RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Jumat, 31 Desember 2021

Cermin - MAMAK MAMAK OH MAMAK MAMAK Penulis : Airi Cha


   Pagi buta kawan awak ini dah nongol batang idungnya. Bunga taik ayam awak aja belum pada mekar. Pasti ada apa-apa dan ada maunya kalok udah gini. Pon keknya belum mandi dia, cumak pas poto alias cuci mukak. Itu pun nyucinya pakek sabun batangan cap telepon. Sabun paling terkenal di Medan buat bersihi baju putih dan sabun mandi andalan Mamak-mamak kalok lagi keabisan uang belanja. Namun aneh moncong si bedangkik monyong. Kalok udah kek gini jantung awak jadi gak normal denyutnya.

"Ada apa, Bang?"

Gak pake basa-basi lagi langsung tak tembak aja.

"Gak ko tengoknya mukak ku geram kek gini," sahutnya jengkel macem gak kenak tuak sebulan.

"Awak tengoknya, tapi mukak Abang tetapnya kek kemaren jugak."

"Payah ko. Kawan macem apa ko?"

Lampiasnya dongkol kali.

"Eh, jangan bawak-bawak pertemananlah, Bang. Mana awak tau Abang kenapa di sana. Datang-datang udah ngajak gelot," balas awak sewot.

"Janganlah ko marah. Abang cumak kesal ke Mamak-mamak tetangga." Takut jugak dia rupanya nengok awak naik pitam.

"Marahlah sama orang tu jangan sama awak. Memangnya kenapa Abang kesal?" Penasaran jugaklah awak kan jadinya.

"Mamak-mamak itu tiap berantam sama lakik langsung begosip sama tetangga kiri-kanan. Sampek berbusa mulut pun gak udah-udah ceritannya."

"Biarlah. Ngapain pulak Abang ngurusi. Kan bukan Abang jugak yang digosipin. Lagian Abang pun bukan lakik orang tu." Sok nenangi dia lah awak. Biar gak jelek terus mukaknya meski pon memang jelek sebenarnya.

"Agak jadi urusanku jugak. Pon aku ada tersinggungnya pulak," bantahnya tambah jengkel.

"Di mana pulak letak urusan dan ketersinggungan Abang?"

Penasaranlah awak sama ucapannya, gak ngerti jugak apa yang bikin kawan ini naik sehnya sama omak-omak.

"Udahlah mereka berantam jelek-jeleki suami yang sekaum samaku, tau-tau bagun pagi udah mandi basah pulak."

"Biasanya itu, Bang. Ngapain dibesar-besarkan."

"Biasa kek mana? Kalok ko tengok tingkahnya sok model sampo pakek gerai-gerai rambut dan sisiran di halaman. Muak pasti ko liatnya."

"Teros apa pulak urusan binik orang keramas sama Abang?" Jadi bingung kan awak sama penjelasannya.

"Bodoh kali lah, ko. Mereka kan seakan ngejek. Udah tau lah aku jomlo, ngapain pamer rambut basah," katanya dengan mukak mustapa alias mukak serem tampang paok.

"Ya udah, gantian Abang ikut keramas tiap pagi. Jadi dikira abes kawen," kata awak lah kasih usul buat si jomlo lumutan sambil cengar-cengir.

"Ko, kiranya aku kucing maen kawen aja gak nikah?" Mendelik matanya kek jengkol direndang. Terus dibilangnya "Eh maunya ko kawen samaku?" Ditembaknya awak gak pekek basa-basi lagi. Kalok pistol bunyiknya dor lah gitu. Yang gak tahan meleset pulak pelornya.

Sumpah! Jantung awak malah kek kesamber petir bukan ketembak pistol. Kagetnya gak tanggung-tanggung. Untunglah jantung awak buatan Tuhan bukan kaleng-kaleng. Gak kebayanglah cemana idup awak kalok sama si pelit ini. Bisa-bisa masak nasik pun nantik harus diitung berapa butir. Masak sayur ditimbang berapa ons, masak air diliterin. Gaklah kalok sama dia, udah pasti lahir-batin dunia akhirat awak tersiksa.

"Preklah! Ko yang sor sama omak-omak, kok awak yang mau diembat, Bang," balas awak gak mo kalah. "Pon maaf! Abang belum beruntung, lain waktu bisa cobak lagi" sahut awak sukak-sukak ati jugak lah buat nyelamati diri.

"Ko kira Abang lagi belik lotre, dan kalah, Dek? Kupelet ko nantik baru tau rasa," ancamnya kesal sambil ngeloyor pergi. Gak nengok-negok lagi angek kali keknya dia.

Buru-burulah awak tutup pintu sebelum dia balek lagi mintak diantari pulang. Awak pon mau cepat-cepat membalekkan sempak ma beha yang tak pakek. Kalok bisa ganti kolor yang agak bolong-bolong. Bukan apa-apa untuk antisipasi aja kalok-kalok si kawan sampek kebelet ngewujudtin niatnya buat melet awak. Kata nenek-nenek zaman dulu mantra ajian itu bisa ditangkal dan mental balek ke dia kalok kita pakai sempak ma beha terbalek.

**********TAMAT**********

Cermin –
MAMAK MAMAK OH MAMAK MAMAK
Penulis : Airi Cha
Pengojek Hati
1708.281121



Rabu, 08 Desember 2021

Cerpen – KUTUKAN Penulis : Siamir Marulafau


   “Mengapa kau termenung Alex?” Tanya salah seorang teman lamaku. Kebetulan dia tinggal di sebuah kota kecil dekat kota Wuhan. Sungguh lama sekali aku bertemu dengan kawan lamaku itu, Udin. Dia seorang mahasiswa diperguruan tinggi di jurusan jurnalistik. Sebelum dia menamatkan studinya di SMU Khalsa, Medan, dia amat pandai berbahasa Inggeris. Tapi tak begitu lama dia studi di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di kota ini, dia pindah ke Tiongkok meskipun bahasa Mandarinnya terpatah-patah dan tak begitu lancar tapi dia nampaknya bisa mengerti apa yang orang-orang China bercakap kepadanya.

“ Sudah berapa lama dia tinggal di kota kecil itu, Andi?”
“ Aku tak berapa tahu lamanya. Mungkin sekiatar 35 tahun lamanya dari sekarang”, Jawab Andi.
Aku yakin dia sudah mahir berbahasa Mandarin, dan tak mungkin dia lupa bahasa Indonesia. Karena bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan kita, khususnya orang Indonesia, iya kan? Jelas dong, tak mungkin, tak mungkin. Seandainya dia lupa, dia tak akan menyurati anda dalam bahasa Indonesia dan menceritakan semua pengalaman yang dialaminya di sana.

“ Berapa kali dalam setahun dia menyuratimu, Andi?”
“Kadang 2 kali setahun”, Tapi itu pun kadang sampai dan kadang tidak.
“ Mengapa demikian?”
“Maklumlah, itu kan negara Komunis, dan jauhnya, iya jauh bangat”. Dan aku pernah ke sana memakan waktu 5 jam penerbangan. Sungguh jauh dan aku harus pakai visa. Jika tak pakai visa , tak akan diperbolehkan masuk ke negara itu, dan tak sama dengan negara Malaysia, Brunei. Aku pun terheran-heran melihat tingkah laku temanku itu. Aku sungguh tertegun dan kadang sedih melihatnya. Dia seorang pendiam tapi cerdas, dan tak banyak kritik dan selalu menghargai pendapat orang lain.

“ Siapa teman itu, Andi?” Tanya Udin.
“Alex, anak Pak Amat yang tinggal tak jauh dari rumahku”. Dia selalu termenung, dan entah apa yang dia pikirkan semenjak dia mendapat sepucuk surat dari teman lamaku,Tomy. Tomy memang sudah lama tak berkunjung di kotaku. Bandingkan Alex juga sahabat Tomy dan kadang Alex termenung. Yang membuat aku penasaran, mengapa jika aku bertanya padanya, dia selalu tak menjawab, dan ada apa ,iya? “Apakah ada sesuatu yang terjadi di sana?” Pikirku demikian.

Tak berapa lama kemudian, Alex memanggilku dan berkata padaku, “Aku ingin bercerita padamu, kawan”. “Aku mendapat berita tentang kawan lama kita dulu, dan apakah kau masih kenal dan mengingatnya?” Lantas, aku jawab : “Mengapa tidak? Aku kan sangat mengenalnya, Tomy kan?”
Ada apa dengan Tomy di sana? Apakah dia masih tinggal di Tiongkok?

1.
Lantas, dia beritahu padaku bahwa Tomy di sana selalu gelisah walaupun sudah hampir 36 tahun tinggal di sana karena kondisi kemanusiaan dan lingkungan hidup di sana sangat memprihatinkan. Tomy sudah berkeluarga dengan 2 orang anak dari Istrinya, Mai Lin. Mereka sangat bahagia sebelumnya tapi dalam kurung waktu 5 tahun ini, hampir semua penduduk di sana, hidup mereka tak teratur kecuali sebahagian orang-orang yang memeluk agama Islam. Orang Islamlah yang hidupnya agak lumayan dibanding dengan yang lainnya.

“Wah! Kok sampai begitu? Apa sebenarnya yang terjadi di sana?”
“Memang aku dengan orang minoritas Tionghoa, China berdomisili di sana sangat kejam terhadap orang-orang yang memeluk agama Islam seperti Islam Uighur. Mereka berusaha memusnahkan orang-orang yang menganut agama Islam di sana. Mereka selalu berlaku kasar dan menyiksa orang Islam,Uighur dan memperlakukan mereka seperti binatang. Memang tak ada prikemanusiaan. “Aku yakin pada suatu saat nanti, Allah akan membalasnya dan memberikan azab bagi mereka”, Kataku pada temanku, Alex.

Yang paling penting Alex, “Jangan selalu bersedih dan berdoa kepada Tuhan supaya orang-orang Islam Uighur di sana selamat”. Di sampng itu, cerita ke cerita Tomy juga pernah bercerita pada Alex bahwa orang-orang minoritas China di sana terutama di kota Wuhan, mereka sangat senang memakan makanan yang haram. Pikirku, iya memang begitulah orang-orang komunis dan tak beragama dan tak tahu hukum, tak tahu membedakan mana yang batil dan mana yang hak. Oh! Ala pikirku, rakus bangat.

“Coba bayangkan kehidupan mereka, Alex”,Tomy berkata.
“Mereka itu rakus bagaikan singa kelaparan di tengah hutan”. Mereka sanggup memakan daging mentah tanpa dimasak. Jika menyembelih hewan seperti ayam, maka leher ayam itu diputar dan di masukkan ke dalam kuali yang berisi air panas, dan begitu juga kucing dan anjing direbus hidup-hidup.

“Wou!”Mengerikan sekali,Tomy,” Kata Alex. Aku hanya mendengar saja.
Kata Tomy ,” Yang paling mengerikan lagi jika mereka makan di sebuah restauran, ada santapan khusus yang disajikan seperti sup Kelelawar yang hidup-hidup, dan mereka santap semuanya. Seolah-olah dunia ini milik mereka semua, dan semua hewan-hewan yang haram disantap semua.”

“Oh! Ala mak,,,,,Kok gitu mereka, iya ?” Alex berkata.
“Aku tak berani pergi di sana, mengerikan”
“Biar negaraku kecil dan seperti ini tapi hatiku tenteram, Lho”. Kata orang :” Meskipun hujan emas di negeri orang dan hujan batu di negeriku, aku tetap senang di negeriku ,iya apa tidak?”Dari pada aku makan yang haram-haram, lebih baik aku tinggal di negaraku sendiri, senang dong, Tomy.

2.
Tomy diberitakan bahwa dia seorang yang faham agama. Dia tidak mungkin terjerumus dalam berbagai liku-liku kehidupan di sana, iya kan Alex? Aku sangat kenal dia sejak kecil. Aku tahu wataknya. Dia seorang pendiam dan baik hati. Kemudian dia sangat dermawan dan suka menolong orang susah. Beberapa tahun yang silam, dia pernah datang di Indonesia dan berteman dengan seorang Advokat terkenal di kota ini Alex. Coba bayangkan dia membina rumah tangga bahagia dengan seorang gadis Tionghoa dan menobatkannya menjadi Islam. Hanya saja dalam tahun- tahun 2019-2020 ini agaknya negeri itu berubah karena kezholiman pemerintahannya membasmi dan membunuh orang- orang islam Uighur. Memang ini satu tindakan yang tak diridhoi oleh Allah Swt. Allah tidak akan tidur dan buta melihat tingkah laku manusia di bumi-Nya, dan akan pasti ada pembalasan kelak.

Mendengar cakapku itu, Alex juga berkata padaku;” Iya, memang betul orang-orang di negera itu, palagi Pemerintahannya sangat sombong. Mereka pikir bahwa merekalah yang menguasai dunia ini di bidang teknologi, dan semua mereka kuasai. Mereka bukan hanya saja bermusuhan dengan Amerika tetapi juga Indonesia.Mereka merebut Natuna upaya mereka dapat menguasai laut China selatan yang bukan hak mereka.”

“ memang dasar rakus,itu manusia”,Kataku.
“Orang yang rakus sangat dibenci oleh Tuhan”
“Betul, betul “, Alex berkata.
“ Aku yakin mereka kena azab”,Kata Alex.
“ Biarkan mereka di situ, Alex, dan biar mereka tahu bahwa azab itu akan datang”, Aku berkata pada Alex sambil mengusap kepalaku yang terkena curahan hujan, yang kebetulan harinya hari hujan pada bulan Januari, 2020.

Menjelang pertengan Januari terdengar desas desus bahwa negara yang didiami temanku,Tomy bermasalah di berbagai negara tetangga dan kabar berita itu menyebar luas di daratan benua Amerika bahwa kota itu menjadi kota mati akibat manusia-manusia yang rakus terjangkit wabah virus mematikan. Aku pun penasaran dan bertanya pada Alex, temanku yang setia dan baik budi. Alex mengatakan padaku bahwa hampir semua penduduk minoritas China di kota Wuhan terinfeksi Virus Korona, yang sangat mematikan, dan banyak dokter yang tak sanggup mengobatinya.

Mendengar itu, aku semakin terpesona dan berkata pada Alex,” Apakah betul berita itu?”
“ Apakah ini kutukan?” Pikirku.
“Jika ini, memang satu kutukan, pantaslah azab dikenakan pada orang tak beriman ”
“Azab itu tak akan dapat dielakkan, dan sama halnya pada apa yang terjadi di zaman
Nabi Luth, dan Nabi -Nabi sebelumnya karena kaum mereka ingkar pada Tuhan”.

3.
Yang paling membuat pikiranku terkejut adalah pemblokhiran mereka yang terkena wabah virus itu. Mengapa ? Ini suatu kebijakan bagi setiap pemerintah negara di dunia untuk mengantisipasi rakyatnya supaya terhindar dari wabah Virus Korona. Sebagaimana kita lihat di negara kita, Indonesia selalu mengantisipasi dan mencek kesehatan warga negara Indonesia yang tinggal di Tiongkok, khusunya kota Wuhan jika kembali ke indonesia seperti mereka yang pulang dan kembali di Natuna. Kebijakan ini sangat benar supaya virus itu jangan sampai menyebar luas ke mana-mana di wilayah Indonesia.

Aku pikir dan berkata pada Alex, “ Betul!” Alex, ini suatu langkah yang baik”
“ Belum terlambat, Alex”.
“ Jangan sempat wabah ini menyebar luas”Kataku.
“Ini sangat berbahaya, dan memusnahkan manusia tak berdosa”, Hanya gara-gara satu orang di Wuhan, semua manusia di dunia ini musnah semua. Memang itulah azab dan bala jika diturunkan oleh Allah Swt kepada manusia di bumi, yang selalu menentang ayat-ayat-Nya. Mereka akan pasti mendapat kutukan dari Tuhan Mereka.

Di dalam Al-Qur’an itu, Allah berfirman kepada manusia untuk jangan memakan yang haram-haram dan demikianlah batas-batas hukum Allah dalam segala firman-Nya. Tetapi manusia-manusia di bumi ini tidak menghiraukannya dan selalu melanggar apa yang dilarang oleh Allah Swt.
Kemudian daripada itu juga Alex bertanya kepadaku selagi aku sedang meneguk segelas kopi di sebuah warung. Apa pertanyaan Alex kepadaku, tidak lain,” Mengapa Pemerintahan China mendatangi setiap Mesjid yang ada di China dan meminta kepada Imam Mesjid supaya mendoakan mereka?” Aku menjawab : “ Mereka itu baru sadar jika perbuatan dan tindakan mereka terhadap Islam Uighur sangat keterlaluan dan di luar batas prikemanusiaan.Tuhan marah dan Dia itu kan Maha mengetahui segalanya, dan tahu siapa yang teraniaya, iya kan Alex?”

