangkan sendi-sendi kehidupan untuk mencapai kebahagiaan dengan seseorang yang dia cintai dengan dirinya sendiri,tetapi,maksud hati nan memeluk gunung apa daya tangan tak sampai,dan itulah kata pepatah atau petuah yang pernah kita dengar.
Kemudian,pada alinea ke III,penyair menggunakan kalimat-kalimat dengan memakai gaya bahasa personifikasi,yaitu :
"dan ketika purnama tiba,
hati kita jauh,
tapi selalu dalam mimpi-mimpi,
hingga bulan memberikan senyum yang paling sabit
kita bersama menangis.....
disini,
hingga mati,....."
Dalam bait-bait di atas terlihat penyair menuturkan kepada pembaca bahwa hati mereka sudah tak mendekat lagi,dan sudah menempuh jalan hidup masing-masing yang akan sulit bersatu ketika bulan purnama tiba.Kecantikan dan hubungan yang baik hanyamelukiskan pesan dan kesan antara "DIA'dengan "SESEORANG",atau anta 'KAU' dengan 'AKU'.,yang disudahi dengan tangisan rintihan karena 'ASMARANYA tak tergapai.Perlu dicacat bahwa keduanya Pecinta di sini sama-sama membawa kesan dan pesan dalam kehidupan yang berakhir dengan kematian yang bersifat TRAGIS disebabkan TAQDIR, dan Kasih tak sampai.Dan inilah yang harus dipegang sebagai ajaran moral kepada kita semua(sebagai pembaca) bahwa apa yang kita cita-citakan untuk sesuatunya adalah tergantung pada yang maha KUASA,dan Dialah yang memulai dan dan Dialah yang mengakhiri,dan hanyalah USAHA belaka yang harus ditempuh oleh manusia di dunia yang fana ini.
Analisis dalam bentuk puisi:
1.Puisi ini berbetuk puisi prosa liris.
2.Puisi tidak terikat pada pada bentuk puisi yang konvesional
3.Puisi bebasdan tidak bersajak pada setiap akhir baris puisi
4.Puisi perlu pembenahan dalam penulisa sepeti:kata 'pestapun'.Seharusnya'pesta pun' dan 'disini'.Seharusnya'di sini'.
5.Setiap akhir bait-bait puisi seharunya tak perlu pakai tanda 'koma' .
.6.Topic puisi relevant dengan tema puisi
7.Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sederhana dengan majas yang tepat sehingga puisi terasa indah.
MENUNGGU SEBUAH KISAH
siamir marulafau
Apakah aku menunggu sebuah kisah?
Tak akan tertutur sepanjang malam
Rasa kantuk pun mengancam
Jika hanya badai menerpa sebuah kapal
Rasanya tergoncang ...
Sanubari pun menggeliat
Sepanjang lautan tak bersahabat
Jika alam mengaung bagai buaya kelaparan
Bersyukurlah wahai insan...
Sebelum alam berhenti mendongeng
Jangan biarkan alam mengamuk
Jika demikian,kepada siapa mengadu?
Tak seorang pun melirik
Hanya perut atas terpikirkan
Perut bawah juga jadi urusan
Harga rupiahmu berapa?
Jika ringgitku kutukar
Apa yang terjadi di atas bumi panas ini?
Tak seorang pun bisa berceloteh
Terdiam sepanjang jalan kenangan
Hanya omelan yang besar sebesar gajah
Toh bunyinya kosong
Bukan membanding...
Hanya mengingatkan di bawah pohon rimbun
Tak membias sinar satu pun tercantol di ubun-ubun
Alunan setiap baris puisi bukan mengancam
Bukan juga mengkritik...
Hanya mengukir rasa duka
Terjerembab di lembah tak berpilar
Sepertinya mengharungi sungai tak bertepi
Dukaku perih pedih...
Jika negaraku menampung sampah-sampah berbau busuk
Kapan melek dengan mata jengkol tak berarti?
Bukan mengoceh, bukan merepet...
Hanya memupuk rasa kebersamaan
Dalam menitip rasa kasih sesamanya
Kemanusiaan semakin menghilang
Sirna ditelan deburan ombak pantai terjal
Tak akan berbayang selamanya
Jika kesombongan atas harta pangkat tak dibawa mati
Terkuburlah harapan setiap insan
Tak akan mencuat di langit cerah
Di kalaTuhan geleng kepala melihat tingkah laku manusia
Sementara gunung-gunung pun tak akan bersenandung lagi
Hanya ingin meletus...
Jika akan terjadi,mau ke mana insan ini?
Bertaubatlah sebelum sinar mentari berpaling gelap
Mdn/30/03/2017
THE POSITIVE IMPACTS OF USING MALAY LANGUAGE
IN LITERATURE
Siamir Marulafau
University of Sumatra Utara,Medan
e-mail: penyair dcm2@gmail.com
Abstract :
This scientific writing is about the positive impacts of using Malay language in literature,which illustrate the use of Malay language in some of literary works written such as poems,short stories, novels,and folklore.This writing also tries to find out whether the language of Malay is used among the writers in Indonesia or not.
Keywords : Impacts,Language, scientific
I.INTRODUCTION :
Using language is one of the most important things in human life since language is the system of symbol has the meaning.Language is a social phenomenon.It is a means of communication between individuals.It also brings them into relationship with their environment (Lim Kiat Boy:1975,P:3).By using language ,human beings can convey what they means to others,and if there is no language ,they can not be able to say what they like to ask and say something to others. The language used by human beings is not the same with the language used by animals.Most people assume that only humans use language---it is something that sets up a part from all other creatures(Dept.of Linguistics,The Ohio State University:20)
The language used by them depends on what languages in literature be there to write,for instance : In Indonesia,the people are commonly to use Indonesian language derived from Malay language or many people said that the Indonesian language was from ‘Bahasa Melayu Riau’, which is the same root of language such as the language of Malaysia,Brunei,Singapore.The Malay language used in four regions is dominantly used as the language of social life and officials among the people.Though the Malay language which has been developed used for many centuries has different characteristics such as in using ‘words’,’sentences’,or ‘pronunciations’ and not the same with Indonesian language.