Kopi yang kuteguk tadi tak habis rupanya, dan Alex berkata padaku,” Pernah kau berkunjung ke kota itu?” Aku mengatakan kepadanya bahwa seumur hidup aku tak pernah ke sana,lho .”Dan untuk apa lagi kita ke kota Wuhan itu?” Meskipun kota itu ramai dengan gedung pencakar langit, aku tak akan berani, karena polusi udaranya telah tercemar dengan virus korona.
Coba bayangkan setiap penduduk yang hendak pindah ke negara lain akan di periksa kesehatan mereka. Apakah mereka terkontaminasi dengan virus itu atau tidak, repot jadinya kan?

“Aku pikir lebih baik berdiam diri di negara kita sendiri”, Alex berkata padaku.
“Aku tak meringankan langkahku lagi”
Lantas,aku jawab:”Aku pun tak mau ke sana”. Tapi hanya satu terpikir bagiku yaitu
saudara kita muslim Uighur, yang tertindas, dan soalnya mereka sangat agamis.

4.
Pikirku, iya biar mereka tahu apa yang mereka perbuat. Jangan heran jika pembalasan yang terjadi dan dialami oleh mereka setimpal dengan perbuatan mereka, Alex.

“Aku juga pikir demikian, Pak”, Alex berkata dengan serius sambil tersenyum.
“Jika demikian yang terjadi,mau apa jadinya manusia ini,Alex?” Makanya manusia itu harus berpikir bahwa alam ini sangat berkaitan dengan kehidupan makhluk lainnya. Apalagi hewan-hewan yang disebelih diperlakukan dengan tak wajar. Mereka juga ingin hidup seperti kita. Meskipun kita diberi hak untuk menyembelih mereka tapi harus disembelih dengan baik supaya Tuhan ridho akan segalanya.

“Oh!” Baru aku tahu kalau begitu jadinya, Pak”.
“Soalnya, jika sesuatu perbuatan manusia dengan tidak sebatas hukum Allah,
Iya Tuhan akan marah dan mengutuk mereka bagi yang zholim akan sesamanya”.

*****TAMAT*****

Cerpen –
KUTUKAN
Penulis : Siamir Marulafau



Siamir Marulafau - ESEI


ESAI Adalah Karangan Prosa Yang Membahas Suatu Masalah Secara Sepintas Lalu Dari Sudut Pandang Pribadi Penulisnya.Di Dalam Esai Berisi Tentang Opini, Pandangan Atau Ekspresi Pribadi Dari Penulis Mengenai Sebuah Hal Yang Sedang Terjadi Atau Berlangsung Di Masyarakat

Esei : MENCUMBU QASYAF 80
Oleh :Assoc.Prof.Drs.Siamir Marulafau,M.Hum


Membaca Qasyaf 80 ini sepertinya terbayang semua apa yang dilakukan dalam aktifitas Numera sejak berdirinya grup dan majelis ini. Mengapa tidak ? Saya kenal Bapak Almarhum Dato Kemala ini sejak tahun 2017 tepat pada festival seni sastra NUMERA sekitar 5 tahun lepas yang diselenggarakan di Mesjid Abdul Rahman Bin Auf ,Kuala Lumpur. Pertama sekali saya bertemu Dato Kemala dan langsung memberikan buku saya kepada Beliau bertajuk "Bahtera Dalam Ayat".

Sejak kemarin saya membawa tahlil dan baca doa dengan cucuran air mata tak terbendung mengingat betapa sedihnya saya dan juga para sastrawan dari berbagai negara atas kehilangan sahabat yang tercinta ini.Yang dalam acara ini, Ibu Dra. Lily Multatuliana Iskandar,M.Hum bertindak sebagai pembawa acara, Syukur Alhamdulillah acara yang kemarin berjalan dengan sukses dan seraya bertemu muka dengan para sahabat yang sudah dua tahun tak bertemu walau hanya sejenak melalui platform Zoom. Rasa-rasanya kerinduan itu sudah terlepas di hamparan lautan yang tak terkira jauhnya.

Membaca Qashaf 80 ini, saya berterima kasih kepada Dr.Fazilah Husin, Dra.Lily Multatuliana Iskandar, M.Hum dan Puan Shirley Idris atas penyelenggaraan dan penerbitan (editors) buku ini. Dalam pikiran saya, buku ini amat bagus karena terhimpun semua karya 44 penyair/Sastrawan NUMERA yang bagus dalam memberikan ulasan berupa tulisan sebagai Cenderamata Ulang Tahun ke 80 kepada Dato KEMALA.

Merujuk pada penerbitan Qashaf 80 ini, ternyata buku ini menjadi cacatan terakhir bagi para Sastrawan NUMERA dalam menyumbangkan ide dan pikirannya kepada Bapak Almarhum Dato KEMALA atas karya-karya Beliau sejak menjadi penyair dan diangkat menjadi Sastrawan Negara Malaysia yang ke 11. Buku ini sangat bagus, indah , tersusun rapi dengan tulisan-tulisan dan coretan yang amat baik dan mengesankan. Moga apa yang terbaca dalam buku ini , akan menjadi kenangan, pesan dan kesan pada pemirsa di mana pun berada.

Medan , 06-12-2021.



Esei: HALAL ATAU TIDAK?
Karya: siamir marulafau


Di lobi hotel Mirama banyak sahabat-sahabat Numera, dan aku pun tak menghitung pakai jariku lagi karena aku sudah mengenal mereka walaupun sebahagian mereka tak mengenal identitasku tapi cuek saja.Perduli amat,itulah yang terpikir dalam benakku.

Salah seorang mereka mengajak aku jalan-jalan di kota yang besar ini dan aku tentu tak akan menolaknya, cuma aku kadang termenung karena aku tak tahu mau ke mana dibawa aku.Aku sangat bersyukur karena temanku yang satu ini sangat ramah dan aku tak habis pikir,,,,,kok baik kali nih orang.Memang orang dari Jawa tengah ini ramah-ramah,dan apalagi orang Malaysia.,ramah sekali.

Tak lama kemudian, rombongan Numera turun dari lantai 7 dan mengajak kami mengopi di seberang jalan yang tak jauh dari hotel itu,dan itu pun agaknya sulit untuk diterka apakah makanan dan minumannya halal atau tidak?Salah seorang dari temanku tak mau minum kopi di warung ini karena pikirnya segala sesuatunya tak halal,,,,,,wah,wah,,,,susah bangat di sini,dan sudahlah,,,,,sudahlah dan tak mengapa.Ayuk! Duduk saja di sini,aku ajak mereka karena aku sudah merasa letih sekali tapi mereka tak setuju dengan gagasanku,sudah terserah kalian semua.

Untung sekali temanku yang satu ini punya ide mengajak kami di salah satu gedung yang agak lumayan tingginya,dan terpaksa kami naik lift ke lantai 13.Aku sangat tertegun setelah sampai di atas, dan rupanya kelihatan sebuah kolam renang yang agak kecil tapi airnya sangat bening.di sinilah kami berbincang-bincang tentang sastra sambil menyelam minum kopi dan ada pula sebahagian berfoto-foto,dan aku pun tak mau ketinggalan.Aku mengambil selulerku dan meminta salah seorang teman mengambil gambarku dan perasaanku sangat senang karena bergabung dengan teman Numera.

Salah seorang dari mereka yang tak disebut namanya memberitahukan pada kami bahwa pertengahan bulan April mengundang kami berseminar di singapura,dan itulah maklumat yang sangat penting,pikirku.Memang hal ini salah satu momentum yang amat baik berkunjung ke Singapura dan aku pun berpikir,,,,,,iya kebetulan karena aku sudah lama tak berkunjung di kota itu, dan coba bayangkan aku ke Singapura tahun 1987,,,,,wah,,,lama bangat,dan sesungguhnya kangen sekali akan mencium aroma kota itu.Aku berharap moga undangan seminar itu tercapai meskipun dalam anganan bahwa biaya hidup di Singapura sangat mahal karena nilai uang mereka sangat tinggi dibanding uang Indonesia,,,,,dan mau ke mana dibawa uang jutaan rupiah ini?Pikirku demikian,dan akan terkapar di jalan Orchard Road jika uangnya hanya sedikit di bawa ke sana.

Pikir demi pikir,teman yang di sebelahku bertanya, dan bagaimana penginapan jika aku ikut pada seminar itu?Lantas,
Ibu Rima menjawab."Tak usah khwatir,Bung.Hotel-nya ditanggung tapi yang paling penting seminarnya lancar dan sukses".Aamiin.

pdlc/07/02/2018


Esei: DI BAWAH LINDUNGAN NUMERA
Oleh :siamir marulafau


Aku hanya menyelimuti diriku sepanjang sinar tak redup di ufuk Timur.Aku berada di bawah lindungan Numera,yang tak akan asing di dunia sastra.Lahirnya dunia sastra sepanjang lahirnya manusia dapat berbahasa dalam memperindah cakrawala bahasanya,dan bahasa apa pun yang dipakai terserah,dan ini tergatung pada seseorang apakah dia orang Malaysia,Indonesia,Brunei,Singapura,Bangladesh atau Thailand,dan ini aku hanya cuek saja.

Seorang teman bertanya padaku,"Mengapa dikau tertarik dengan Numera"?Aku terkekeh-kekeh menjawabnya, dan kemungkinan dia tak tahu apa sebenarnya makna Numera.Toh,juga dia tak mengerti sama sekali.Pikirku.ika dia bergabung dengan numera, akan tahu bahwa dalam grup itu, akan tahu segalanya bahwa tak akan membiarkan seseorang terkapar dalam mengetahui dan menelaah serta mengidentifikasi sejarah perkembangan dan kelangsungan Sastra Melayu.Sastra Melayu bukan hanya saja berkembang dan populer di Malaysia tetapi juga berkembang di negara-negara Asia ,seperti :Indonesia,Thailand,Singapura dan Brunei Darussalam,yang pada hakekatnya Sastra ini memiliki keunggulan dan ciri khas yang amat besar bersumberkan pada Al-Qur'an dan Al-Hadist.Semua pengarang baik,penyair,novelis,cerpenis,eseis,adalah dikategorikan sebagai sastrawan Numera yang karya-karya mereka merujuk pada isi kandungan Al-Qur'an yang tidak sama dengan karya-karya sastra di Barat dan sangat tidak terpengaruh dengan gaya penulis-penulis Barat.

Mendengar dan membaca esei yang ditulis ini, teman saya pun di kampus biru, Universitas Sumatera Utara, Medan-Sumut tertegun,,,,,,,entah apa yang membuat dia tertegun? Aku tak tahu, dan kemungkinan dia ingin bergabung dengan Numera.Lantas, tak berapa lama mendengar penjelasan tentang Numera, Pak.Hariady pun mulai tertarik,,,,.nah jika demikian,aku merasa kesal,dan mengapa tidak sejak hari itu, aku tak bergabung ke Numera, "Apakah ada penyair dan sastrawan yang amat populer di Numera itu"? Dia bertanya padaku, dan aku pun sambil tersenyum menjawabnya.Wou,,,,,tentu saja Bung.Di grup sastrawan Numera itu banyak sekali paka-pakar penyair, penterjemah, pembaca puisi,penulis novel, cerpenis dan esis,dan juga beberapa jenis karya sastra lainnya,termasuk Gurindam 12, yang amat populer pada abad ini,dan pengarangnya yaitu seorang sohib saya di Banjarmasin, Iberamsyah Barbary, dan satrawan lainnya adalah Widodo Abidarda,Lily Siti Multatuliana Sutan Iskandar(sebagai pembaca puisi), Narozima Abubakar, Aminur Rahman, Dr.Ahmad Khamal Abdullah,dan Hudan Hidayat,siamir marulafau, Dr.Raja Rajeswari Seetha Raman, Shirley Idris, Noor Baini, Nashuha Jamidin, Hj.Harisharis, Rima Re, Ahamir Ahmad ,Prof.A.Halim Ali, Ratnasam, Mazlan Noor, Asmira Suhadis, Putu Ikhirma, dan lain-lain yang tidak disebut namanya.

Oh! Begitu,,,,,kata salah seorang teman saya di kampus, yang selalu memberikan dukungan padku jika aku pergi ke Malaysia,,,,dan walaupun hanya semalam di Malaysia dan rasa-rasanya enak sekali di negara jiran ini yang kaya akan sastra dan sangat menghargai nilai sastra,apakah nilai satra di Indonesia sama atau tidak,,,,,,,,dan sambil mengopi, aku hanya termenung sejenak memikirkan nasib sastrawan di negaraku.Aku tidak selalu pesimis tapi selalu optimis,,,pikirku.Ah! Tak usah jadi pikiran tapi yang penting, ada sebuah buku bertajuk, "Apa Dan Siapa Penyair Indonesia"?

Jika aku teringat di waktu berkunjung di Perpustakaan Negara Malaysia di Kuala Lumpur,di pintu pertama gedung itu, ada pameran buku untuk dibaca dan ternyata setelah aku sentuh dan membacanya, buku-buku itu di tulis oleh Sastrawan Negara Malysia bernama Dr.Kemala,,,,,,,,wah,,,,,wah amat banyak bukunya,dan membuat saya kagum melihat dan membacanya karena buku-buku yang ditulis itu berbau sastra Melayu dan bandingkanlah. Dia menulis sejakberusia 10 tahun,,,,,masya Allah,menakjubkan hatiku sebegitu banyak buku-buku karya sastra ditulisnya lebih kurang 100 buah buku,,,sampai usia ke 77.Beliau ini sudah pakar senior dan pantas dihadiahkan Hadiah Nobel Numera,pikirku,,,,,dan apakah tak salah? Dalam benakku,,,,,mengatakkan pantas,,,,bukanlah seorang Dr. kangkung,dan memang benar-benar Doktor sastra,yang harus dijuluki Prof.Sastra,,,,,,iya apa tidak?Apakah ada di negaraku seperti Beliau ini?Pada Puncak 77,saya mendendangkan sebuah puisinya bertajuk "MIM 40" bersama Norazima Abubakar, yang mana puisi itu sangat memberikan makna dalam kehidupan manusia untuk bersyukur kepada Tuhan.Yang menjadi perhatian para pembaca dan penelaah karya-karya Dr.Kemala adalah
karya-karyanya bernapaskan Islam, bersumber dari Al-Quran an Al-Hadist yang merujuk pada kesufian seperti beberapa tajuk puisi yang dibacakan di puncak 77 oleh beberapa penyair-penyair dari berbagai negara seperti: "Dialog Makrifat", "MIM 40", "Surat Wasiat", "Jangan Berduka Malaysiaku", "Di Lembah Anai", "Melayuku", Ada", " Mim Tujuh Puluh", "Kasyaf Danau", "Monolog Yasser Arafat", "Qayyim", " Mim Tujuh Puluh Tujuh".
Wou,,,asyik benar penjelasanmu Tuan,kata seorang temanku sambil meneguk secangkir kopi panas yang hangat, dan aku pun terus terang menjelaskan pada akhir eseiku bahwa Numera sedang berpikir ke depan tentang kelangsungan dan perkembangan yang amat dahsyat tentang Sastra Melayu sebagai khazanah budaya bangsa yang harus dilestarikan dan diterapkan dalam kehidupan dunia sastra.

Medan,pdlc/06/02/2018.


Esei : ANALISIS PENELITIAN :
Karya :siamir marulafau


Di negara ini banyak sekali wadah yang dapat mengubah negara menjadi NEGARA AGAMA berdasarkan Qur'an Dan Al-Haidst.Tapi ini kan langkah langkah -langkah mereka secara pelan-pelan,dan ini harus memiliki strategis yang mantap dengan pengertian pemerintah secara tidak sadar dan tak tahu taktik,,,,,,,hehehe inilah esei yang digarap supaya mata jangan buta terus menerus dirundung kecerdasan,iya apa tidak?

Kisah esei sangat rahasia tapi apa daya,,,,sudah terlanjut
tersebar luas di seluruh daratan yang amat dicinta, dan begtulah kata kawanku bercerita di kala mengopi di WARKOP di Padang bulan,Medan.Kata kawanku bahwa mereka sudah sangat berhasil menyebarluaskan visi misi mereka tentang kebajikan berdasarkan Qur'an dan Hadist dari mulai cabai rawit sampai ke tingkat Manula (Manusia Lanjut Usia) dan siang malam terus menerus mengaji Qur'an dan Hadist dan jika tidak, akan masuk neraka.

Inilah yang kurasakan sekarang ini bahwa negaraku akan menjadi nantinya negara Islam,,,,,wah,,,,wah knon pula dikau cerita begini,Ahmad?Sok jago kali dikau,mengubah negara ini menjadi negara Agama, dan apakah semua orang di daratan pulau-pulau ini agamis?Iya,,,,kan itukkan ceritaku dan jika tidak percaya,,,,iya sudah.Begitulah prinsip satu wadah kayaknya mereka begitulah,,,,,,begitulah,,,bak tahu saja dikau.Buktinya mereka tak mau salat di mesjid yang bukan mesjid mereka,mereka tidak mau menikah dengan bukan segolongan dengan mereka, dan jika mereka menikah dengan sesamanya harus nikah dalam (ND) duluan dan baru nikah luar(NL) karena nikah di luar grup mereka tidak sah, hehehehe,baru tahu kan,,,,ini semuanya fakta,dan harus pakai otak kau, jangan taruh otak di dengkul, dan ini serius.Mereka punya AMIR bukan Amir Penyair Dalam Lingkaran Cinta,,,,itukan seorang penyair dan dihukum MURTAD oleh mereka karena tidak segolongan dengan mereka,dan bukan hanya itu saja lagi,Bung.Banyak sekali hal yang membuat saparatis,perpisahan diri terbuang dari negara ini dan seolah-olah membentuk negara sendiri,hehehehehe.

Wah,,,,wah,,,begitu ceritanya, gila betul dikau cerita dalam esei ini,bah,,,,dan jika mereka tahu tentang eseimu ini,kan sangat berbahaya bagi diri anda,dan bisa-bisa mereka membunuhmu,,,,,,hehehehehe. Biarkan saja dan aku tak takut karena aku menjalankan yang benar dan membela agama Allah pada jalan yang benar karena mereka menganggap diri mereka sudah benar tapi aku yakin salah semua karena,,,,,,,,karena apa,kawanku bertanya terus,,,,karena apa,sih? Hushhhhhhhh,tak boleh dijelaskan lagi, dan nanti akan masuk angin, hihihi.Sudah ,,,,cerita eseiku sampai sini saja dulu deh,Aku mau pulang.Makasih.

pdlc/10/02/2018,copyright.


Esei: ZIARAH NUMERA
Karya :siamir marulafau


Aku menulis perjalanan di Numera bukanlah sekedar akan menjadi basa basi di kalangan penyair tershohor di dunia sastra tapi hanya mengungkapkan ide dan pengalaman indah nantinya terukir di bawah lindungan Numera.

Banyak mengira esei ini kutulis ,menghambur-hamburkan uang rupiah atau ringgit Malaysia,,,,,bukan,,,,bukan sama sekali bukan,dan itulah perkataanku pada teman-teman karena mereka berpikir demikian.Apakah mungkin tanggapan demikian tertancap dalam benak?Aku tak tahu setiap prinsip akan berbeda dalam kehidupan bersastra.

Marilah berziarah ke berbagai tempat, dan itulah bunyi ajakan yang kudapat di layar dunia maya, terpampang sungguh bunyinya.Gerakan hatiku meyerap ke sana,tempat ajakan Presiden Numera,tak asing lagi penyair tershohor di Asia Tenggara,,,,,betul,,,,betul, kata hatiku yang mendalam.Kesempatan ini sangat berharga , dan uang rupiah serta ringgit soal belakang, dan yang paling penting keakraban dalam membangun sastra Melayu sambil menyelam minum air, iya apa tidak? Pikirku demikian tapi entah bagaimana pikir teman-teman serumpun dalam Numera.

Di sisi lain,aku juga berpikir,iya memang penting berasosiasi dengan penyair lainnya, dan entah siapa nantinya yang bakal diperkenal,,,,,.,dan aku pun tak tahu karena daratan yang bakal akan dipijak tak pernah tersentuh seumur hidupuku.Mudah-mudahan selamat dalam peralanan.Aku selalu berdoa pada Tuhan yang memberikan kekuatan padaku dan temen-teman di Numera.Dalam prinsip hidupku terungkap bahwa berpergian bersama ke suatu tempat adalah bagaikan emas terselubung di bawah bantal dan sangat beruntung dicapai bila terbangun dengan sadar bahwa emas itu tak akan bisa menjadi perak atau tembaga.Pikirku,,,,,benar juga iya, dan apalagi seorang teman bernama Didi Tulus menyarankan bahwa perjalanan ziarah ke tiga wilayah yang berbeda akan mengundang inspirasi berpuisi, dan juga memberikan cakrawala yang lebih luas dalam pengungkapan pengalaman ,dan segalanya akan tertuang di dalamnya.Aku sangat berterimakasih pada sohibku, Didi Tulus menguraikan pandangan yang sama dalam benakku sebagai seorang eseis.Waduh,,,betul sekali dan apakah Didi tak ikut?Didi hanya tersenyum saja,,,,dan menjawab pertanyaanku."Aku akan ikut bersama anda semua,jika ada rezekiku".

Aku semakin tak perduli,apakah rupiah atau ringgit Malaysa mahal atau tidak?Yang paling pentng adalah KEBERSAMAAN,dan jangan disia-siakan akan kecintaan Numera berbayang di sinar lembayung bersajak MIM 40 sampai 77,,,,iya pula terpikirku.Itulah salah satu faktor mendorong hatiku setelah nombor flight penerbangan terakses di dunia Maya,dan salam sejahtera buat kita semua.Moga perjalanan anda selamat dan sukses.

pdlc/10/02/2018,copyright


ESEI : INSPIRASI DALAM ZIARAH
Karya :siamir marulafau


Aku hanya menitip buih di langit cerah sambil berpikir,,,,,ada apa dengan petualangan menerobos awan dengan burung besi sampai ke Sandakan?Kata hatiku kadang gemetar,,,,mengapa ?Ada apa di sana?Meskipun kepergianku belum bermula namun detak jantungku berdebar selalu.Tapi perasaan -perasaan seperti itu tak kuhiraukan karena kata pepatah ''Semakin banyak berjalan semakin banyak dirasa",dan itulah ungkapan membuat hati ini tak terlena meskipun pekerjaan di Kampus biru bertentengan tapi tak jadi masalah dan itu adalah tugas tetap tugas yang harus dikerjakan,iya apa tidak?

Aku sangat kaget membacannya setelah saya amati,,,,toh rupanya Presiden Numera menuliskan nama-nama yang akan dan bakal mau ziarah ke tiga wilayah Brunei,Kinabalu dan Sandakan,,,,,terus jantung ini berdebar."Kok sampai ke sana gerak langkah ini"?Pikirku,,,,nanti-nanti sampai di sana,mau apa?

Duh,,,,berpikir juga aku,dan aku tak menghitung waktu dan dompetku ,,,dan seberapa asal ada uang bayar tiket tak mengapalah.Pokonya,aku cari pengalaman dan inspirasi perpuisian,dan bisa-bisa nanti akan termuat dalam rangkaian puisku.Memang teringat juga aku sewaktu aku belajar sebuah kajian novel karya Ernest Hemingway yang diajarkan oleh dosen seniorku,Redita br Loebis.Aku masih ingat Hemingway selalu berpergian dan berpetualang di berbagai negara untuk inspirasi dalam penulisan novel.Oh! Iya betul juga pikirku.

Aku tak menghitung lelahku dalam usia 59 tahun ini jika dibanding dengan Presiden Numera yang ke 77 tetap segar bugar dan bersemangat berziarah dan mengikat hubungan silaturahmi antara sesama dan apalagi Sastra ini adalah bahagian budaya yang harus ditampilkan.Tak salah lagi jika semua penampilan dalam penyampaian karya sastra dan karya seni ditampilkan sembari mempertukarkan bentuk dan jenis budaya yang berbeda-beda.serta membicarakan masalah sastra terkait,,,,,,,betul-betul sekali ajakan Persiden Numera yang sangat tershohor di Asia Tenggara dan pantas digelari Satrawan Negara(SN),dalam pikirku Beliau sudah layak mendapat hadiah NOBEL Numera karena kreatifitasnya dalam penulisan sampai ratusan buku sastra terpampang di publik yang layak menjadi GURU BESAR dalam kajian ilmu Sastra.Dia seorang Dr.berkualitas dan bukan Dr.sembarang alias seperti Dr.Kangkung,,,,,merambat terus menerus sampai ke ujung dunia.yang tak berarti sepertinya sampah di tong sampah,,,hehehehe,pikirku demikian.

Aku berharharap dalam petualngan dan ziarah ini nantinya akan menjadi pengalaman yang memberi kesan sambil memetik inspirasi dalam penulisan meskipun waktunya singkat tapi tak mengapalah jika hanya duduk sambil santai di kota Medan yang kurang bermanfaat,,,,,,,terus itulah pikirku dalam eseiku yang singkat ini.

pdlc/28/02/2018


ESAI
MENGAPA CEPAT KAU PERGI?
Oleh : Siamir Marulafau


Dalam hidup ini aku sungguh bahagia mendengar kabar yang menyenangkan bahwa salah seorang kolega saya mendapat surat keputusan dari Jakarta bahwa Beliau menyandang gelar GURU BESAR (GB). Di kampus sehari-hari , aku anggap dia sebagai Abangku. Kadang bila jumpa di Kampus aku panggil "BROTHER" , sapaan saya dalam bahasa Inggris karena kami sama-sama mengajar di jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fib USU. Dia sungguh ahli di bidang Sosio linguistik. Aku tahu bahwa Beliau seorang yang profesional di bidang Akademik dan gigih berjuang dalam menempuh pendidikan. Pada tahun 2017, aku dipanggil olehnya dan memberikan sedikit saran supaya saya lebih gigih lagi menulis karya sastra. Dia tahu aku gemar menulis karya sastra dan mengatakan padaku :" Tulislah karya sastra sebanyak-banyaknya dan karya ilmiah dalam bahasa Inggris dan kamu akan mendapat penghargaan sebagai budayawan walaupun anda belum S3 , dan jangan berhenti menulis". Mengingat kata-kata Bpk. Prof. Ridwan Hanafiah, SH, M.A. ini , aku sangat sedih atas kehilangan sahabat yang tercinta. Mengapa dan ada Apa? Apa yang dikatakan oleh Beliau padaku, sungguh benar dan membuat aku lebih sedih. Karena teringat aku sejak aku dianugerahi pengabdian selama 30 tahun mengajar di Fib USU, Presiden Joko Widodo dan menandatangani SK Surat Penghargaanku dengan memberikan jabatan sebagai LEKTOR KEPALA di Fakultas Sastra USU walaupun hanya dalam pangkat Penata Muda Tingkat I. Hal ini aneh tapi nyata. Aku pun tak tahu sebelumnya, tapi setelah aku tanya pada salah seorang teman penyairku, yang kebetulan dia bertugas di DIKTI Jakarta. Dia menjelaskan padaku bahwa sungguh luar biasa anda mendapat surat penghargaan itu Pak. Seharusnya, sebaik turun itu SK penghargaan, REKTOR USU harus bergegas untuk menyesuaikan Jabatan Bapak dengan Pangkat karena itu Penghargaan yang luar biasa dan membawa nama USU di seluruh Wilayah Nusantara ini. Karena kami lihat Bapak banyak berbuat di negara ini membawa nama negara yang baik di mata dunia, Internasional dan mengajar dengan baik serta berdedikasi dengan baik. Kami hanya melihat kegiatan Bapak di On line (Google Scholar dan Sinta) menciptakan banyak karya sastra berupa Antologi Puisi dan banyak Bpk menulis karya ilmiah di berbagai prosiding baik di dalam negara maupun di luar negeri. Itu maka jangan heran jika diberi Penghargaan yang luar biasa kepada Bapak. Oh, apa kataku, pantas jika Pejabat dan penyair Malaysia menuliskan di Sertifikat Associate. Prof. Drs. Siamir Marulafau, M. Hum atau Prof. Madya. Siamir Marulafau. Berarti mereka tidak salah lagi menulis dan memanggil saya seperti itu. Sayang sekali, REKTOR pada masa itu tidak menanggapinya. Oh ala. Dengan pemberian anugerah jabatan itu, Bapak sudah berhak memakai gelar Assoc. Prof. sesuai dengan Sk Menteri tahun 2019. (baca red) walaupun bapak belum S3. Ingat bahwa walaupun sudah S3 dan berpangkat IV /a ke atas dan jika tidak berkarya terasa enggan memakai gelar Assoc. Professor terkecuali pada jalur Guru Besar (GB) yang harus lulus dan ada Scopus. Meskipun Bapak bergelar S2 dengan pangkat III/D dan lulus Scopus , juga Bapak tidak bisa naik ke pangkat IV /a karena belum S3. Tapi Bapak luar biasa tanpa S3, bisa Associate Prof. Selamat iya Pak." Mendengar cakap teman saya itu, aku pun, terheran-heran dan mengatakan padanya, iya " TERIMA KASIH". Maka dari itu pun aku berpikir lagi dengan perjuangan sahabatku, Prof. DR. Hanafia, SH, M.A yang sungguh gigih berjuang dalam menempuh segala rintangan mendapat GURU BESAR di USU.

Beberapa hari kemudian setelah aku mendapat kabar bahwa sahabatku Ridwan Hanafiah akan dikukuhkan jadi Guru Besar, aku pun menyapanya melalui WA dan mengatakan padanya " SELAMAT BANG JADI GURU BESAR". Lantas, Beliau mengatakan pada saya :"Jika Abang dikukuhkan jadi Guru Besar, jangan lupa datang iya Adikku?" Mendengar itu pun aku sungguh senang dan bahagia dan aku berjanji dalam hatiku aku akan menulis sebuah puisi untuk Abangku Ridwan, dan paling tidak esai. Tepat pada hari pengukuhan Sahabatku ini jadi Guru Besar, aku datang ke USU untuk hadir di sana tetapi sayang sekali aku tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruangan karena aku belum mengurus Surat menyatakan bahwa aku tidak terkena VIRUS KORONA (Sweb) walaupun pakai masker. Aku sangat kecewa dan aku terus pergi ke Fib USU dengan perasaan sedih dan dalam hatiku berkata :" Wah, dunia ini kejam bangat, dan gara-gara Virus Korona yang gila ini , aku tak bisa masuk ke dalam ruangan itu". Seketika itu juga aku dengar bahwa Abangku Ridwan Hanafiah sungguh berat baginya untuk dikukuhkan menjadi Guru Besar karena kesehatannya yang kurang baik dan ternyata memang Dia kurang sehat dan sakit. Sementara itu juga Ia dibawa ke rumah sakit. Tahu-tahu pada tanggal 24-08-2021, Abangku Ridwan Hanfiah meninggal dunia di RS Adam Malik, dan alangkah terkejutnya aku seketika itu, dan aku tak bisa bercakap lagi. Aku hanya meneteskan air mata. Aku sungguh teringat akan masa lalu yang ditempuh bahwa Dia adalah seorang sosok yang baik, ramah dan tidak sombong dan suka menolong orang yang membutuhkan bantuan. Dia sangat pintar dan baik hati. Kami sungguh kehilangan, dan sampai aku katakan ;" MENGAPA ABANG BEGITU CEPAT PERGI ?" Tapi karena profesiku sebagai Ustad, aku juga teringat bahwa itu adalah takdir Allah. Sesungguhnya semua makhluk di bumi Allah ini tidak ada yang kekal dan semuanya mengalami mati. Aku sungguh sedih karena tak ada lagi Abangku yang memberikan petuah dan nasihat padaku. Dia seorang sosok yang kukagumi. Selamat jalan Abangku. Moga segala amal ibadahmu diterima oleh Allah Swt. dan akan menjadi penghuni jannah kelak. Aamiin.

RIDWAN HANAFIAH BELUM SIRNA
Oleh : Siamir Marulafau


kita baru saja pulang mengajar
di sepanjang jalan kita bercerita
mengasuh anak didik
walaupun jasadmu hancur
tulang belulangmu merapuh di tanah tak bersuluh
namamu terukir di prasasti
dan bunga-bunga berkembang
tersenyum menjaga gumpalan tanah tak berteduh
aku sungguh sedih dengan kabar terakhir
sinar lembayung redup
butiran embun pun beku
kau tak ada lagi
mengapa kau pergi begitu cepat
memberikan sinar yang tak merekat dalam hati
ilmu itu tak bersambung lagi
bagai biduk didayung tak kunjung berlabuh
kayuh-nya patah dan layarnya tercabik-cabik
oh, sahabatku ...
baru kita pulang dari Fib USU
kau tak ada lagi
mengapa begitu cepat kau pergi?
Akan ke mana dialamatkan hati risau ini?

Medan, 26-08-2021



Esai
SASTRAWAN, ITU, APA DAN SIAPA?


SASTRAWAN NASIONAL FIB USU , Siamir Marulafau menulis puisi -puisi dalam bahasa Inggris yang dipublikasi di Web Internasional oleh Penerbit OPA.

Sastrawan itu adalah penyair yang produktif dalam menulis dan menerbitkan karya sastra yang telah dikurasi karya sastranya dan terdaftar dalam buku Himpunan Satrawan Indonesia bertajuk " APA & SIAPA PENYAIR INDONESIA" . Sedangkan Penyair adalah orang yang menulis karya sastra yang belum produktif dan menerbitkan karya sastra yang ditulisnya dan belum terdaftar dalam himpunan sastrawan Nasional. Sastrawan itu sudah mencakup penyair. Marilah kita bersastra dan menulis karya sastra supaya kita menjadi sastrawan dan Penyair.

Sastrawan itu berkecimpung dalam penulisan karya sastra seperti : Puisi, Cerpen, Esai, Novel , Naskah Drama. Sastrawan memiliki perasaan yang sangat sensitif terhadap apa yang dilihat dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki kemampuan dalam penguasaan bahasa, khususnya bahasa sastra yang bersifat puitik. Orang yang ahli dalam menulis karya sastra yang termasuk sastrawan belum bisa dikatakan sebagai seorang kritikus sastra. Kritikus sastra adalah seseorang yang ahli dalam menimbang dan menilai apakah karya sastra itu baik atau jelek berdasarkan ilmu yang dimilikinya melalui pengamatan, dan penelitian karya sastra.