1.
The Malay language ,which is used in Indonesia specifically recognized and called as "INDONESIAN LANGUAGE" has been formulated as the National language so as to unite the unity of Indonesian people from Sabang to Merauke that is specifically known as “Sumpah Pemuda”,1928.
The Malay language in Indonesia has many dialects in pronunciations in using words,for examples : The language used in Riau and Johor is different from the Malay dialects used in Palembang,Jambi,and Bengkulu.As the comparison of the different dialects seems to be clear that has been identified that the dialect used in Melayu Riau—Johor is the dialect “e”.While the Malay language used in Melayu Palembang, Jambi and Bengkulu uses the dialect ”o”.
The use of Malay language in four regions is known and different if it is compared with one with another in case of using words and the meaning of the words that may be depended on history and culture,for examples: In Indonesia,the words are said ‘berbeda’,’panitia’,’karena’,’unit gawat darurat’,etc.While in Malaysia,these words are said ‘berbez6’,’urus setia’,’kerana’,’kecemasan’,etc.The difference of Malay language used in Malaysia and Indonesia is not only concentrated on the use of the words,but also in the pronounciation such as in Indonesian language the words pronounced in the dialect”a” are like ‘ kita’,’apa’,saya’,siapa-siapa’,etc.While in Malaysia,these words are pronounced in the dialect “e”or”6” such as ‘kite’,’ape’,’saye’,’siape-siape’,etc.
The Malay language used in the four regions,especially in Indonesia is also focused on literature,whereas literature may not be separated from language as a part of culture.It is because wherever the language be found there, literature will be there planted, anyhow.As a matter of fact,the Malay literature in Indonesia was developed by some of the Indonesian writers,poets,short stories writers,novelists. The language of Malay there had been developed as long as the period of literature was improved from one decade to another.
II.PROBLEM OF THE STUDY
Every research has certainly a problem that should be tackled and this is a task for every researcher to find out the solution to overcome the problem.The problem is being discussed is that:” Is the Malay language positively used in writing literary works?”If it is so,that should be a solution to cover in order that the people know much about how the language of the Malay be improved to be Indonesian language that used in writing poems,short stories, novels and folklores.
2.
III.OBJECTIVE OF THE STUDY
The main purpose of writing this scientific writing is to find out the positive impacts of using Malay language to the public so as to indicate whether the Malay language in Indonesia dominantly used among people being settled on the land,especially in Medan,North Sumatra- Indonesia.In short,there are many people using the Malay language,which affect the positive impacts to the user of language itself in social life and literature.Not only that but also the people ,who become interested in learning and writing literature and the students of University in Indonesia may be concerned to use it as well.
IV.THE METHOD OF THE STUDY
The method of the study used in this paper work is library research.The researcher believed that by doing this method,the problem being discussed could be solved completely.For the first time,he read all the material study dealing with all the problems such as the history of the Malay language, the culture and some poems,short stories,novels,and folklore written in Indonesian language derived from the Malay language as well so as to make him easy find out the solution to overcome the problem related to the topic being discussed.
V.SCOPE OF THE STUDY
Since the Malay language has a wide field of studying in the four regions historically,the researcher tends to limit the discussion so as to avoid a misunderstanding or overlapping which is not related to the topic.He only discussed the positive impacts of using Malay language in literature located in his own country,Medan(North Sumatra-Indonesia)
VI.DISCUSSION
What has been discussed in the problem of this paper work,it is true that the Malay language has a large scope to study and it is a find subject to be identified since the language can be found in every literary work written by the literary men in Indonesia.It was a language since the writer of a poem writing a collection of poems entitled “Nyanyi Sunyi” by Tengku Amir Hamzah.This was dominantly written in Indonesian language derived from the root of the Malay language.Let see the followings:
3.
PADAMU JUA
Habis kikis
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku paamu
seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
Melambaipulang perlahan
Sabar,setia selalu
Satu kekasihku
aku manusia
rindu rasa
rindu rupa
di mana engkau
rupa tiada
suara sayup
hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila sasar
4.
Sayang berulang padamu jua
engkau pelik menarik ingin
serpa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
menunggu seorang diri
Lalu waktu --- bukan giliranku
mati hari ---- bukan kawanku...
BARANGKALI
Engkau yang lena dalam hatiku
akasa swarga nipis-tipis
yang besar terangkum dunia
kecil terlindung alis
Kujunjung di atas hulu
Kupuji di atas lidah
Kupangku di lengan lagu
Kudaduhkan di selendang dendang
Bangkit gunung
buka mata mutiaramu
sentuh kecapi firdausi
dengan jarimu meniru halus
Biar siuman dewi –nyanyi
5.
gambuh asmara lurus lampai
lemah ramping melidah api
halus harum mengasap keramat
Mari menari dara asmara
biar terdengar swara swarna
barangkali mati dipantai hati
gelombang kenang membanting diri
Other writers of the poems in North Sumatra,Medan can also be found in writing poems such as the poets’ name: Afrion,Afri Amelia,Sartika Sari,Sylvia hayati,Syafrizal Sahrum,Try Annisa Lestari,Lentera Bias Jingga,Listra panjaitan, Nuri Aslami, Siamir Marulafau(Penyair Dalam Lingkaran Cinta),Nurjannah Rambe,Nuri Aslami,Rizky Endang Sugiharti,and Zulkarnaen Siregar,who hasbeen successful to write a poem Anthology,entitled"Pulang ke Hulu",etc.All these poets have written the poems in Indonesian language which was deriving from the Malay language as the source of Indonesian language.As a matter of fact,one of the above poets,Afrion was succesful to write a poem in Indonesian language entitled “IBU” published by LABSAS MEDAN.ISBN :978-602-96673-7-0 in the poem
Anthology,”Menguak Tabir” as follow :
IBU
tidak pernah kutahu kapan waktu berhenti berdetak
di dadamu,seribu kunang-kunang menggenggam cahaya
memecah batu,mengikis pasir batu belah
menebang ranting mengukir wajah pucat pasi
di pedalaman kau pungut remah perlawanan
susuri sungai mengayuh rakit ke muara terlunta-lunta
mestinya kau berhenti mengeja huruf dari kegamangan petuah
para datuk
karena di sungai
menggelepar anak ikan tertikam tombak begitu dalam
6.