Bisakah seorang sastrawan menjadi kritikus sastra? Menjawab pertanyaan ini, iya bisa saja dan tergantung pada keilmuan yang diperoleh oleh seseorang. Seseorang bisa dikatakan sebagai sastrawan dan sekalian menjadi kritikus sastra. Kritikus sastra juga belum tentu menjadi sastrawan. Siapakah orangnya?

Apa yang membuat seseorang menjadi sastrawan?

Menjadi sastrawan bukanlah hal yang gampang seperti memasak pisang goreng. Sebentar-sebentar jadilah pisang goreng. Jika ingin menjadi sastrawan, seseorang harus banyak baca , dan banyak .menulis karya sastra serta mengikuti perkembangan penulisan karya sastra dalam setiap grup di samping memiliki bakat dalam penulisan. Seorang penulis karya sastra harus memiliki daya imajinasi dan inspirasi yang tinggi. Mengapa harus demikian? Karena seorang sastrawan harus mampu menuangkan segala aspek yang dialami dalam hidup ke dalam tulisannya seperti kehidupan sosial yang menyangkut budaya, politik, ekonomi, sejarah, pendidikan, dan aspek sosiologi, psikologi, antropologi, keagamaan dan situasi alam.

Bisakah seorang dosen dari Universitas menjadi sastrawan?

Pertanyaan ini mengundang kita untuk mengadakan pengamatan yang positif. Dalam pengamatan sebagai sastrawan, ternyata tidak banyak dosen dari berbagai Universitas, khususnya di Indonesia menjadi sastrawan. Mereka hanya bergelimang dalam teori sastra. Kemungkinan juga mereka tidak memiliki bakat dalam penulisan serta tak punya waktu menulis karya sastra.

Dalam ulasan ini, dikatakan bahwa tidak banyak dosen dari Fakultas sastra menjadi sastrawan walaupun Ia belajar ilmu sastra bertahun-tahun. Sutardji Goulzum Bahri saja bukan dari jurusan sastra tetapi Ia banyak menulis karya sastra tapi ada juga sebagian dosen yang memiliki bakat dan memiliki ilmu sastra yang tinggi seperti Alm. Prof. Dr. Joko Damono, dan Maman S. Mahayana dari Fakultas Ilmu Budaya UI, Dr. Akhmad Taufiq,S.S, M.Pd, Syafwan Hadi Umry, Siamir Marulafau, Muchtar Chaniago, Lily Siti Multatuliana Iskandar, Widodo Abidarda, Dr. Husnu Abadi, Suyadi San, dan lain-lain yang tak disebut namanya.

Apakah sastrawan itu harus tahu ilmu teori sastra?

Dalam tulisan ini dijelaskan bahwa di negara kita ini banyak sekali penyair dan sastrawan yang sama sekali bukan berasal dari Fakultas sastra. Mereka memiliki bakat dan inspirasi yang amat tinggi dalam menulis karya sastra dan karya-karya mereka pun sangat bagus. Banyak dari mereka yang tidak mempelajari ilmu teori sastra tapi mereka hanya memiliki keberanian, kesungguhan, keuletan, keinginan dalam menulis karya sastra. Contohnya : Chairil Anwar bukanlah dari Fakultas sastra dan tak mengenal teori sastra tetapi karyanya memiliki nilai yang amat tinggi dalam dunia sastra yang dikenal sepanjang masa. Saya pikir satu hal yang sangat diperhatikan dan dimiliki oleh seseorang dalam penulisan karya sastra adalah kemampuan dalam penguasaan bahasa baik bahasa lisan maupun tulisan. Mengapa? Karena karya sastra itu alatnya bahasa dan harus disampaikan dalam bentuk bahasa tulisan maupun bahasa lisan yang pada dasarnya adalah kata-kata, kalimat dan paragraf. Kita bisa melihat rangkaian kata yang membentuk kalimat dalam sebuah sajak oleh seorang penyair. Contoh : " Bulan itu tersenyum seketika...", " Aku tak mampu lagi merangkul bulan di kala kau tak bersemayam dalam lara". Susunan kata-kata yang membentuk kalimat dengan gaya bahasa yang digunakan oleh penyair sangat bagus dan tepat. Sementara Ia belum pernah mengenal dan belajar tentang gaya bahasa dalam penulisan puisi karena Ia bukan berasal dari Fakultas sastra. Tapi nampaknya Ia bisa. Hal ini jelas bahwa penyair dan sastrawan itu tak terikat pada teori sastra.


KENANGAN DI MUNSI III :(Esei)
Siamir Marulafau


Yang paling berkesan dalam hatiku. Kok sampai berfoto dengan seseorang tercantol dalam lubuk hatiku. Siapa namanya ini? Tak habis pikir dalam album foto-foto yang kusimpan di galleri-ku, ada sebuah antologi puisi bertajuk" DI PELATARAN SENJA". Aku jadinya terheran-heran. Dia selalu menyapaku di Munsi iii dengan senyum manis membuat bulu kudukku naik ke langit ke 7. Aku kadang merenung, kok dia tulis tentang senja. Apakah memang senjaku yang dia tulis?

Siapa sih namamu, Mbak? Jangan biarkan senjaku terkapar di atas karang tak berlumut. Aku akan jatuh dan terpeleset. Aku akan hanyut di hamparan lautan dan tak akan menemukan sebuah pulau berlabuh lagi. Katakanlah terus terang bahwa senjaku akan berlabuh di tempat teduh dengan sebuah pohon pelindung. Biarlah daun-daun di setiap ranting akan membalut rasa kegalauanku. Aku hanya menerima kisah dalam setiap tutur kata yang diulas dalam syairmu.

Senyum yang kau suguhkan dalam senjaku mengupas kerinduanku di langit biru
Menggetarkan bumi kupijak di pelataran senja kulalui
Sinar mentari pun enggan membakar jasadku
Di kala uluran tanganmu merangkul senjaku
Terkapar di atas karang tak berlumut
Wahai bunga Munsi iii...
Biarlah aku terbang dengan sayap tak bermesin
Kukepahkan dalam kerinduan tak terabaikan
Mengapa mata, dan hatiku tertuju pada pelataran kau kisahkan di usia senjaku?
Menanti sungguh kehadiranmu di helai nafas tersisa dalam hidupku
Jangan kau biarkan nafas ini terhempas dengan helai daun terbungkus
Pesananku terakhir...
Selimutilah jasad ini dengan kulit buku yang terukir di ujung senjaku

Wassalam,
dtt
Associate Prof.Ustad.Siamir Marulafau,Drs.,M.Hum
NIP.19580517 1985031003


Esei :
PERANAN SASTRAWAN DI PANGGUNG SASTRA DUNIA
Oleh : Siamir Marulafau


Peranan Sastrawan sangat penting dibicarakan dalam perkembangan panggung sastra dunia
karena hal ini sangat mendukung kelestarian dan perkembangan seni sastra dalam kehidupan global pada masa kini. Dia harus tahu bahwa profesinya sebagai Sastrawan sangat mengundang perhatian dan kinerjanya sebagai penulis adalah sangat dibutuhkan. Mengapa harus demikian? Karena dalam tulisan seorang sastrawan akan menggambarkan identitas dirinya sebagai seorang yang Nasionalis.
Banyak Sastrawan yang masih samar-samar mengetahui peran aktif mereka dalam
pengembangan sastra Indonesia dalam panggung sastra dunia. Hal ini dapat memungkinkan karena faktor dorongan yang agak kurang dalam diri mereka, dan bisa juga disebabkan faktor ekonomi, dan keuangan serta faktor keilmuan dalam penulisan karya sastra dan juga faktor dukungan Pemerintahan. Tapi namun demikian, banyak juga Sastrawan Indonesia seperti Pramudia Anatatour, Situr Situmorang, Sutardji Goulzum Bahri, Rida K.Liamsi dan Azrizal Nur yang berperan dan tershohor di Asia Tenggara dan bahkan di dunia Internasional.
Sebagai bukti dan peran Sastrawan di panggung sastra dunia adalah terorbitnya seorang Sastrawan bernama Asrizal Nur dengan membuka satu perkumpulan seni sastra yang sangat
terkenal di panggung sastra dunia. Perkumpulan Sastra Seni Asnur ini menghimpun 1000 guru menulis karya sastra, yang sangat membuat peran aktif di mata Sastrawan dunia di berbagai negara seperti : Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam. Asrizal Nur beserta para anggotanya telah menampakan kegiatan dalam memerankan drama dan sistem membaca dan menulis puisi di Brunei Darussalam dan terakhir di Melaka dan Kuala Lumpur. Dengan kegiatan seperti ini peran aktif dalam pembinaan dan pengembangan seni sastra adalah sangat bermanfaat. Karena dengan adanya kegiatan seperti ini, ciri khas dan identitas suatu negara akan nampak dengan jelas bahwasanya negara itu adalah berbudaya. Mengapa ? Karena Seni sastra itu adalah menyangkut budaya.
Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang peradaban dan budayanya sangat baik,
terkenal dan telah diakui dan memiliki bahasa nasional yang amat digemari dalam tingkat
Internasional.Tak heran jika banyak pengarang di negara ini memiliki potensi dan bakat menulis karya sastra. Maka pada setiap Provinsi, akan ada grup atau Komunitas Sastra dalam membentuk Sumber Daya Manusia (SDM), kususnya dalam bidang penulisan karya sastra, seperti: Komunitas dan Perkumpulan Seni Asnur (Jakarta), Komunitas Seni Sastra FORSAD (Medan); Komunitas Seni Sastra KOSAMBI ( Binjay); Komunitas Seni Sastra DSJ (Jakarta); Komunitas Seni Sastra Banjar Masin ; Komunitas Seni Sastra Pasaman Sumatera Barat; Komunitas Seni sastra Kepulauan Riau, dll.
Dalam hal ini, diharapkan para Sastrawan bukan hanya saja menghasilkan karya sastra dan
penciptaan Antologi Puisi dalam berbagai topik dan tema disajikan kepada masyarakat tetapi harus dapat memberikan gambaran, peran dan makna dalam kehidupan manusia dalam berbagai aspek dalam era globalisai pada masa kini. Mengapa dan ada apa dengan sastrawan? Sastrawan harus berperan dalam mengekspresikan buah pikirannya tentang kemanusiaan di panggung dunia sastra.
Pengekpresian pikiran ini sangat bermanfaat untuk diketahui bahwa Sastrawan itu punya ideologi dan dapat memberikan solusi tentang permasaalahan yang menyangkut kesulitan Pemerintah dan Masyarakat dalam menghadapi Covid-19 tahun 2020 ini umpanya melalui penulisan karya sastra. Paling tidak berperan dalam memberikan saran melalui bacaan puisi tentang Covid-19 agar masyarakat dan publik akan tahu apa peran Sastrawan sebenarnya dalam kehidupan sastra di panggung sastra dunia.


PASAMAN : Sekeping Esei
Oleh : Siamir Marulafau


Di dalam Antologi puisi ini tertera sekeping puisiku bertajuk "Senja di Pasaman" mengukir kebahagian dalam diriku sebagai penyair dari Fib USU. Aku selalu bertanya dalam hatiku sejak melangkahkan kakiku dari stasiun bus ALS di jalan Sisinga Mangaraja Medan dan ditemani oleh seorang sahabat, Dr Umar Zein yang kebetulan puisinya juga lolos kurasi puisi Pasaman . Diperjalanan, kami berbincang- bincang tentang kegiatan literasi di tanah air dan juga di Sumatera Utara, khususnya kota Medan.

Terus terang aku katakan pada sahabatku bahwa aku tak pernah ke Pasaman, dan aku bertanya juga " Apakah dia pernah ke Pasaman?" Dia menjawab: "Aku hanya melewati tempat itu Sobat, itu pun kebetulan saja karena aku pergi ke Padang". Sambil makan buah salak, kami pun berbincang terus sampai malam. Entah apa terlintas dalam hatiku dan terus bertanya pada sohibku, " Berapa jam lagi kita sampai Pak Zein?" Lantas, menjawab : "Pak, Pasaman jauh , ada 22 jam dari Medan" .

Ala mak! Jauh benar, punggungku sudah mulai panas, dan perutku mulai turun sepertinya aku mau pingsan. Aku teringat pada herniaku. Walaupun begitu aku tetap menahankannya.Yang paling penting bagiku kami harus sampai ke Pasaman jam 10. 00 besok karena kebetulan hari esoknya hari Jumat. Aku harus salat jumat di sana, pikirku.

Setelah tiba di Pasaman pada Jam 10.00 pagi, bus kami kelewatan dan tak pas di depan kantor camat karena supir busnya leler alias ngantuk sehingga kami harus jalan kaki sepanjang 100 meter. Kami disambut oleh panitia dan gadis-gadis belia berwajah manis. Hal ini membuat rasa lelah padam seketika karena sambutan mereka termasuk Presiden Sastra Pasaman, Arbi Tanjung menyambut kami dengan senyuman dan pelukan hangat mewarnai bahwa itulah aroma sastra di kalangan Penyair yang menyaudara.

Dalam hatiku, sungguh terpesona melihat keadaan yang mengharukan. Aku terus terang mengatakan : "Oh! Inilah Pasaman, indah sekali dikelilingi dengan bukit dan gunung, pepohonan yang hijau dan dialiri dengan sungai yang bersih dan bening. Dan bukan itu saja, orang-orangnya serta Ibu Camatnya pun ramah-ramah. Pokoknya, aku tak bisa bilang apa lagi, dan coba bayangkan pada malam keakraban penyair, ibu camat nembaca puisi dengan suara yang baik. Pada acara ini, hatiku terdetak karena hampir semua generasi muda di Pasaman memiliki potensi sebagai Penyair. Dan itulah salah satu hal yang harus dipikirkan ke depan untuk membina generasi muda pada alur literasi sebagai masalah pokok dituangkan ke dalam musyawarah 20 orang para penyair pada acara literasi di Pasaman. Kesimpulan itu sudah dibacakan setelah seminar pada pagi harinya. Seminar ini kebetulan dihadiri oleh Nara Sumber yang berkualitas. Mereka membicarakan masalah Sastra dan Alam berkaitan dengan aspek kehidupan manusia dalam bidang Sastra dan peranannya serta rujukannya pada Ekologi, Sejarah dan Sastra. Dalam kesempatan itu setiap peserta diberi kesempatan untuk bertanya. Aku yang masih merasa hijau dalam mengetahui tentang Ekologi, Sejarah dan Sastra ini, aku bertanya pada Nara Sumber walaupun jawaban pertanyaanku itu tak menyentuh alias kabur. Tapi dalam hatiku, sudahlah Nara Sumbernya orang intelektual berkualifikasi Doktor dan dosen, iya dimaklumi saja karena kita lihat zaman now banyak orang berpredikat gelar tinggi tapi ilmunya simpang siur,,,,hehehe. Aneh tapi nyata, seorang sohibku bertanya padaku setelah sampai di Medan, dan bertanya padaku, " Apa pertanyaanmu pada Nara Sumber Itu?" Lantas, aku jawab dan pertanyaanku begini : ” Mengapa Ekologi, Sejarah dan Sastra berhubungan erat dan tak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya? Apa peran penyair serta karya-karya mereka merujuk pada ini semua? Dalam seminar ini kedengaran bahwa ada juga salah seorang mahasiswi bertanya tentang Penyair, dan kapan dikatakan seseorang sebagai penyair. Anehnya salah seorang nara sumber berpredikat Doktor menjawab bahwa Dia tak usah disebut sebagai Penyair. Penjelasan itu pun kurasa agak kabur, dan pernah saya dengar bahwa penyair itu orang yang ahli dalam penulisan syair dan membaca syair dan siapa pun orangnya bisa jadi penyair tapi belum tentu Sastrawan. Sastrawan adalah penyair yang produktif dan mendapat legitimasi yang valid dari pemerintah setempat yang mana karya-karyanya itu punya HAKI.

Pada hari pertama kegiatan literasi baca puisi di Pasaman terlihat indah dan menyenangkan karena pembukaan acara diadakan di pentas utama dekat pinggiran sungai.Tempat ini sangat indah memukau hati setiappengunjung. Bukit - bukit serta gunung yang menjulang tinggi membuat hati tenteram dan semangat mengikuti alunan dan nada baca puisi dari beberapa penyair Nusantara. Salah seorang penyairnya, Dr Umar Zein membacakan puisinya dengan baik, dan begitu juga yang lainnya. Aku semakin tertegun dan menunggu giliranku baca puisi tapi malang sekali aku tak baca di arena ini. Sebenarnya, aku tertarik baca puisi di sini karena pembesar suaranya bergema, suara kita besar dan melengking. Tapi setelah Syafaruddin Marpaung baca puisi, kelihatannya tak ada lagi yang baca puisi. Panitia mengatakan bahwa baca puisi akan dilanjutkan ke Bukit Pasaman tak berapa jauh dari tempat arena utama.

Jam menunjukkan pukul 2.30 siang, kami bergegas pergi ke Museum dalam rangka menyaksikan tentang perjuangan Tuan Imam Bonjol yang berjuang melawan penjajahan Belanda.Ternyata di tempat itu ada peninggalan Tuanku Imam Bonjol dgn sebuah meriam terbuat dari bambu dan batu- batu yang digunakan untuk memusnahkan musuh.

Kemudian setelah itu kami meneruskan perjalanan baca puisi di atas bukmaj

Perjalanan kami di atas bukit sangat melelahkan karena bukitnya agak berlumut dan terjal. Aku hampir terjatuh dan untung tak tergelincir. Banyak juga penyair dan panitia membantu aku bisa naik di atas termasuk salah seorang mahasiswi UMSU jurusan bahasa Indonesia di FKIP UMSU, Medan. Syukur alhamdulillah aku selamat sampai ke atas dengan nafas tersendak-sendak. Rasa-rasanya jantungku sudah mau copot.

Di atas bukit dengan panorama indah membuat hati galau berubah jadi kerinduan akan Maha Pencipta karena alam yang terbentang mengukir keimanan yang kokoh bahwa Tuhan adalah Maha segalanya. Apalagi sebahagian puisi tertulis mengandung unsur Ekologi yang tak terpisahkan dari sejarah dan Sastra. Hal ini semakin menanjap dalam hatiku bahwa 'Perjuangan Tuanku Imam Bonjol' menentang penjajahan Belanda sungguh luarbiasa. Kesemuanya masalah ini tertuang dalam puisi penyair maka jangan heran jika hampir semua puisi penyair dibentangkan dan dibacakan di sini. Puisiku bertajuk " Senja di Pasaman " tak terbaca karena penyairnya sangat lelah. Aku minta panitia bahwa aku lebih baik baca puisi di malam hari dan kebetulan agenda baca puisi ada pada malam itu juga.

Pada malam harinya acara baca puisi seakan-akan mencekam karena situasi hiruk pikuk dan lalu lalangnya lalu lintas membuat rasa agaknya tak nyaman. Pikirku, luarbiasa lokasi pembacaan puisi dekali ini mencuatkan perhatian masa.Tapi yang membuat hatiku tenteram adalah kesigapan Presiden Puisi Pasaman, Arbi Tanjung. Dia sangat bertanggungjawab sebagai pembina panitia acara baca puisi. Aku sangat senangn atas perhatiannya demi kelancaran baca puisi. Meskipun lalu lintas mengancam maut tapi baca puisi berlanjut terus dan tak perlu takut dan khwatir karena tempatnya diawasi oleh polisi dan tentara.Jadi, semuanya aman dong. Apalagi lokasinya pas di persimpangan dengan tugu diukir dengan gambar Tuanku Imam Bonjol terpampang. Waduh, rasanya sangat menyenangkan walaupun bunyi gensetnya mengaung bagai petir di atas langit. Maka aku pilih baca puisi di tugu ini dengan topik " Pasaman Tak Sirna ".

Pada hari kedua menjelang perpisahan, Presiden Puisi Pasaman menginstruksikan pada penyair semua bahwa perpisahan harus diakhiri dengan mencelupan dan membasahi kaki di tepi sungai.Setiap penyair harus melakukannya sebagai tanda bahwa jejak dan langkah kaki penyair masih tinggal di daerah ini sembari menunggu buku Antologi Puisi yang membicarakan masalah literasi. Aku sendiri pun tak bilang apa lagi. Apa mau dikata? Hanya cucuran air mata mengalir dari lubuk perasaan mendalam yang tak bisa terungkap dengan kata-kata.

Salah satu hal yang kuulas dalam perjalanan baca puisi ini adalah kehadiran Sahabatku Syarifuddin Arifin Dua, yang datang di Pasaman. Kehadirannya hanya seperti mimpi dalam hatiku dan seakan tak puas berbincang. Sayang sekali dan aku sudah mau buka cerita tapi telepon seluler berbunyi dari Padang dan memberitahukan bahwa anak saudaranya meninggal dunia. Mendengar itu, aku pun merasa berdukacita, Innalillahi wainnaillahirajiun. Sahabatku itu terus melangkah dan harus kembali ke Padang pada jam 8.30 malam.


SIAPA ASRIZAL NUR?
Esei : Siamir Marulafau


Asrizal Nur adalah sastrawan Indonesia yang berperan aktif dalam dunia seni sastra, seperti : Seni Puisi(Penyair dan Pembaca Puisi); Teater (Aktor, Sutradara, Penulis Naskah); Lagu ( Penyanyi dan Pencipta lagu). Dalam esei yang kurang lebih dua halaman ini , penulis mengulas bahwa sosok seniman seperti ini jarang sekali dijumpai tetapi inilah anugerah Tuhan yang diberikan kepada salah seorang hamba-hamba-Nya di muka bumi ini.Tak heran lagi jika Arsrizal Nur ini selalu berperan aktif dalam mengembangkan seni sastra Melayu karena Beliau adalah orang Melayu, dan berjuang menggerakkan kegiatan Melayu di Pusat Jakarta. Dikatakan bahwa Konser Puisi Multimedia Asrizal Nur di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki Jakarta tahun 2009 membawa kecerahan dan perkembangan budaya berskala Nasional dan Internasional sehingga dampak positif terhadap perkemabngan sastra Seni di negeri ini semakain berkembang. Kegiatan sastra yang dibuat bukan hanya saja acara sastra yang berlatar belakang bachdroop atau spanduk dari kain tetapi sudah membuat terobosan dengan menggunakan Audio visual kususnya pada cara kegiatan sastra.
Kegiatan sastra yang paling dominan digarap adalah bersama rekan sastrawan lainnya seperti :” Sutardji Coulzum Bahri ( Presiden Penyair Indonesia) di tingkat Internasional tahun 2007 dan juga bersama Rida K Liamsi,Maman S. Mahayana, Ahmadun Yosi Herfanda, Kazzaini KS dkk melahirkan Hari Puisi Indonesia tahun 2013. Selain itu juga, menyelenggarakan penerbitan Antologi Puisi 1000 Guru Asean dan berhasil mencatat REKOR MURI Dunia sebagai pelaksana penerbitan Antologi Puisi dengan guru yang banyak. Hal ini menandakan bahwa Asrizal Nur seorang yang sangat aktif dalam mengembangkan sastra Melayu dengan mencatat Rekor MURI berbalas pantun selama 15 jam tahun 2008 dan sekalin mengukuhkan Tanjung Pinang sebagai kota GURINDAM.”
Sastrawan, Asrizal Nur yang lahir 16 November 1969 ini telah berhasil menjadi seorang Penyair yang produktif dalam menciptakan puisi dan mementaskan puisi Spektakuler di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki,Jakarta. Kegiatan seni yang merupakan inti adalah kolaborasi tentang pembacaan : ‘’Puisi, Tari, Teater, Musik, Audiovisual”,yang membawa nama baik terhadap sang Penyair. Hal in ternyata luarbiasa dan sangat mengagungkan penulis sebagai pembaca biografi dan profil Asrizal Nur yang sebahagian dimasukkan dalam penulisan esei ini. Untuk itu, mari kita lihat beberapa kegitan yang dilakukan oleh Asrizal Nur, sbb : 1.Pembacaan Sajak Melayu Asia Tenggara di Kepulauan Riau (2006), 2. Baca Sajak Panggung Apresiasi Presiden Penyair di TIM; 3.Baca Sajak Apresiasi Temu Sastrawan se Indnesia di Jambi (2008) ; 4. Baca Sajak Internasional di JILFEST,Jakarta (2008) ; 5. Baca puisi Portugal, Indonesia, Malaysia di Universitas Indonesia (2009) ; 6. Baca puisi Radio Brunei Darussalam pada pertemuan Penyair Nusantara IV (2010); 7. Membacakan puisi dan Pemutaran Vidio Konser Puisi Multimedia Asrizal Nur di Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei (2010), dan lain-lainnya sampai pada tahun 2017, menjadi Direktur Eksekutif Yayasan Hari Puisi,dan Pimpinan Seni Asnur.

1.
Selain memiliki keahlian di bidang seni puisi, Asrizal Nur juga sangat berpengaruh dalam dunia perkembangan Teater, dan banyak orang mengatakan bahwa Dia adalah seorang Seniman Teater, Sutradara dan Penulis naskah, yang kadang menjadi Tokoh teater. Asrizal Nur juga menyempatkan dirinya menjadi Deklamator dan Pemain drama dalam beberapa karya naskah drama yang ditulisnya, seperti : “Petaka” ( Sutradara dan Pemain, dipentaskan di Teater Arena Pekanbaru,1991), dan sampai pada tahun 2019, kegiatannya di bidang teater terus menerus berkembang sampai menjadi Penulis naskah berdua dengan Mohd. Diani Kancil.

Jika ditelusuri secara mendalam, sosok seorang seniman seperti Asrizal Nur ini, dapat dikatakan sebagai seniman yang luarbisa dengan memiliki kemampuan dalam berbagai aspek seni sastra. Karena kompitensi yang dimilikinyalah,maka Dia menjadi Aktor Teater dan mengerakkan seni teater bergabung bersama dengan beberapa penggerak seni teater lainnya seperti Umar Bin khatabb,taufik Effendia dari tahun 1993 , yang kemudian difilemkan dengan tajuk mencari Pencuri Anak Perawan TVRI (1992), dan sampai pada Layar Sikoyan,2012.

Selain dari pada itu, satu hal yang membuat penulis kagum tentang kemampuan Asrizal Nur adalah berkompetensi dalam penciptaan Event dan Penggerak Kebudayaan, dan sebagai bukti dari kegiatan penciptaan itu, Dia menggerakkan Gong Panggung Melayu tahun 2000,2003 (Asean) di Taman Ismail Marzuki dan di TIM yang dibuka oleh wakil Presiden dan seterusnya sampai Gerakan Akbar 1000 Guru Asean Menulis Puisi 20018 di TIM.

Kelihatannya, bukan hanya itu saja membuat dunia sastra tertegun terhadap Asrizal Nur tetapi Dia berperan sebagai Pengajar Puisi dan membuat Workshop kepada para penyair di tanah air. Dengan adanya kegiatan BENGKEL PUISI ini, Dia membangun sebuah Rumah seni yang disebut RUMAH SENI ASNUR dan menghimpun pembelajar puisi 50- 100 orang, dan mengajar dan menulis serta membaca puisi Online di PERUAS GROUP dengan peserta 750 orang seluruh Indonesia.

Asrizal Nur sebagai Pembina , Pencipta dan Pengajar Puisi, Dia juga dijuluki sebagai PENYAIR MULTI MEDIA karena memilih dunia pertunjukkan untuk mempublikasikan puisinya, dan penulis esei ini juga berpikir bahwa prinsip inilah yang sangat tepat untuk menjadi seorang pembina seni karena karya- karya sastra tanpa dipublikasikan, karya sastra itu tidak bermanfaat. Karya sastra harus terbaca oleh publik, dan ternyata Asrizal Nur telah mencapai target ini dan sebagai buktinya dia menunjukkan puisi pertamanya tahun 1992 di teater Pekanbaru dan membaca puisi KUDA dan beberapa puisi kolabrasi dengan musik iringan Zuarman Tambusai, artistik panggung dan Avoansyah Satra Ali, mulai dari tahun 1992 sampai tahun 2009 kegiatan pertunjukkan Asrizal Nur digarap dengan nama KONSER PUISI MULTIMEDIA dengan Audio Visual (Film) yang digarap serius oleh Dody Director Vidio profesional, dan kegiatan ini sangat didukung oleh Musik Digital, Dika Monthong, Tari dengan koreografer alumni IKJ Eeng Koty.

2.
Dalam esei ini, penulis juga mengulas bahwa Asrizal Nur berperan sebagai Pembaca Puisi Multimedia karena Dia telah memperkenalkan sistem membaca puisi multimedia di berbagai Manca Negara seperti di Brunei Darussalam dan Malaysia yang membuat para peminat puisi dalam dunia sastra merasa tertegun pada tahun 2010 tepatnya di Dewan Raya Radio Televisi Brunei Darussalam sebagai Delegasi Indonesia dengan acara Pertemuan Penyair Nusantara ke-4 yang diikuti oleh Brunei Darussalam (Tuan Rumah), Indonesia, Malaysia,Singapura dan Thailand.

Kegiatan yang sangat membuat ketenaran ini, ternyata Asrizal Nur juga berhasil membuat kejutan dan kekaguman para penonton atas puisi multimedia KUDA, yang kebetulan pada tahun 2014, acara festival Puisi , Lagu rakyat Internasional di adakan di PULARA, Pulau Pangkor Perak, Malaysia dan pada tahun 2015 dan kemudian Dia diundang kembali dalam acara yang sama dengan membaca Puisi multimedia bertajuk : Tam Tam Buku yang dihadiri oleh Sutardji Coulzum Bahri dan Gusmus dari Indonesia. Dalam kompetensi mebaca puisi Asrizal Nur juga diundang sebagai Deklamator Puisi Asean, Kuala Lumpur sebagai delegasi Indonesia bersama sutardji Coulzum Bahri, dan Juga Pihak Universiti Pendidikan Sultan Idris mengundang Asrizal Nur untuk menampilkan kembali pembacaan puisi multimedia.pada tgl 8 Desember 2016. Dan begitu juga di singapura, Asrizal Nur menampilkan pembacaan Puisi Multimedia dalam acara Pertemuan Penyair Nusantara ke-7 tahun 2014, dan yang paling mengangumkan penulis esei ini adalah pencapaian kemampuan Asrizal Nur dalam pembacaan puisi multimedia di Korea Selatan tahun 2012 bersama Sosiawan Leak, Ria K Liamsi, dan Kazzaini KS yang turut ikut dan tampil membaca puisi multimedia dan sebagai kelanjutan pembacaan puisi ini, Asrizal Nur dan dkk juga membaca puisi multimedia di Hansa, sebuah kota di Korea Selatan di hadapan masyarakat Indonesia di Korea selatan , dan hal ini sangat membuat dunia sastra Indonesia memuncak di Asia Tenggara.


Esai - DUNIA YANG MENCEKAM Karya : Siamir Marulafau

Ada seorang teman melirik padaku ketika aku sedang duduk di sebuah kedai kopi. Teman ini sudah lama tak ketemu. Entah, mengapa sekali ini Ia muncul dan menegur saya. Lantas, dia menyapa aku dengan suara yang lemah lembut. Apa katanya?

"Pak! Aku melihat Abang sedang termenung, ada apa sebenarnya, Bang?" Aku sangat kaget dan hanya tersenyum. Lantas, saya jawab dan berkata kepadanya bahwa "DUNIA INI NAMPAKNYA MENCEKAM". Kemudian, aku bercerita padanya bahwa di waktu saya masih kelas 5 SD , Bapakku pernah bercerita padaku tentang pengalaman hidupnya. Dia mengatakan padaku bahwa selama hidupnya Dia mengalami tiga hal yang sangat membuat perasaan tak enak, yaitu : 1. Dia sempat merasakan bagaimana pahitnya penjajahan Belanda selama 3,5 abad, 2. Penjajahan Jepang selama 3 tahun lamanya. 3. Kemudian, Gerakan G 30 S PKI . Dan mungkin ada satu hal yang kalian alami nanti pada masa akan datang yang hampir sama dengan perang dunia ke II. Tapi Bapak tak akan ada lagi pada masa akan datang itu.

Kemudian, aku katakan pada temanku itu, semua apa yang dikatakan Bapakku itu benar terjadi. Tapi maklumlah namanya aku masih anak-anak. Aku belum begitu paham tentang semua cerita itu dan perasaan-ku antara benar dan tidak. Itulah yang aku pikirkan sekarang Zulham. Aku baru teringat sekarang apa yang dikatakan Bapakku padaku memang benar bahwa pada usiaku yang senja ini benar-benar terjadi sejak tahun 2019 timbul sesuatu di negaraku dan bahkan seluruh dunia, yakni COVID-19,yang disebut Virus Korona. Hal ini sangat mencekam karena virus ini sangat mematikan dan membuat manusia ketakutan seolah-olah perang dunia ke III terjadi. Pikirku inilah ganti perang dunia ke III yang telah direncanakan oleh pihak yang tak bertanggungjawab alias manusia bejat memusnahkan manusia di bumi Tuhan untuk menguasai dunia seluruhnya. Masya Allah, apa yang dikatakan orang tuaku betul terjadi. Aku sungguh teringat dan juga merasa dunia akan terguling. Mengapa dan ada apa? Aku menulis esai ini bukan dikarang-karang. Memang betul-betul jadi fakta dan tidak salah lagi bahwa sebagian umat dunia ini tak mengerti. Sebagai seorang yang termasuk intelektual, iya terpikir dan memikirkan apa yang terjadi. Dalam asumsiku Virus Korona ini bakal mematikan penduduk dunia ini 2/3 secara berangsur-angsur dalam tempo 10 tahun (Sampai 2030) dan tinggal 1/3 lagi dengan tujuan bahwa apabila sudah mencapai jumlah yang sedemikian kecilnya akan membentuk dunia baru atau bisa dikatakan Satu negara lagi.