IBU
hiduplah dengan semestinya
saban hari ketika pulang dan pergi
kulihat kau menggantungkan lampu waktu subuh
pada pohon berbaris memanjang ke belakang
sepanjang gugusan lembah—tanah merekah
tubuh melayang terbang menjelang sembahyang
diamuk cuaca saat azan tiba
di bukit mana tersiar kabar dengan raung halilintar
angin menggulung akar pohon
sekalipun tanah kelahiran dilindung mantra segala doa
hidupmu semakin singkat saja
sesingkat itu
kukenang tubuhmu sepanjang badai dan hujan
Another poet,who has taken part to share his competence among of the above poets in writing poems is Siamir marulafau,who has been writing many poems in the Malay language spoken and used as Indonesian language in Medan.The topic of the poem written is “DURI”in the poem Anthology,ISBN :978-602-74238-5-5, entitled “Bahtera dalam Ayat”,recited on August 22 nd,2016 at the Faculty of Cultural Sciences,University of North Sumatra,Medan-Indonesia.This poem is written in Indonesian language ,published by CV Ganding
Pustaka.Let see this following :
DURI
sepertinya ada duri dalam daging
Tak akan bisa kugerakkan lagi
7.
Semua ototku terasa pedih perih
Suaraku serak tak akan bisa menangis lagi
Tetesan air mataku tak akan hanyut lagi
Beku tetap bergerak di segla penjuru
Jika bumiku diinjak-injak
Aku tetap bergerak dan mengaung
Berjuang sedapat mungkin
Meskipun kakiku patah
Hatiku masih bergerak ke kiri ke kanan
Meskipun dikau penjarakan jasadku
Hati dan pikiranku tak bisa dipenjarakan
Impianku berjalan mulus terus
Aku akan tak semakin perduli lagi
Sejauh anganan kugapai demi negeriku
Tak akan terbelenggu dengan penindasan
Kekuasaan di tangan kiri dan kanan
Akan kuperjuangkan
Meskipun bumi bergulir sampai air kering
Kuperjuangkan sampai tetesan darah terakhir
(sm,02/02/2016)
8.
The writer of this paper work does not only concentrate on the use of Malay language in case of writing poems but also in writing short stories.Thus,the short story is a part of literature that makes reader feel interested to read.The short stories written have various topics compiled in Indonesian language derived from Malay language.The mostly topics of the collections of the short stories illustrated here written by Siamir Marulafau,published by “Sembilan Mutiara Publishing Trenggalek”,2013.ISBN : 978-602-1264-00-3.Let see the followings : 1.Aku Sangat Benci Korupsi;2.Ambisi Seorang Janda;3.Cintaku Di Danau Singkarak;4.Cinta Beralih;5.Cintaku Di Persimpangan;6.Cintaku Di Pinggir Gunung Sinabung,7.Cuaca di pagi hari;8.Jatuh Ketimpa Janda;9.Kasih Seorang Ibu;10.KasihTak Sampai;11.Kebanjiran;12.Kesengsaraan Membawa Nikmat;13.Cintaku Di Balik Tirai;14.MengapaBapakku Gagal?;15.MengapaBapakku Korupsi?;16.Malam Lebaran;17.Perawan Tua;18.Pintu Terbuka;19.Roda berputar;20.Surga Di Telapak kaki Ibu,etc.All these short stories are written in The Malay language in the construction of Indonesian language as the national language of Indonesia,specifically be found in the short story,entitled “CUACA DI PAGI HARI”.
CUACA DI PAGI HARI
Alam tidak bersahabat seiring kupinta doa kepada Tuhan semoga makhluk di bumi terlindungi di mana lautan dan ombaknya mengamuk menerpa tepi pantai namun pasir-pasir terhembus dengan angin badai menyelimuti seluruh impian para insani termasuk para petani,nelayan mencari nafkah setiap hari dan sungguh memberikan ingatan kepada insani bila alam tidak bersahabat sekali jangan mengucap “Tuhan bersalah atau tidak Adil”Ini petanda rahmat kepada insani sementara Tuhan maha Pengasih dan Penyayang yang ada di bumi.Dia maha pencipta tujuh lapis langit dan bumi.
“Apa mau dikata bila alam tak menampakkan kelembutan?Kita tetap mensyukuri nikmat Tuhan di bumi.”Kata seorang teman bernama, Din.
Bila alam tidak bersahabat,kita tidak boleh berpangku tangan atau putus harapan karena sinar matahari,angin kencang dan hujan turun sehari membawa berkah bagi insani.Hujan turun terus-menerus mengguyur juga kadang membawa ketidakberuntungan kepada para petani sedangkan bagi yang lainnya akan membawa keberuntungan sekecil mungkin.
“Tapi cuaca yang bagaimana yang kita inginkan?”Tanya salah seorang teman,Rafin.
“Itu tergantung pada kehendak Illahi,dan manusia hanya menerima dan menjalani.”