Merujuk pada asumsiku itu, Zul. Memang iya juga, dan bisa kita lihat jumlah angka kematian manusia di bumi ini sudah banyak. Sepertinya hal ini sudah kian direncanakan semenjak Computer ditemukan dalam kemajuan teknologi dan di situlah mereka berencana untuk membentuk dunia baru. Sangat mengerikan, Zulham. Luar biasa, pikirku. Kita bisa melihat apa yang terjadi sekarang. Sebagai buktinya banyak negara mengalami kesulitan hidup terutama dalam bidang ekonomi dan pendidikan. Kita juga bisa melihat bahwa yang diserang Virus Korona ini adalah 90 % orang-orang yang berusia 50 ke atas dan bukan anak-anak. Orang-orang tua yang sudah lanjut usianya memang fisiknya lemah dan darahnya juga tak kuat. Mengapa demikian? Dalam pandanganku sebagai seorang Sastrawan yang berperasaan sangat peka terhadap gejala dan fenomena sosial. Tidak meleset lagi, dan ini fakta.

Selanjutnya, Zul bertanya padaku:" Mengapa tidak dengan perang dunia ke III?" Lantas, aku jawab mereka tidak mau perang dengan senjata karena bila senjata dipergunakan tak akan banyak manusia yang musnah dan dan paling-paling 10 negara tapi jika virus dijalankan maka seperti inilah dia secara berangsur-habis.

"Mendengar ceritaku ini, Zulham nampaknya tertegun dan cemas. Jadi, bagaimana solusinya supaya virus mematikan ini tidak bersarang?"Zul bertanya padaku. Kemudian aku katakan padanya, Banyak negara terlena dan agaknya sudah terlambat. karena sebaiknya tadi, pada pertamanya setiap pemimpin negara harus menutup bandara dan sekalian mencek siapa yang masuk keluar terjangkit Virus Korona. Kita saksikan ada dua negara di dunia yang bebas virus korona, yaitu negara Brunei Darussalam dan Korea Utara. Di Brunei Darussalam, Pemimpin negara sangat bertanggungjawab terhadap rakyatnya sembari rakyat juga patuh pada pemerintahan. Kita lihat bahwa semua rakyat dibekali dan difasilitasi oleh kerajaan dan sambil mendekatkan pada Allah. Sementara di Korea Utara, Pemimpin negaranya sangat kejam dan apabila ada seorang yang terjangkit virus itu, akan ditembak mati. Namanya saja NEGARA KOMUNIS, dan mau tak mau rakyatnya takut dan harus patuh pada Pemerintahan. Sementara di negara kita, Negara Indonesia sebenarnya Pemerintah Sayang pada rakyatnya dengan memberlakukan Lock Down dan PPKM tapi kurang memberikan fasilitas yang memadai pada rakyat karena jumlah penduduk Indonesia banyak sekali. Sementara rakyatnya juga sukar diatur, dan hampir semua tak bisa diatur karena kembali pada urusan PERUT dan belum lagi urusan di bawah Perut. Dan akhirnya selalu membuat konflik pada pemerintah dan aparat terkait dan menyalahkan KEBIJAKAN PEMERINTAH. Yang paling tak logis lagi sebagian kecil, anggota DPR berpesta Narkoba dengan lawan jenis karena kantong mereka tebal, dan gaji mereka juga cukup tinggi. Pikirlah itu, Zul. Sementara banyak orang kelaparan dan mereka pesta-pesta, dan mereka wajib dipecat. Karena tak berguna bagi negara.

"Wah, apa yang Bapak ceritakan padaku, memang benar, mengapa Bapak berani menulis esai ini?"Lantas, aku jawab : " Kan Zul tahu sendiri., aku kan penyair dan memiliki perasaan yang sangat peka di samping seorang Ustadz. Esai ini harus dibaca mereka supaya pikiran itu terbuka apa yang terjadi pada masa sekarang ini, iya apa tidak?"


Esai
ADA APA DENGAN GAPENA?
Oleh : Associate.Prof.Drs. Siamir Marulafau,M.Hum

Faculty of Cultural Sciences, University of Sumatra Utara, Medan-Indonesia
Penyairdcm2@gmail.com


GAPENA ini salah satu grup Gabungan Penulis Nasional Malaysia yang amat maju berkembang dalam bidang penulisan karya sastra. Dalam pengamatanku, grup ini memiliki penulis-penulis yang baik dan handal di mata dunia, khususnya Asia Tenggara. Banyak yang kukenal di grup ini. Tapi dua orang dari mereka yang paling aku kenal adalah Puan Norazima Abubakar, dan Tuan Dr. Ahmad Saleeh Rahmad. Keduanya adalah penyair yang yang baik dan begitu juga yang lainnya.

Aku sungguh tertarik mengikuti perkembangan GAPENA ini karena keaktifan yang memajukan Sastra di negara Malaysia sungguh luarbiasa. Ini kita akui benar-benar menjadi satu fakta berhubung karena kearifan dan kebijakan KETUA GAPENA dari masa ke masa. Kita ketahui bahwa GAPENA memiliki visi dan misi dalam mengembangkan penulisan sastra di tingkat Nasional dan juga Internasional. Aku hanya melihat dari kaca mata yang terang dari pulau Sumatra bahwa susunan pengurus GAPENA ini sungguh luar biasa dalam tujuan untuk membina, melestarikan budaya Melayu merujuk pada karya sastra, yang menggunakan bahasa Melayu sebagai alat. Seterusnya bisa dilihat dalam berbagai kegiatan dan keaktifan yang memadai, membuat GAPENA jadi berkembang ke masa depan.

Ini memang benar jadi Fakta bahwa sastrawan dan penyair-penyair Malaysia sungguh luar biasa termasuk juga sastrawan dan penyair-penyair NUMERA, dan PEMUISI BERKARYA dan juga penyair-penyair di daerah lain seperti Klantan, Melaka, Terengganu, dan lain-lainnya.

Sungguh membuat aku kagum dengan usaha dan keaktifan dalam membina karya sastra sebagai khazanah budaya bangsa Malaysia. Mengapa dan ada apa? Ini salah satu wadah yang berbentuk GRUP kepenulisan karya sastra yang pengurusnya tersusun secara sistematika. Ini menunjukkan kekompakan yang amat berharga sehingga apa yang dicita-citakan oleh GAPENA akan tercapai pada masa akan datang dalam hal berkarya khususnya dalam pengembangan sastra di samping memupuk hubungan persaudaraan antara sesama di seluruh dunia. Ini hal yang paling penting untuk dicontoh oleh Grup yang lainnya.

Dalam esai ini dibentangkan bahwa GAPENA adalah Gabungan Penulisan Nasional Malaysia yang sangat ampuh dan gigih berjuang dalam penulisan karya sastra membuat negara ini akan tershohor di mata dunia karena penyair-penyair, penulis-penulis karya sastra dan sastrawan yang ada di dalam grup ini amat canggih. Sebagai bukti bahwa banyak para Sastrawan di Malaysia telah dinobatkan menjadi Sastrawan Negara yang ditandai seperti : Usman Awang, A. Samad Said, Muhammad haji Salleh, Kemala, Baha zain, Zurinah Hassan, dan lain-lain ditambah dengan satrawan lainnya termasuk pengurus GAPENA, yakni : Datuk Haji Zainal Abidin, Amiruddin MD Ali Hanafiah, Datuk Jasmi Matlani, Dato Dr. Mohd.Mansur, Haji Hamzah Hamdani, Prof. Emeritus Datuk Dr. Zainal Kling, Dr. Mohd. Ghazali Taib, Zainal Mohd. Jaiz, dato Drs. Haji Anuar Ahmad, Prof. Dr Hasyim Ismail , Haji Abdul Razali, Dr. Ahmad Saleeh Rahmad, Norazima Abubakar, dan juga penyair dan sastrawan lainnya seperti : DR. Radzuan Ibrahim, Dr. Raja Rajeshwari Sheeta Raman, Dr. Nashuha Jamiddin, Shirley Idris,Harlym Yeo, Mazlan Noor, Zaleena E-Naa, dan lain lain yang tak disebut namanya satu persatu.

Tak heran lagi bila pada masa sekarang GAPENA menjadi wadah yang sangat ampuh dalam hal menggiatkan seni sastra dalam upaya memperluas cakrawala pemikiran baik dalam hubungan sosial masyarakat, politik, hukum dan keagamaan yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial bagi segenap rakyat Malaysia. Ini adalah merupakan asaz pemikiran sang penulis esai. Aku juga sangat berterima kasih kepada admin Grup GAPENA yang telah memasukkan aku dalam grup ini. Bila ada ulasan yang dipaparkan dalam esai ini, penulis minta maaf bila ada kata-kata yang kurang tepat karena penulis tercantum sebagai makhluk yang tak sempurna.


Esai
SAHABAT KAMPUS
Oleh : Siamir Marulafau


Siapa yang tak kenal dengan Kang Maman S. Mahayana. Dia seorang dosen senior Universitas Indonesia(UI). Aku beberapa kali jumpa dengan Beliau dan orangnya memang sangat ramah. Terakhir aku jumpa dengan Kang Maman ini di Munsi 3, dan kami juga ketemu di Pulau Bintan, dan di Sumedang. Kebetulan kami juga pembentang karya ilmiah di Sumedang. Aku sungguh kagum melihat kemampuan sahabatku ini. Mengapa dan ada apa? Karena Beliau sudah berpengalaman dalam menyampaikan dan menyajikan makalah di berbagai seminar. Tak salah lagi bila dosen UI satu ini menjadi bintang idola di tanah air. Ini bukan pujian para sahabat lainnya. Ini memang kenyataan dan bukan fiksi. Di samping Beliau sebagai kritikus Sastra, Ia juga sebagai penulis buku-buku untuk referensi digunakan di berbagai Universitas di tanah air dan juga sebagai penyair. Luar biasa dan salut aku melihat sahabat yang satu ini. Salah satu bukunya yang telah saya baca bertajuk " Kitab Kritik Sastra,2015".

Peretemuan di Munsi 3

Aku tak sangka bila bertemu dengan Kang S. Maman Mahayana. Aku sangat terkejut disaat aku mau balik ke Bogor setelah selesai acara Munsi 3 di Hotel Novotel. Aku betanya-bertanya kepada teman bagaimana cara untuk menaiki kereta api tujuan ke Bogor. Untung sekali seorang sahabat memberi petunjuk padaku. Kebetulan Bambang Widiatmoko mengatakan padaku bahwa ada yang mau berangkat ke Bogor pagi ini Pak. Biar aku hubungi Pak. Maman S Mahayana. Mungkin Beliau sedang berbincang dengan teman-teman di dekat kolam ikan di belakang itu. Coba Bpk jumpai Kang Maman S Mahayana. Mendengar itu, aku pun senang amat karena pikirku ada kawan pulang ke Bogor naik kereta api. Padahal sebelumnya ada janji dengan Pak. Edy Pramuduane untuk bertemu di Hotel Novotel supaya kami sama-sama pergi ke Stasiun Kereta api.Tetapi rencana semula itu aku batalkan dan langsung aku menghubungi Pak Edy supaya kami bertemu besok di Mesjid Meutia sebelum salat Jumat.

Anehnya aku tak tak tahu sama sekali bila ada teman satu lagi bersama Kang Maman S Mahayana kalau itu seorang sastrawan yaitu Bpk. Adri Darmadji Woko. Disaat naik Grap menuju stasiun kereta api, aku bertanya dalam hatiku, kok ramah sekali Bapak yang satu ini iya, dan aku pun tak kenal siapa namanya.Pokoknya dalam pikiranku, iya teman saja. tetapi setelah diberitahukan padaku baru aku tahu bahwa itu Adri Darmadji Woko. Aku sungguh senang sekali dengan Kang Maman yang mengambil kartu tiket menaiki kereta api. Yang duduk di depan kami adalah Pak. Adri. Mereka mau turun ke Depok, dan aku langsung ke Bogor.


Esai
KEMALA DALAM PUISI
Oleh : Assoc. Prof. Siamir Marulafau,M.Hum


Siapa yang tak kenal dengan sastrawan Negara yang ke 11 ini. Dalam esai yang singkat ini dibentangkan bahwa sesungguhnya penulisan puisi itu ada yang panjang dan ada pendek. Tapi aku sungguh tertegun dengan puisi yang ditulis sastrawan Negara Malaysia ini. Mengapa dan ada apa? Puisi sangat singkat dan memiliki makna yang tersirat di balik tersurat, khusus nya bagi penyair. Sementara tajuknya pun "TUAN PENYAIR". Penyair itu bernada lelaki sunyi. lelaki itu harus sigap dalam menitir bait. Tuturan dalam setiap syair harus tepat dan bermakna. Sembari Penyair itu sudah ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa bahwa kau adalah Penyair dan selalu mengasihi. Kasih itu tak bisa dipisahkan dalam diri seorang penyair. Curahkanlah segalanya melalui kalbu dan itulah menjadi kota diri. Karena segala yang tercurah melalui kalbu itu adalah menjadi jati diri.

Dalam esaiku yang singkat ini, aku sangat terharu dengan ucapan seorang penyair yang handal dalam penulisan puisi dan terbukti sekali dalam buku antologi puisi bertajuk " QASIDAH PELANGI DINIHARI" adalah salah satu antologi puisi dari sekian banyak antologi puisi ditulis oleh Kemala. Tapi namun demikian dalam antologi ini ada satu puisi singkat dan amat bernilai dalam kehidupan penyair dari kesekian puisi yang ditulis , yakni "Tuan Penyair".

Aku sadar bila yang dikatakan penyair itu sesungguhnya harus menerima takdir dan ditakdirkan sebagai penyair. Oleh karena itu, dalam hatiku, aku juga berpikir karena aku juga seorang penyair dan tak boleh menyesal nasib yang telah ditentukan oleh Ilahi sebagai penyair. Penyair itu harus sabar dalam menerobos alam sunyi untuk menggali inspirasi. Kesunyian yang dihadapi oleh penyair harus benar-benar menciptakan bait-bait dalam puisi, yang mengandung arti.

Aku berpikir bila aku sebagai penyair. Apa yang harus kubuat dan kugali? Aku tahu bahwa dalam puisi ada bait-bait yang harus dimaknai dan itulah yang paling baik dimengerti. Ada apa sebenarnya dalam anjuran penyair? Karena puisi adalah bagian dari ilmu sastra yang merupakan sumber kebijakan selain sumber menghibur diri. Dalam sampul antologi puisi "Qasidah Pelangi Dinihari", terpampang gambar penyair yang sangat serius berucap dan melantunkan bait-bait puisi yang tersurat kepada pemirsa agar dapat dipahami apa sebenarnya puisi oleh penyair. Jika sudah paham tentang penyair maka bacalah puisi dan tulislah puisi dan jangan hanya sekadar menonton penyair atau pemuisi.

Dalam ajakan penyair : "Marilah kita bersastra dan menulis serta membaca puisi supaya seni menulis dan baca puisi itu tercapai dalam upaya melestarikan budaya seni sebagai khazanah budaya bangsa". mendengar ajakan penyair di atas semangatku pun mulai bangkit untuk menulis puisi karena aku dikatakan sebagai penyair dan bukan penyihir.

Dengan julukan sebagai penyair, aku tak mau diam dan terus menerus menulis. Pikirku, seseorang yang sudah jadi penyair tidak akan mungkin menjadi seorang penyair yang benar jika tak rajin menulis. Maka anjuran penyair di atas tetap kudukung sampai mati.

Biar tulang belulangku hancur dikandung tanah , aku tetap menulis dan itulah janji yang kuikrarkan di saat aku baca puisi. Pantas bila penyair seperti Kemala dikatakan sebagai Sastrawan Negara karena Beliau rajin menulis sejak dari kecil sampai usia delapan puluh tahun dan terus menulis.

Medan, 06-09-2021


Esai
ADA APA DENGAN GAPENA?
Oleh : Associate.Prof.Drs. Siamir Marulafau,M.Hum

Faculty of Cultural Sciences, University of Sumatra Utara, Medan-Indonesia
Penyairdcm2@gmail.com


GAPENA ini salah satu grup Gabungan Penulis Nasional Malaysia yang amat maju berkembang dalam bidang penulisan karya sastra. Dalam pengamatanku, grup ini memiliki penulis-penulis yang baik dan handal di mata dunia, khususnya Asia Tenggara. Banyak yang kukenal di grup ini. Tapi dua orang dari mereka yang paling aku kenal adalah Puan Norazima Abubakar, dan Tuan Dr. Ahmad Saleeh Rahmad. Keduanya adalah penyair yang yang baik dan begitu juga yang lainnya.

Aku sungguh tertarik mengikuti perkembangan GAPENA ini karena keaktifan yang memajukan Sastra di negara Malaysia sungguh luarbiasa. Ini kita akui benar-benar menjadi satu fakta berhubung karena kearifan dan kebijakan KETUA GAPENA dari masa ke masa. Kita ketahui bahwa GAPENA memiliki visi dan misi dalam mengembangkan penulisan sastra di tingkat Nasional dan juga Internasional. Aku hanya melihat dari kaca mata yang terang dari pulau Sumatra bahwa susunan pengurus GAPENA ini sungguh luar biasa dalam tujuan untuk membina, melestarikan budaya Melayu merujuk pada karya sastra, yang menggunakan bahasa Melayu sebagai alat. Seterusnya bisa dilihat dalam berbagai kegiatan dan keaktifan yang memadai, membuat GAPENA jadi berkembang ke masa depan.

Ini memang benar jadi Fakta bahwa sastrawan dan penyair-penyair Malaysia sungguh luar biasa termasuk juga sastrawan dan penyair-penyair NUMERA, dan PEMUISI BERKARYA dan juga penyair-penyair di daerah lain seperti Klantan, Melaka, Terengganu, dan lain-lainnya.

Sungguh membuat aku kagum dengan usaha dan keaktifan dalam membina karya sastra sebagai khazanah budaya bangsa Malaysia. Mengapa dan ada apa? Ini salah satu wadah yang berbentuk GRUP kepenulisan karya sastra yang pengurusnya tersusun secara sistematika. Ini menunjukkan kekompakan yang amat berharga sehingga apa yang dicita-citakan oleh GAPENA akan tercapai pada masa akan datang dalam hal berkarya khususnya dalam pengembangan sastra di samping memupuk hubungan persaudaraan antara sesama di seluruh dunia. Ini hal yang paling penting untuk dicontoh oleh Grup yang lainnya.

Dalam esai ini dibentangkan bahwa GAPENA adalah Gabungan Penulisan Nasional Malaysia yang sangat ampuh dan gigih berjuang dalam penulisan karya sastra membuat negara ini akan tershohor di mata dunia karena penyair-penyair, penulis-penulis karya sastra dan sastrawan yang ada di dalam grup ini amat canggih. Sebagai bukti bahwa banyak para Sastrawan di Malaysia telah dinobatkan menjadi Sastrawan Negara yang ditandai seperti : Usman Awang, A. Samad Said, Muhammad haji Salleh, Kemala, Baha zain, Zurinah Hassan, dan lain-lain ditambah dengan satrawan lainnya termasuk pengurus GAPENA, yakni : Datuk Haji Zainal Abidin, Amiruddin MD Ali Hanafiah, Datuk Jasmi Matlani, Dato Dr. Mohd.Mansur, Haji Hamzah Hamdani, Prof. Emeritus Datuk Dr. Zainal Kling, Dr. Mohd. Ghazali Taib, Zainal Mohd. Jaiz, dato Drs. Haji Anuar Ahmad, Prof. Dr Hasyim Ismail , Haji Abdul Razali, Dr. Ahmad Saleeh Rahmad, Norazima Abubakar, dan juga penyair dan sastrawan lainnya seperti : DR. Radzuan Ibrahim, Dr. Raja Rajeshwari Sheeta Raman, Dr. Nashuha Jamiddin, Shirley Idris,Harlym Yeo, Prof.Dr. A Halim Ali, Mazlan Noor, Zaleena E-Naa, dan lain lain yang tak disebut namanya satu persatu.

Tak heran lagi bila pada masa sekarang GAPENA menjadi wadah yang sangat ampuh dalam hal menggiatkan seni sastra dalam upaya memperluas cakrawala pemikiran baik dalam hubungan sosial masyarakat, politik, hukum dan keagamaan yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial bagi segenap rakyat Malaysia. Ini adalah merupakan asaz pemikiran sang penulis esai. Aku juga sangat berterima kasih kepada admin Grup GAPENA yang telah memasukkan aku dalam grup ini. Bila ada ulasan yang dipaparkan dalam esai ini, penulis minta maaf bila ada kata-kata yang kurang tepat karena penulis tercantum sebagai makhluk yang tak sempurna.


Esai
SAHABAT KAMPUS
Oleh : Siamir Marulafau


Siapa yang tak kenal dengan Kang Maman S. Mahayana. Dia seorang dosen senior Universitas Indonesia(UI). Aku beberapa kali jumpa dengan Beliau dan orangnya memang sangat ramah. Terakhir aku jumpa dengan Kang Maman ini di Munsi 3, dan kami juga ketemu di Pulau Bintan, dan di Sumedang. Kebetulan kami juga pembentang karya ilmiah di Sumedang. Aku sungguh kagum melihat kemampuan sahabatku ini. Mengapa dan ada apa? Karena Beliau sudah berpengalaman dalam menyampaikan dan menyajikan makalah di berbagai seminar. Tak salah lagi bila dosen UI satu ini menjadi bintang idola di tanah air. Ini bukan pujian para sahabat lainnya. Ini memang kenyataan dan bukan fiksi. Di samping Beliau sebagai kritikus Sastra, Ia juga sebagai penulis buku-buku untuk referensi digunakan di berbagai Universitas di tanah air dan juga sebagai penyair. Luar biasa dan salut aku melihat sahabat yang satu ini. Salah satu bukunya yang telah saya baca bertajuk " Kitab Kritik Sastra,2015".

Peretemuan di Munsi 3

Aku tak sangka bila bertemu dengan Kang S. Maman Mahayana. Aku sangat terkejut disaat aku mau balik ke Bogor setelah selesai acara Munsi 3 di Hotel Novotel. Aku betanya-bertanya kepada teman bagaimana cara untuk menaiki kereta api tujuan ke Bogor. Untung sekali seorang sahabat memberi petunjuk padaku. Kebetulan Bambang Widiatmoko mengatakan padaku bahwa ada yang mau berangkat ke Bogor pagi ini Pak. Biar aku hubungi Pak. Maman S Mahayana. Mungkin Beliau sedang berbincang dengan teman-teman di dekat kolam ikan di belakang itu. Coba Bpk jumpai Kang Maman S Mahayana. Mendengar itu, aku pun senang amat karena pikirku ada kawan pulang ke Bogor naik kereta api. Padahal sebelumnya ada janji dengan Pak. Edy Pramuduane untuk bertemu di Hotel Novotel supaya kami sama-sama pergi ke Stasiun Kereta api.Tetapi rencana semula itu aku batalkan dan langsung aku menghubungi Pak Edy supaya kami bertemu besok di Mesjid Meutia sebelum salat Jumat.

Anehnya aku tak tak tahu sama sekali bila ada teman satu lagi bersama Kang Maman S Mahayana kalau itu seorang sastrawan yaitu Bpk. Adri Darmadji Woko. Disaat naik Grap menuju stasiun kereta api, aku bertanya dalam hatiku, kok ramah sekali Bapak yang satu ini iya, dan aku pun tak kenal siapa namanya.Pokoknya dalam pikiranku, iya teman saja. tetapi setelah diberitahukan padaku baru aku tahu bahwa itu Adri Darmadji Woko. Aku sungguh senang sekali dengan Kang Maman yang mengambil kartu tiket menaiki kereta api. Yang duduk di depan kami adalah Pak. Adri. Mereka mau turun ke Depok, dan aku langsung ke Bogor.


Esai
GELAR DR ITU, APA?
Oleh : Assoc. Prof. Drs. Siamir Marulafau,M.Hum


Gelar Dr. itu gelar yang Akademik tertinggi yang dicapai oleh seorang dosen di PTN/PTS setelah menamatkan studi di S3 serta menulis karya ilmiah berupa Disertasi. Gelar Dr ini sama dengan Phd. Sementara gelar Prof. bukan gelar akademik tetapi gelar penghormatan yang diberikan oleh Pemerintah(President RI) atas jabatan , dedikasi selama mengabdi kepada negara sebagai dosen di PTS/PTN. Pemberian gelar Prof. bukan sembarang, tergantung pada penilaian Pemerintah terhadap yang bersangkutan.

Harus diketahui bahwa tidak semua yang bergelar DR akan mendapat predikat Prof. Gelar Prof yang diberikan oleh Pemerintah kepada yang sudah Dr harus melalui beberapa jalur dan salah satu di antaranya adalah harus memiliki tulisan Jurnal Internasional yang terindeks Scopus (Q3), dan ditambah dengan Sertifikat Dosen karya-karya lainnya. Jika sudah seorang Dosen telah melalui persyaratan tersebut maka Ia akan diajukan menjadi Guru Besar(GB) berpredikat Prof (Professor penuh) yang satu tingkat lebih tinggi dari Associate. Profesor. Gelar Assoc. Prof ini biasanya disebut sebagai Prof. Madya di Malaysia.

Dalam hal ini, harus juga diingat bahwa tak semua yang bergelar Dr memakai gelar Assoc. Profesor walaupun sudah mencapai pangkat IVa dengan jabatan LEKTOR KEPALA di PTN/PTS jika Ia tidak menunjukkan produktifitasnya sebagai dosen , seperti menulis karya ilmiah(Riset), membuat karya-karya, dll sebagainya, maka gelar tersebut akan tak pantas ditulis di depan nama, Maka pemerintah menyarankan setiap dosen harus harus melaksanakan TRI DARMA PERGURUAN TINGGI dan harus PRODUKTIF.


Esai
ISTRI SALEHA :
Oleh : Siamir Marulafau

Sungguh terpuji seorang istri jika mengantar suami di rumah sakit bila suami itu sakit. Maka dalam rumah tangga itu harus ada saling cinta dan kasih, harus ada saling pengertian (Mutual Understanding). Tidak boleh ada rasa egois antara satu sama lain. Istri itu bukan asal cantik. Istri kadang cantik bagaikan bidadari tapi tak kaya hati., dan hanya mau saja uang dari kantong suami. Yang parah lagi bila istri itu mengambil uang di kantong suami tanpa pamit., dan sebaliknya juga bila suami seorang tukang judi mengambil emas istri di tempat simpanan tanpa pamit dan dijual untuk modal judi. Ini suami namanya suami GANCOT. Jika ingin rumah tangga bahagia dan selamat dunia akhirat maka berbaik budi dan saling menanamkan rasa kasih sayang antara satu sama lain. Jagalah perasaan antara satu sama lain,dan jangan saling menyinggung dan menyakiti.

Dalam esai yang singkat ini, dibentangkan bahwa bahwa banyak sekali konflik dalam rumah tangga terlihat dalam sosial media. Ada kalanya suami membunuh istrinya karena tak ada kesesuaian dalam pemikiran. Ada juga kedapatan Istri yang sudah senang dibuat oleh suaminya, malah istri juga membuat masalah. Contohnya : Istri ini selingkuh dengan mantan pacar sebelum berumah tangga dengan seseorang dan berencana untuk membunuh suaminya. Hal ini juga terjadi di kota ini, dan akhirnya istri sangat menyesal atas perbuatannya. Mengapa timbul penyesalan karena tadinya istri ini sangat senang. Ia tidur di atas kasur yang lembut bagaikan sutra dan sekarang dia tidur di atas tikar yang kasar dan basah dalam kamar yang berterali besi diselimuti dengan bisikan nyamuk yang menjengkelkan kuping. Makanya bila Tuhan telah memberikan kebahagiaan yang sangat nikmat di dunia ini, maka janganlah hendaknya kufur nikmat kepada Tuhan. Inilah siksaan dunia dan belum lagi siksaan akhirat. Jika seorang istri membunuh dan sebaliknya juga suami membunuh istri maka dosa ini sangat besar di sisi Tuhan. Walaupun kesalahan membunuh ini dilaksanakan secara hukum dunia berdasarkan KUHP maka hukum pembunuhan masih dijalankan di akhirat kelak karena Allah tidak mengenal hukum KUHP. Tapi bila seorang pembunuh beragama Islam maka harus diberlakukan hukum syariat. Maka bagi yang sadar dan mengetahui hukum Islam harus berhati-hati dan jangan melakukan sesuatu hal yang di luar batas hukum Islam akan kena denda yang merujuk pada hukum syariat, yaitu yang membunuh harus dibunuh.

Kita lihat pada masa sekarang ini banyak sekali pertikaian yang terjadi dalam rumah tangga terutama sekali dalam hubungan suami istri. Banyak suami dan istri melakukan perselingkuhan dan tidak ada hubungan suami istri. Banyak yang ditangkap di beberapa hotel di negara ini, dan menjadi urusan polisi. Mereka tidak memiliki buku nikah yang syah atau buku nikah sipil. Ini namanya PERZINAHAN, dan mereka harus dicambuk seratus kali dan bila mereka harus dilempari pakai batu sampai mati, dan harus mati. Bila mereka sudah dicambuk sebanyak 100 kali atau dilempari batu dan tidak mati, harus diulang sampai mereka mati. Maka perzinahan antara yang bukan suami istri dan keduanya dalam keadaan janda atau duda maka hukum cambuk bagi mereka sangat berat di sisi Allah. Maka hindarilah perbuatan zina.

Dalam esai ini, penulis menyarankan bahwa manusia sebagai ciptaan Allah harus beriman dan takwa dan banyak beristigfar dan banyak puasa serta salat untuk menahan diri dari segala nafsu setan yang membawa manusia dalam neraka. Maka untuk menghindari perselingkuhan ini, suami istri ini harus saling memiliki pengertian dalam memupuk kebahagiaan ranjang yang membawa ke jalur yang baik dan bahagia.

Aku juga melihat bahwa ada juga suami yang memukul istri dalam rumah tangga. Hal ini sudah menyangkut Kekerasan Dalam Rumah tangga (KDRT). Bila suami sudah mulai memukul satu dua sampai tiga kali, katanya memukul terus karena ini akan menjadi kebiasaan terus menerus, dan istri sangat menderita. Mengapa suami ini hendak memukul Istri dalam rumah tangga? Iya, kemungkinan ada masalah yang tak bisa pecahkan antara suami istri dan akhirnya menimbulkan pertengkaran sampai pada penganiayaan. Sebaiknya hindarilah kekejaman dalam rumah tangga dan jangan sampai memukul istri karena istri itu adalah pakaian sang suami. Buatlah istri itu senang dalam berbagai cara supaya Ia selalu mengingat anda di mana pun anda berada. Jika Istri sayang pada suami, maka istri itu akan selalu memanggil suaminya bila suaminya berada di kantor. Tapi bila suami selingkuh dengan orang lain, maka hati istri goncang seolah-olah bumi ini pecah dan berguling seribu kali. Mengapa dan apa dengan suami? Suami adalah dambakan hati istri dan sebaliknya. Mereka harus memupuk rasa kasih sayang antara mereka timbal balik. Ini namanya kehidupan rumah tangga Sakina Mawaddah Warrahmah. Apabila cinta dan kasih tak ada dalam rumah tangga maka rumah tangga itu akan pecah (broken home) berarti tidak ada kesesuaian dan akan menimbulkan perceraian dan tentunya anak-anak mereka yang ikut menderita karena ulah Bapak dan Ibu mereka.

Aku katakan bahwa lebih baik hamba-hamba Allah ini seperti suami Istri harus konfirmasi pada kedua orang tua atau pihak lain yang dapat memberikan pencerahan kepada mereka agar jangan terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Ini salah satu tindakan untuk meredakan emosi dalam menghadapi suatu konflik rumah tangga ketimbang mencari menang sendiri bila ada pertikaian dalam rumah tangga. Bagi yang Islam lebih merujuk pada sifat dan karakter Rasulullah dalam membina rumah tangga. Istri juga harus bisa mencontoh Istri Rasulullah bertindak bertindak sebagai istri dalam mendukung , membahagiakan sang suami karena suami itu adalah surga bagi setiap Istri. Istri tidak boleh melawan kepada suami karena hukumnya berdosa dan tidak akan masuk surga. Suami itu termasuk Pemimpin Dalam Rumah Tangga( Ulil Amri Mingkum) dalam keluarga. Istri itu harus menghargai suami. Karena apabila seseorang perempuan yang telah menikah, maka suamilah yang bertanggung jawab terhadap perempuan itu sebagai istri.

Jika dilihat karakter manusia ini pun, kadang istri ini tak bisa diatur dan banyak kita jumpai dalam kehidupan rumah tangga. Mengapa dan ada apa sebenarnya? Bila sang suami seorang PNS maka istrinya yang bukan Pegawai Negeri Sipil tak bersyukur kepada suami. Sementara suami diperlakukan dengan tidak baik apalagi pelayanan di atas kasur yang lembut bagaikan embun. Tentu suami selalu tertekan dan tidak mau bersatu. Mengapa seorang istri PNS berlaku seperti itu? Karena sang istri punya kuku besi dalam hal suami tidak boleh poligami karena akan terkena peraturan pemerintah. Karena hal ini tercantum dalam peraturan maka banyak suami yang PNS akan selingkuh dengan yang lain berdalih dinas di luar kota. Ada juga sebagian yang tak mau dengan cara begitu. Ada yang membentuk rumah tangga dengan cara yang halal. Hal ini sangat mencontoh karakter Rasulullah dalam hal untuk menghindari Zina., dan mengembangkan keagamaan di sisi Allah sembari membuat satu contoh bagi istri PNS supaya mereka jangan merasa hebat berkuasa dan menguasai suami. Karena bila ada seorang suami yang sangat taat dan takut pada Allah maka suami itu akan mencari jalan keluar untuk membentuk rumah tangga dalam upaya mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka bila suami bertindak seperti itu, bagi istri-istri PNS jangan bertanya-tanya, mengapa dan ada apa? Lebih baik tanya pada rumput yang bergoyang. Saranku dalam esai singkat ini, lebih baiklah ciptakan kerukunan dalam rumah tangga. Jangan selalu kufur nikmat di sisi Allah Swt. Tahu tugas dan kewajiban anda sebagai Istri terhadap suami dan begitu juga suami harus tahu kewajibannya terhadap istri supaya rumah tangga itu bahagia dunia akhirat.