Manusia di bumi tak perlu khwatir karena Tuhan maha mengetahui apa yang ada di bumi dan di langit.Pokoknya,kita selalu berserah diri.
9.
The use of Malay language concerning with the writing literary works is not noly concentared on the short stories but also the novels.The novelist, Idris Pasaribu has taken a part in writing novels using Indonesian Language derived from Malay language,entitled “Pincalang”,and “Mangalua”.These two novels are written in a simple language.”Pincalang” was published by Salsabila Pustaka Alkautsar.ISBN 978-602-9844-1-1.While “Mangalua”was published by Yayasan Pustaka Obor Indonesia :IKAPI DKI jakarta.ISBN: 978-979-461-974-2.
As a proof of writing and using Indonesian language derived from Malay language,the novel entitled “Pincalang”is really constructed and written in Indonesian language seems to be true that can be seen fron the beginning up to the end of the novel.
PINCALANG
BUYUNG
“Gelombang mengamuk hebat.Langit hitam.Angin terus menderu-nderu.Dengan lincah,bagaikan seekor monyet,Buyung naik memanjat tiang besar.Sebentar tubuhnya oleng ke kiri dan sebentar oleng ke kanan.Suara derak tubuh Pincalang terdengar kuat.Cekatan sekali Buyung melepaskan tali pangkait ujung layar besar.
Tasss...
Tali pengikat layar terlepas.Layar melorot ke bawah.Dengan cepat Amat menangkap dan melipatnya sebelum layar berwarna cokelat lusuh itu tertiup angin,terbang ke laut.Buyung seperti kilat,meluncur ke bawah melalui tiang layar setinggi dua meter.Setiba di bawah,dia berlari ke haluan dan melepas layar kecil yang ada di sana.Dia melipatnya sendiri,dua lembar layar berwarna cokelat dari kain belacu yang dicelupkan dalam sebuah wadah beirisi air dari tumbukan kulit kayu.Air tumbukan kulit kayu itu dapat memperkuat jaring dan kain agar tak cepat lapuk terkena air laut.Bersama ayahnya, Amat,Buyung mencabut tiang layar dan meletakkannya memanjang mengikuti panjang pincalan.
Amat segera berlari menuju kemudi di buritan.Ia mengambil alih kemudi dari istrinya.Buyung berlari kehaluan.Pinggangnya diikat menggunakan tali besar,lalu ujung tali sebelahnya diikat ke haluan.Istri Amat,Marya,segera berlari menuju perut pincalang,menemui dua anaknya yang lain,Upik yang berusia lima tahun dan Nur yang berusia dua tahun.Anak sulungnya,Buyung berusia delapan tahun.Mereka satu keluarga adalah pemiliki Pincalang itu.
Maryam segera mematikan api di dapur.Untung nasi sudah tanak.Untuk kesekian kalinya mereka terombang-ambing di tengah lautan ......dst”(Idris Pasaribu:2012,p.07 s.d 256)
10.
Another proof to be said is true to write the literary works,especially in case of folklores is that the writer of this scientific writing tries to illustrate the use of Malay Language,which had been developed into Indonesian language be used in writing folklores,found in “Mitos Cerita Rakyat” by T.Silvana Sinar,and Ikhwanuddin Nasution.This book is a collection of research about folklores in Indonesian language,which was published by USU Press,2011,ISBN: 979 458 5564.The construction of this book seems very good because it gives reader much knowledge about what folklores stories are about.
In “Mitos Cerita Rakyat”, the folklores and story tellers of folklores,which were written in Indonesian language by Prof.T.Silvana Sinar,MA,Phd and Prof.Dr Ikhwanuddin Nasution,M.Hum can be seen derived from Malay language such as : “Batu Umang Cerita Rakyat Di Desa Durian Tani Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Sebagai Mediasi Publik”by Hariadi Susilo;”Citra Tokoh Naga Dalam Cerita Putri Hijau Dan Putri Merak Jingga “:Mitos Pembebasan by Irwansyah;”Mitos Incet Dalam Cerita Rakyat Batak Toba”by Martha Pardede;”Kisah Putiri Hijau: Satu Kajian Rasional Dan Irasional” by Pertampilan S.Brahmana; Motif Migrasi Orang Batak Dalam Cerita Rakyat:”Asal Usul Orang Batak “,”Si Baroar” Dan “Si Marhala” by Rosliani;” Metafora Kecantikan Dalam Kajian Hikayat Sabainan Aluih” by Shafwan Hadi Umry;”Konsep Religius Raja Sisingamanagaraja XXII”by Sumurung Simorangkir;”Penanda Landmark Dan Struktur Generik Mite’Sri Putih Cermi”byT.Thirhaya Zein;Antar Mitos”Imam Awang” Dengan Konsep”Imam Awang”,Kurang Beriman”Dalam Cerita Rakyat Melayu Langkat:Pendekatan Semiotik Budaya by Yos Rizal.
Consequently,all the folklores mentioned with the writers above are significant to be recognized in the world of literature so as to know much and grasp literary knowledge about literature and the language of the Malay regarding as the source of language be used to write. As a matter of fact,two senior lecturers at the Faculty of Cultural Sciences,University of Sumatera Utara,Prof.T. Silvana sinar,MA;and Prof.Dr.Ikhwanuddin Nasution,M.Hum shared the real meaning of the story about “Mitos Cerita Rakyat”in their research so that people will acknowledge what the “Mitos Cerita Rakyat” is there about.
As a proof of saying the Malay language be used in writing folklores,Hariadi Susilo tries to expose and describe the description of “CERITA BATU UMANG” in Indonesian language derived from Malay language,which had been developed into Indonesian language from time to time that the story regarding as folklore can be seen in the following:
CERITA BATU UMANG
Di sebuah desa yang bernama Desa Durian Tani, hiduplah sebuah keluarga yng terdiri dari Ayah,Ibu, serta menantunya yang baru melahirkan.Mereka hidup dalam keadaan susah.Mata
11.
Pencaharian mereka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya adalah bertani.Dari hasil pertanian,mereka yang sedikit itulah mereka dapat hidup.
Pada satu ketika,si Ibu ingin sekali memakan ikan sungai.Hal ini dikatakannya kepada suaminya agar suaminya memancing di sungai.Sungai ini tidak jauh dari desa tersebut.Menurut cerita, di sungai itu terdapat dua batu besar yaitu”Batu Penjemuran dan “Batu pertenunan”.Konon,kedua batu ini mulanya milik Umang yang ada hubungannya dengan Batu Umang tersebut.Batu pertenunan ini adalah tempat orang bertenun di sore dan malam hari.Sedangkan Batu Penjemuran adalah tempat Umang menjemurkan kain yang baru dicucinya.
Dengan suruhan istrinya,maka pergilah si Bapak ke sungai untuk memancing.Pertama kali si Bapak ini ingin pergi ke Batu Pertenunan karena di batu itu sangat cocok untuk memancing dan orang yang memancing tersebut tidak terlihat dengan jelas karena bentuk batu itu agak melengkung. Setelah beberapa lama berada di tempat itu, si Bapak ini tidak menemukan satu ekor pun ikan kesukaan istrinya .Selanjutnya ....dst.”(Hariadi Susilo:2011,p.16,17,18,19,20)
VII.CONCLUSION AND SUGGESTION
The writer of this scientific writing comes to conclusion that literature may not be separated from the language since the language of Malay,which was developed into Indonesian language is a medium of literature whether it is a poem, short story,novel,folklore or any other kinds of literary works.As matter of fact, the language being discussed can positively be found in literary works written in Medan,North Sumatra-Indonesia by the writers,poets,short story writers,and novelists in Indonesia.
The Malay language used in Medan,North Sumatra-Indonesia plays a great role in literature since the language is the root of Indonseian language that is being used by the people in case of literary writing and communication so as to improve the literature in the era of globalization.
The writer of this scientific writing suggets that those who are involved in studying literature should read a lot about Indonesian literature so that they can broaden their knowledge about literature and the Malay language used as its medium whether it is a poem,short story,novel or any other other kinds of literary works.
12.
REFERENCES
Alwasilah,A .Chaedar.2002.Pokoknya Kualitatif :Dasar-dasar Merancang Dan Melakukan Penelitian
Kualitatif.Jakarta :Pustaka Jaya.
Department Of Linguistics.----.Language Files: Materials For an Introduction to Language &
Linguistics,Sixth Edition: The Ohio State University.
Lim Kiat Boey.1975.An Introduction To Linguistics For The Language Teacher.Seameo : Singapore
University Press.
Labsas.2012.Menguap Tabir :Antologi Puisi.Laboratorium Sastra Medan.
Marulafau,Siamir.2016.Bahtera Dalam Ayat: Antologi Puisi.CV. Ganding Pustaka,Yogyakata.
----------------------.2013.Cintaku Di Danau Singkarak: Kumpulan Cerpen.Trenggalek,Sembilan Mutiara
Publisging.
Pasaribu,Idris.2012.Pincalang:Novel.Penerbit Salsabila.Jakarta Timur.
------------------.2015.Mangalua: Novel.PenerbitYayasan Pustaka Obor Indonesia.
Rosmawati R,dkk.1990. Struktur Sastra Lisan Melayu Serdang.Jakarta : Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
T.Silvana Sinar & Ichwanuddin Nasution.2011.Mitos Cerita Rakyat.Medan :Penerbit USU Press.
Teeuw,A.1982.Khazanah sastra Indonesia.Jakarta :Balai Pustaka.
Yunus Umar.1981.Mitos dan Komunikasi.Jakarta : Sinar Harapan.
----------------.1985.Resepsi Sastra : Sebuah Pengantar.Jakarta Gramedia.
JIKA TAK MENERANG
Siamir Marulafau
Napasku bagaikan lentera
Hanya memberikan cahaya seadanya
Tak seperti mentari
Jika tak menerang
Tanamkanlah sumbu pemancar
Jika hati berikhlas membiaskan cahaya
Dari sanalah aku datang
Mengukir kasih sedalam lautan
Jika tidak...
Akan berpaling sepanjang masa
Di kala kaki berpijak di atas karang tak berpilar
Senjaku akan terbenam
Tak akan menggapai sinar lembayung kelam
Jika bintang di langit tak berkelip lagi
Hanya rintihan dan tangisan merangkul sukma
Di daratan terjal memutus napas sampai akhir zaman
Medan/29/03/2017
PETIR
Siamir Marulafau
Petir mengaung
Cahaya redup
Kecemasan mencekam
Hati pun gusar
Angin semakin ribut
Alam tak bersahabat
Halilintar berkilau
Menyambar harapan
Doa besua
Aras-Nya tak goyang
Hanya senyum tersimpul
Di kala napas tersesat
Medan/28/03/2017
TERCORET
siamirmarulafau
Tulisanku tercoret-coret
Tak keruan di pamplet
Tak terbaca orang
Akan di hapus
Tapi tak bisa juga
Hanya saja tintanya
Berwarna keemasan
Membuat lara tersanjung
Walaupun hurufnya patah-patah
Tulisanku tercoret-coret
Melambung ke udara
Makana tak menentu
Membacanya takjelas
Harus pakai kacamata
sm/28/03/2017
LET ME GO ALONE
Let me go alone
If your heart is not mine
Hope will not be coming
Since the love fades away
No breath to resist
While the love is mine
What makes the love go away?
Never I hurt,never i hurt
That you start that you end
I merely guess so
Since the love is not usual
No confidence from the heart
That it goes away
Without warning i Stand still
But what to do?
It can't be paid
Though thousands rupiahs
And let me go alone
You may not come along with
Not because of anger
But it just for reminding
And not for commit suicide
Not for commit adultery
But for the love of lives
Where else you find out
It is not just the same
That the hair is much different
And not the same like the eyes
The love is drawn looks like pearl
Be found at the bottom of sea
Let me go alone....
To sing a song you like
That reminds me when my first love with
To come into the world beside
And not to stay for along with
For the cause of misunderstanding
You may come to see...
What the longing is really
Be always in deep heart of mine
To thank up to die
sm/06/04/2017,copyright
KASIH DI ATAS PANGGUNG
siamir marulafau
Aku hanya mengukir kasih di atas panggung
Seandainya panggung ini roboh
Apakah kasih juga roboh denganplar besi beton?
Di atas sekeping papan merapuh
Sungguh keterlaluan ...
sm/06/04/2017
TIMBANG RASA
siamir marulafau
Aku semakin tua
Semakin tak kuat
Mata semakin rabun
Gigi semakin ompong
Kulit semakin keriput
Rambut semakin memutih
Nafsu semakin tinggi
Omelan semakin semraut
Kemarahan semakin meningkat
Nafsu makan semakin berkurang
Gairah semakin menderu
Apa lagi,iya yang semakinnya?
Mati semakin mendekat
Rasa takut semakin menguat
Rasa muda semakin meningkat
Rasa tua tak teringat
Seolah-olah muda terus
Tahu-tahu masuk ke liang lahat
sm/09/04/2017
PENDUSTA
Siamir Marulafau
Bukan hanya kasih Kutitipkan
Helai napasmu kusemayamkan dalam daging
Kerangka tulangmu Kukokohkan
Mengapa dikau dustakan ayat-ayat-Ku?
Apakah dikau tak berpikir?
Alam semesta Kusempurnakan
Lautan kubetangkan dengan gumpalan awan
Langit dikau junjung menyelimuti segalanya
Apakah dikau tak percaya?
Sinar mentari menyinari bumi dikau pijak
Apakah kurang nikmatnya?
Rembulan menerang dengan cahaya
Ikan di laut bertebaran dan berenang
Melambaikan tangan siap disantap
Apakah dikau tak yakin?
Mengapa dikau dustakan ayat-ayat-Ku?
Aku tak akan merugi
Aku tak akan beruntung
Jika dikau tak sujud sedetik pun
Tak ikut perintah-Ku,tak mengapalah
Tapi jika napas tak mendengung
Akan dikau rasakan siksanKu
Di sanalah bertebar butir penyesalan
Akan tak diberi ampun sedetik pun
Akan dikau terima pembalasan
Pahit gentirnya neraka memuas di seluruh tubuhmu
Apakah tak yakin dengan ucapan-Ku?
Sungguh dikau dustakan ayat-ayat-Ku
Bertaubatlah,wahai insan....
Sebelum tertidur di tanah tak bersuluh
Sebelum tubuhmu dipanggang di gudang bara api menyala
sm/09/04/2017
#PUISI SATU Bait
Melemparkan senyum di atas suka dan duka merangkai di ranting pohon tak terhempas
sm/09/04/2017
SAHABAT SEMINAR
siamir marulafau
Langit membiru mencerahkan lara
Jiwa merangkulkeindahan
KualaTerengganu menyambut dengan senyum
Di kala lelah tak terasa dalam jiwa
Meskipun sinar membakar
Semangat berkobar selalu
Sepanjang seminar membahana dalam jiwa
Seiring udara jua bersahabat
Gedung-gedung pencakar langit mengukir salam
Datanglah para pembentang makalah
Keilmuan senjata tuan
Mengingat tali persaudaraan
Malaysia,Indonesia dan lainnya bersahabat di era global
Syair mengikat ranting-ranting terhempas
Terengganu/sm/22/03/2017
ALLAHU AKBAR
siamir marulafau
Melantunkan syairku
Melukiskan kicauan burung
Di kala insan memukau
Sepertinya ranting kayu bergetar
Pohonnya pun menyulam rembulan
Tak akan cahayanya padam
Semalaman terang berbintang
Cahaya fajar melambai
Subuh menggema di saat azan
Takbir,Allahu Akbar
sm/08/04/2017
HUMAN RIGHT
siamir marulafau
Never have i spoken before
Humanity is the diamond of man's lives
Since this world runs from the beginning up to end
No body will hesitate there to say
For its truth to elaborate
That many people think it uselessly
For the poverty be found everywhere we live
Where is the justice?
Where is the government to seize?
Let them think trice
Since it is a human right to think
But,not to criticize..
I am a humble creature there to speak
Since the Almighty will be smiling
If the man's lives in a safety
Never have i spoke before
That everybody has a right to say
Whereas this world is for them to run the lives
Humanity is the diamond of man's lives
Though this life is just for a while
Let the trees be grown up with he heavy leaves
Where is the justice
Humanity is the brother of solidarity
The sun will be smiling to provide brightening
While the moonless night will be exchanged in lighting
That the lives will be in safety
Never have i spoken before
What i think is to draw a verse of a golden paradise
Not to criticize...
This world is suffice for us all
Whereas the lives will be there for friendship
This verse is not a ghost to gaze
Let them think trice before sleeping to leave
Let them know what color of lives there existed
No one is differentiated
That Almighty loves all creatures on the earth
The love might not be like a fire
With no hatred to separate
With no conflict to kill...
Never i have spoken before
That this verse is so to speak,which brings peace
Peaceful thought is the golden paradise
That be drawn for the success to survive
Let them know how poverty be there running
That might not be regarded as useless thing
It is human right for their demand to gaze
Where is the humanity?
Are they blind to see?
Are their eyes and ears closed to keep?
If it looks like this,what this world seems like?
What should the poor and the rich there be differentiated?
That the Almighty seems has disagreed
But,it is true to think...
Though the lives is just for a while
Don't let them be in chaotic lives
And they are creatures for precious livings
Let them think trice
Before sleeping to leave,,,,before sleeping to leave
It is just a reminding only
sm/03/05/2017,copyright
S6KHI SIBAI
Siamir Marulafau
BAKHA BA D6D6 MAN6 TARASO
WA'AS6KHI FOMA FATAMBAI
sm/03/05/2017
DUNIA AKHIRAT
siamir marulafau
Kehidupanku tak menyentuh
Daun-daun kupetik menghijau
Di kala sinar tak menggapai harapan
Dunia tercebur dalam kesuraman
Jika hidup berparasit di batang kayu
Dunia terbentang seluas mata memandang
Tapi apa kubuat?
Di alam fana berkembang setiap saat
Kesan dan pesan kutinggal...
Jika napas tak menerawang lagi
Apakah mesti aku berpangku lutut?
Aku harus bergerak
Tak akan diam sepanjang hayat
Meskipun gelombang menerpa harapan
Tak akan kubiarkan tergulung di tepi pantai
Sepanjang semangat berkobar bagaikan lautan api
Dunia jangan terlena...
Akhirat pun menanti wajah...
Sepanjang hayat tak lagi merapung di tanah tak bersuluh
Walaupun tulang belulangku merapuh
Seiring harapan beramal kelak membuahi emas surga
Harapan akhirat terukir ...
Jika pengorbanan dan perjuangan jiwa mengukir mutiara
Kehidupan di penantian tak terbentur dengan tembok neraka
Di kala iman tak menyusut sepanjang lautan tak kering
Aku yakin....
Ini bukan kisah sembarang kisah
Akan kudambakan keseimbangan di yaumil mahsyar kelak
Jika napas tak lagi menerawang
Usaha demi usaha terlepaskan ikhtiar
Jika sanubari terketuk di jendela surga
sm/01/05/2017
Kumpulan Puisi Alex Wahyu - INSYA ALLAH
"Insya Allah"
Aku meninggalkanmu bukan lantaran aku tak lagi mencintaimu,
Aku meninggalkanmu bukan lantaran aku tak lagi menyayangimu
Aku meninggalkanmu bukan lantaran aku tak lagi peduli kepadamu
Dan aku meninggalkanmu bukan lantaran aku tak lagi mengharapkanmu.
Aku meninggalkanmu karena aku ingin menghalalkanmu
Aku meninggalkanmu karena aku ingin mempersuntingmu
Aku meninggalkanmu karena aku ingin mengharapkanmu
Dan aku menginggalkanmu karena aku ingin menjadikanmu ibu dari anak-anakku.
Sandaran hatiku,
Aku tiada peduli apapun yang engkau kerjakan saat ini
Aku tiada peduli dengan siapa engkau berada saat ini
Aku tiada peduli apapun,
Tunggulah aku meski dalam kesedihan
Tunggulah aku meski dalam kesakitan.
Janganlah engkau berfikiran perihal lainnya
Janganlah engkau menjaga apapun kecuali perasaanmu terhadapku
Dan janganlah engkau menjaga apapun kecuali hati ini yang telah aku titipkan.
Sandaran hatiku,
Nantikanlah aku, karena aku akan menjemputmu, Insyaa Allah
Sandaran hatiku,
Bersabarlah, serta tumpuklah selalu cintamu,
Sandaran hatiku,
Bersabarlah selalu dalam sujudmu.
Sandaran hatiku,
Bersabarlah pada bacaan Al-Qur'anmu
Sandaran hatiku,
Aku mencintaimu dan aku akan selalu memintamu pada Pencipta kita.
Sandaran hatiku,
Aku merindukanmu,
Aku begitu merindukanmu yang berdiri tepat di belakangku, mengikutiku dalam kewajiban Sholat lima waktu.
Sandaran hatiku,
Aku menginginkanmu,
Aku begitu menginginkan dirimu yang duduk di sebelahku seusai Sholat, bertadarus dan memperindah setiap bacaan Al-Qur'an.
Sandaran hatiku,
Aku mencintai dirimu
Aku begitu mencintai dirimu yang nantinya selalu mengingatkanku, Menjaga sepertiga malam,
Menjaga Sunnat Rawatib
Menjaga hijrahku denganmu bersama dalam membangun sebuah bahtera di muka bumi
Dengan si anak muda,
Dengan segala kekurangan
Dengan segala kelebihan
Selalu dan terus berusaha
Hingga kita mendapati Keridhoan Illahi
Memimpikan kampung halaman
Tempat kita berpulang nantinya
Surga nun indah yang mengalir sungai-sungai.
Aku begitu merindukanmu,
Aku begitu menginginkanmu,
Aku begitu Mencintaimu,
Dengan hadiah yang tengah aku persiapkan
Ar-Rahman untukmu sandaran hatiku.
~Alek Wahyu~
"Untukmu yang tiada aku ketahui sama sekali, perihal siapa dan dimanakah engkau saat ini"
Ya Ukhti,
Aku tiada mengetahuinya sedikitpun,
Perihal siapakah dirimu dan dimanakah engkau saat ini.
Namun ukhti, satu yang tengah kupahami saat ini,
Dimanakah rindu ini akan berlabuh nantinya?
Dengan segala upaya nun tersimpan pada bilik-bilik tertentu yang diamnya seakan menyatakan cinta.
Ya Ukhti,
Engkau tahu apa yang paling aku rindukan?
Engkau tahu apa yang paling aku inginkan?
Dan apakah engkau tau apa yang paling aku cintai?
Ya Ukhti,
Siapapun engkau dan dimanapun engkau
Aku harap engkau jua menengadahkan tangan dengan penuh harap
Menggantungkan doa di sepertiga malam
Menyampaikan Niat di setiap sujud terakhirmu
Melantunkan Al-Qur'an untuk bekal si anak muda kelak.
Ya Ukhti,
Aku merindukanmu,
Aku begitu merindukanmu yang berdiri tepat di belakangku, mengikutiku dalam kewajiban Sholat lima waktu.
Ya Ukhti,
Aku menginginkanmu,
Aku begitu menginginkan dirimu yang duduk di sebelahku seusai Sholat, bertadarus dan memperindah setiap bacaan Al-Qur'an.
Ya Ukhti,
Aku mencintai dirimu
Aku begitu mencintai dirimu yang nantinya selalu mengingatkanku, Menjaga sepertiga malam,
Menjaga Sunnat Rawatib
Menjaga hijrahku denganmu bersama dalam membangun sebuah bahtera di muka bumi
Dengan si anak muda,
Dengan segala kekurangan
Dengan segala kelebihan
Selalu dan terus berusaha
Hingga kita mendapati Keridhoan Illahi
Memimpikan kampung halaman
Tempat kita berpulang nantinya
Surga nun indah yang mengalir sungai-sungai.
Aku begitu merindukanmu,
Aku begitu menginginkanmu,
Aku begitu Mencintaimu,
Dengan hadiah yang tengah aku persiapkan
Ar-Rahman untukmu ya Ukhti.
~Alek Wahyu Nurbista Lukmana~
Kumpulan Puisi Adhiet's Ritonga - BINGKAI ASA
BINGKAI ASA
Adhiet’s Ritonga
Hidup memang indah bila diresapi
Meski banyak rintangan yang dilalui
Cinta dapat menjadi suka ataupun duka
Karna cinta SMA bukanlah segalanya
Bakti pada Negeri adalah bakti yang abdi
Pengorbanan demi cinta juga pada keluarga
Ayah, Ibu dan Guru yang kita kasihi
Ilmu dan pengajaran bekal meraih cita – cita
Kantor Pusat Sanggar Pelang
DOA DIKALA MALAM
Adhiet’s Ritonga
Kala purnama genap berbilang
Serumpun bintang pendar cahaya
Awan berarak kembali pulang
Langit hitam pudar warnanya
Malam dingin diselimuti angin
Hujan menyiram bahasi bumi
Aku menghadap pada – Mu ya Tuhan
Bersujud haru tenggelamkan diri
Kupanjatkan doa berderai air mata
Hapuskan dosa sehampar lautan
Terimalah Allah taubatan hamba
Seluas angkasa mohon ampunan
Qiamulail hamba tegakkan
Tepat dikala malam Lailatul Qadar
Jalan yang bengkok segera luruskan
Sebab diriku terkesilap sadar
Kantor Pusat Sanggar Pelangi
Kumpulan Puisi Ade Saputra Sunankaligandu - PINTA YANG TAK RENTA
♡PINTA YANG TAK RENTA♡
Tertatih tubuh ringkih
Merayapi dinding senyap
Dibingkai figura pengap
Bersimbah rerona noktah
Sayap-sayap telah patah
Telapak tanpa jejak
Punah remah tersapu pongah
Sirna daya tuk mengepak
Lirih angin gemerisik
Bawa warta sang belahan asa
Tentang rasa nan diusik
Oleh bulir buah pena
Mengapa
Tak jua bisa lena
Meski selimut setebal rindu
Tak jua lelap di ruang kalbu
Usah kau tabur debu
Ada angin kan bertiup
Lalu netrapun kan terkatup
Hantar langkah tersandung batu
Singkirkan semua benalu
Jangan biarkan tumbuh
Bersemayam di ruang pilu
Jaga cinta tetap bersih
#DewaBumiRaflesia_06_04_17
Kumpulan Puisi LUmbang KAyung - ASIAH CHAN
# ASIAH CHAN #
Asiah Chan,
Kau kan lahirkan kepiluan,
Kau kan hadirkan kembali kepedihan,
Getir yang telah ku rasakan,
Akan kah menjadi ujut kenyataan,
Luka yang ku rasa di sepanjang perjalanan.
Asiah Chan,
Kau bunga kayangan,
Kau Bidadari impian,
tak mungkin dapat ku temukan,
Menemani kisah di dalam kehidupan,
Yang selama ini ku dambakan.
Tak kan air dapat ku ukirkan,
Tak kan Angin tempat ku berpesan,
Hanya sebuah hayal dan angan,
Yang menemani rasa bersama bayangan,
Di dalam kegelapan,
Perjalanan yang kehilangan tujuan.
Asiah Chan,
Kau harus memahami,
Bunga yang kau berikan,
Tak pantas untuk ku miliki,
Untuk ku pajangkan,
Di taman Sunyi sepi yang menyelimuti.
By : LUmbang KAyung
Tanjung Balai 06:04:2017
# TANGIS REMBULAN #
Kan ku dengar kan,
Suara alunan senja,
Di antara Gemuruh lautan,
Kan ku kabarkan satu tanya,
Tentang rembulan,
Yang kan memberi sinarnya.
Nyanyian malam kian menjelma,
Riuh camar tak terdengar lagi,
Hanya dinginnya angin yang menyapa,
Kabar kan sepi yang menyelimuti,
Dalam menanti seberkas cahaya,
Yang kan menerangi kesendirian ku ini.
Bintang bintang,
Sinar rembulan,
Kini perlahan menghilang,
Dan hanya rintik hujan,
Menepis lamunan ku yang panjang,
Di dalam kegelisahan.
Kan ku nyanyikan sendu,
Tentang tangisan rembulan,
Juga mendung kelabu,
Diam diam memberi kegelapan,
Yang kini kian mencumbu ku,
Di sepanjang perjalanan Impian.
By : LUmbang KAyung
Tanjung Balai 10:04:2017
Langganan:
Postingan (Atom)