Medan, 11-09-2021



Membaca dan menelaah sebuah karya puisi bertajuk:"MENYILAK SEHELAIBINGKISANKEKASIH" oleh Penyair Malaysia , Alkhair Aljohore

MENYILAK SEHELAI BINGKISAN KEKASIH

Dia kekasih bagi Sang Kekasih
Namun umat masih bergelumat bergulat mengejar cinta dan kasih, yang wujudnya penuh daki dan noda,
cinta manusiawi kesemua berqawaid,
Mu ada harta,tahta ,ada nama,itu aku suka ?
Jika engkau tercampak ke jurangsampah,
engkau pasti dimaki sumpah sampaimu punah.
Untuk raih manisnya iman untuk bekal akhirat ,itu Habibullah, ikuti dia,
Di jelas secara 'eksplisit' dalam Quran...fattabi uni yuhbib kumullah...

RAIHLAH SANG PENCINTA

Alkhair Aljohore@
24Jun.22


KOMEN :


Membaca dan menelaah sebuah karya puisi liris yang ditulis Penyair Malaysia ini, Alkhair Aljohore adalah membuat kita sebagai pembaca harus mengerti lebih mendalam tentang pengertian KEKASIH.

Jika dibaca dengan cermat puisi penyair di atas,sudah jelas kepada kita bahwa KEKASIH itu sangat didambakan oleh setiap insan. Allah SWT sangat kasih kepada manusia yang cinta kepada-Nya ketimbang cinta pada dan kasih pada hal-hal yang penuh dosa dan noda. Dengan pengertian bahwa Allah SWT itu tak buta melihat apa yang dikasihi dan dicintai oleh manusia di bumi. Pada dunia masa kini, banyak manusia yang tak tahu bahwa Allah SWT selalu mengasihani mereka tetapi mereka lebih cenderung kasih dan cinta pada harta dunia.Ini semua adalah merupakan ujian bagi mereka yang tak tahu dikasihani.

Dalam puisi ini, penyair sangat cermat dan memainkan kata-kata KASIH kepada Tuhan itu jangan sekali-kali diabaikan. Tuhan itu tetap pada wujudnya yang tunggal dan selalu kasih dan cinta akan hamba-hamba-Nya Jika seseorang kasih dan cinta pada kekasihnya dan kasih serta cinta pada apa yang dikasihi atau dicintai di dunia ini, maka seseorang itu harus lebih kasih pada Allah SWT sebagai Pencipta supaya manusia itu jangan masukkan ke ruang sampah , yang istilahnya jangan masuk jurang neraka. Karena orang-orang iman yang cinta dan kasih pada Tuhan-Nya, mereka ini akan menjadi KEKASIH Allah SWT.

Dengan adanya tulisan puisi di atas, maka kita sebagai hamba Allah jangan terlalu mengasihi dan mencintai hal-hal yang tidak disukai oleh Allah SWT. Pudarnya kasih Allah kepada manusia adalah disebabkan oleh manusia itu sendiri. Karena manusia kadang-kadang terlena akan keindahan dunia yang sama sekali tidak mengingat kasihnya Tuhan kepada mereka. Mereka tak tahu bahwa dunia adalah hanya PERMAINAN. Maka dalam hal ini, Penyair mengingatkan umat manusia supaya jangan terlampau cinta dunia. Yang paling penting umat manusia harus meraih dan mempertebal iman untuk bekal akhirat. Jika tidak, manusia itu akan merugi dunia dan akhirat karena yang paling disenangi Allah SWT adalah orang-orang yang beriman cinta akhirat. Adapun cinta dan kasih pada sesuatunya di dunia adalah hanya sebagai bekal untuk mencapai akhirat.

Demikianlah ulasan dan uraian karya puisi di atas dibentangkan dan bila ada kekurangan dan kelebihan, maka Pembaca mohon dimaafkan.

Wassalam,
dtt
Associate. Prof. Siamir Mrulafau,M. Hum
NIP. 105805171985031003
Fib USU, Medan-Indonesia




Esai
TIGA MALAM DI KOTA PADANG
Oleh : Siamir Marulafau


Banyak teman penyair di PERUAS ini bertanya padaku setelah aku selesai merapikan dan mengkemas pakaian dan barang bawaanku untuk pulang ke Medan. Aku tepat menginap di kamar no. 104 dengan seorang teman penyair yang berasal dari Padang Panjang. Tahu - tahu setelah aku ke luar dari kamar hotel, aku ditanyai oleh emak - emak yang cantik- cantik. Salah seorang dari mereka bertanya padaku, " Kok, cepat kali Bpk pulang tapi katanya, besok. Kemudian, yang satu lagi bertanya apa kesan dan pesan Bpk selama mengikuti acara PERUAS ini, Pak dengan nada yang manis". Lantas, aku jawab iya tunggu saja, aku kan membuat esai tentang itu.

Dalam esai ini ,terungkap bahwa sejak aku berangkat dari kota Medan menuju Padang pada hari Jumat tepat pada jam 5 sore dan sampai ke Padang pada hari Sabtu jam ,5 sore juga. Waduh! Jauh juga perjalanan naik Bus ASL Medan ke Padang. Lamanya selama 24 jam, capek dan letih sekali dan terasa pinggang itu panas. Tapi aku tak perduli karena semangat yang menggebu - gebu. Rasanya kepingin sampai saja pada tujuan, yaitu kota Padang. Apalagi aku tak pernah berkunjung ke kota Padang seumur hidupku. Karena itulah kelelahan yang dirasakan tak menjadi masalah bagiku.

Tapi namun demikian kesan yang tak terlupakan dalam hatiku adalah setibanya aku di terminal ALS , aku dijemput oleh ketua Koordinator, PERUAS, Ibu Yurnelis, yang sangat ramah. Aku merasa bahagia karena Ibu yang baik hati ini mengajak saya makan di sebuah restauran " Lamun Ombak". Wah , makanannya sangat enak. Dalam hatiku, memang ini khas makanan dan masakan Minang, dan patuh bila kota Padang ini terkenal dengan gulai ayam, rendangnya di Nusantara ini bahkan di luar negara ini. Luar biasa dan patuh diangkat jempol.

Kesan yang mengharukan dan membahagiakan hatiku adalah tepat pada malam Minggu, di mana acara puncak PERUAS dalam menyambut 100 tahun penyair Chairil Anwar dan pelantikan pengurus PERUAS kota Padang yang dihadiri oleh Bpk Wali kota Padang sangatlah meriah dan tampak beberapa penari dengan khas budaya tari Padang dipersembahkan pada pemirsa. Hatiku pun sangat senang dan apalagi beberapa pembaca puisi dari berbagai provinsi akan tampil baca puisi walaupun sebagian provinsi lain akan tidak membaca puisi berhubung karena acara sudah larut malam.Tetapi Bpk. Asrizal Nur yang tangkap dan bijaksana mendatangi protokol untuk supaya diberi kesempatan bagi provinsi lain tampil baca puisi. Dan pada detik itulah nafasku mulai lega dan pada akhirnya baca puisi? Dalam pikiranku, baca puisi pun sampai jam 2 malam tak mengapa. Tapi apabila tak baca puisi, pada malam ini, iya bisa saja peserta marah. Hendaknya protokol tak bisa macam- macam dalam acara seperti ini. Kita harus menjaga situasi dan perasaan seseorang. Apalagi mereka datang jauh- jauh dari daerah terpencil seperti Sulawesi, Kalimantan Selatan dan daerah lain yang sangat jauh dari kota Padang.Tapi namun demikian acara sangat bagus sukses dan sangat memberikan kesan dan pesan yang baik.

Tapi yang paling mengesankan bagi diriku sebagai Assoc.Prof. dari Fakultas Ilmu Budaya, USU yakni tampilnya Bpk. Presiden Pemuisi di grup Peruas, yakni Asrizal Nur, yang sangat tersohor di Asia tenggara ini dalam hal memberikan pencerahan tentang bagaimana penulisan pembacaan puisi yang sebenarnya. Dalam kajian yang saya pelajari sangat jauh berbeda dengan apa yang dipelajari di Fakultas Sastra Seni di berbagai Universitas. Beliau ini sangat bagus menyampaikan materi pembuatan dan penulisan ,pembacaan puisi itu pada hari Sabtu sebelum acara puncak dimulai pada malam itu.

Yang paling memberikan kesan dalam pikiranku adalah wisata puisi pada esok harinya, yaitu pada hari Minggu.Semua penyair berkunjung pada tempat wisata yang amat bagus seperti : Berkunjung di lembah Anai, Rumah Gadang , Jam Gadang dan singgah di restauran makan siang. Masakannya sangat enak dan selain itu juga pada malam harinya sekitar jam 8. 30 singgah di rumah seorang teman dan makanannya itu juga sangat enak dan menyenangkan hati walaupun kembali ke penginapan pada jam 2 malam. Apalagi penginapan hotel yang disediakan oleh Panitia sangat nyaman dengan kamar AC. Luar biasa. Memang panitia ini sangat ramah dan baik hati serta bijaksana dalam pengaturan dan pelaksanaan manajemen dalam satu acara seperti ini. Dalam pikiranku disertai dengan hati yang jujur acara yang diselenggarakan ini sangat berkesan dan sangat membuat hatiku sedih berpisah dengan teman- teman yang cantik- cantik, ramah, santun. Walaupun hanya dua malam bersama mereka rasanya seperti hidup 1000 satu malam rasanya, dan memang terasa. Penulis esai ini sangat berterima kasih pada Bpk Pimpinan PERUAS pusat, yaitu Bpk Asrizal Nur, dan Panitia pelaksana Acara serta koordinator Wisata puisi ini . Moga . Allah SWT selalu melindungi kita dan mempertemukan kita pada masa akan datang. Moga PERUAS didukung oleh Gubernur provinsi Padang pada mendatang yang akan menjadi acara pertemuan Nasional di kota Padang . Aamiim.

Demikianlah kesan dan pesan tentang acara yang diselenggarakan di atas dengan penuh kejujuran dan keikhlasan dalam penyampaian. Apabila ada kekhilafan dalam penyampaian , mohon dimaafkan.

Padang,01.08.202



Esai
PULARA MENGGETARKAN DUNIA
Oleh : Associate.Prof.Siamir Marulafau

Sebelum tanggal 8-10 September, jantungku berdetak mengingat ajakan seorang penyair hebat dari Singapura, yang tak disebut namanya dalam esai ini. Ia berkata padaku : " Apakah kau tak pergi ke Ipoh, Perak.Ayuk! ke Pulara ?" Mendengar ajakan itu, jantungku sepertinya copot karena di usia yang 32 x 2 ini, bepergian naik pesawat sungguh memberatkan dan apalagi kantong kosong dan kering ditambah dengan kesibukan mengajar di Universitas.

Tak lama kemudian, aku terus terang mengakan kepada temanku itu, aku tak bisa datang ke sana karena kegiatan belajar mengajar di universitas sudah bermula. Tapi kawanku itu berkata,: " Sayang sekali". Tapi aku tetap berpikir, walaupun kantong kosong dan simpanan uang di Bank tak ada lagi karena tendangan Covi-19 namun hatiku tetap berkeras untuk datang hadir di Pulara. Karena sudah ke 9 kali Pulara ini diadakan di pulau Pangkor, saya tak hadir. Biarlah uang untuk tiket pesawat dikoyak ke sana sini , namun langkah itu tetap pindah ke Ipoh,Perak.

Berkat doa dan yakin akan rezeki itu datang dari Allah SWT tak disangka, ada seorang teman yang bisa membantu dan membeli tiket pesawat pulang pergi melalui pulau Penang. Akhirnya, aku memutuskan berangkat ke Penang pada tanggal 07.9.2022, dan langsung naik Bus menuju hotel Travelodge di Ipoh, Perak.

Acara demi acara berlangsung, aku diajak mengikuti salah satu program yang telah disusun oleh panitia ( urus setia) bahwa pada jam 14.00 siang ada baca puisi di Taiping, salah satu tempat bersejarah yaitu Museum di perak yang memakan waktu 1 jam perjalanan Bus. Di sanalah aku disuruh baca puisi dengan tajuk " Pularaku Yang Tak Sirna ".

Dalam ingatanku, bukan hanya baca puisi saja yang menjadi acara pokok tetapi ada juga acara seminar yang harus diikuti. Orang - orang yang membentangkan makalah tentang sastra dan puisi lagu rakyat di seminar itu sangat pintar dan bagus cuma ada salah seorang Pembentang dari Thailand yang sampai sekarang tak berkesan baik dalam hatiku karena sehabis Ia membentangkan apa yang ditulisnya, moderator bertanya kepadanya: " Bagaimana pendapatnya tentang bahasa Melayu yang dipakai di Malaysia ," Lantas, spontan Ia mengatakan orang Malaysia yang berbahasa Melayu tidak bagus, dan memberikan gambaran tentang apa yang dialaminya bagaimana orang Malaysia menggunakan bahasa Melayu, mereka kebanyak menggunakan bahasa Inggris. Diajak berbahasa Melayu pun enggan memakai bahasa Melayu itu tapi beralih ke bahasa Inggris."

Dalam pikiranku, Pembentang dari Thailand itu harus berhati- hati berucap pada seminar dan berkata begitu karena itu adalah forum internasional bersifat formil dan umum karena bisa membuat pemirsa tersinggung dan membuat malu. Aku pikir, penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional tak mengapa digunakan oleh orang Malaysia dan tidak mungkin mereka melupakan bahasa Melayu mereka. Mereka bukan kacang, lupa pada kulitnya. Apalagi bahasa Inggris adalah termasuk bahasa yang kedua di Malaysia. Mengapa dan ada apa? Kita lihat bahwa di berbagai perguruan tinggi atau universitas maupun di beberapa sekolah di negeri Jiran ini, ada percampuran bangsa dan mereka tak berapa tahu bahasa Melayu yang dipakai orang Malaysia. Tak heran bila kemajuan teknologi ini menyebar di seluruh dunia dan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional, maka terjadi pergeseran dan asimilasi percampuran bahasa . Dalam arti kata, orang Malaysia bukan terpengaruh dan dipengaruhi menggunakan bahasa Inggris sebagai budaya asing tetapi mereka hanya ingin mengetahui arti ucapan orang Inggris dalam kehidupan sehari- hari maka mereka juga belajar dan ingin mengetahui bahasa Inggris supaya jangan kena tipuan dari orang- orang asing.

Bila ditanya padaku bagaimana pendapatku tentang pulara ini. Terus terang aku mengatakan, aku sungguh kagum dan takjub melihat, menyaksikan dan mengikuti program Pulara ini karena banyak orang- orang asing yang datang dari berbagai negara seperti dari India, Gana, Pakistan, Thailand, Brunei, Indonesia, Srilangka, dan lain sebagainya turut berpartisipasi dan mengikuti acara Pulara ini. Sebagai bukti bahwa pada malam puncak Pulara ini, banyak penyair dari luar negara baca puisi. Memang pada malam itu, terasa indah dan sangat menyenangkan dan bahagia karena dibumbui dengan kata sambutan yang disampaikan oleh Pejabat negeri Perak, ketua( Pemimpin) Pulara, dan ditambah dengan baca puisi yang didendangkan oleh Dato Rahman Shaari,Sastrawan Negara Malaysia.

Saran yang disampaikan dalam esai ini adalah Pulara yang akan direncanakan dan dilaksanakan tahun depan supaya lebih semarak lagi dan harus berkibar di seluruh dunia bahwa dengan adanya Pulara , penyair- penyair Asia tenggara dan dunia tahu tentang perkembangan Puisi dan Lagu Rakyat, serta tokoh yang terkenal dalam pulara bernama Almarhum. Malim Ghozali, seorang sastrawan tersohor di Malaysia yang telah banyak menulis karya sastra berlandaskan pada apa yang dilihat dan dialami sampai akhir hayat. Moga Beliau Husunul Khatimah.Al- Fatihah.Aamiin.

Penang, 11.09.2022.



TINJAUAN TENTANG GURU BESAR( Prof)
Oleh : Associate.Prof.Siamir Marulafau


Entah apa yang membisikkan di kuping saya berfoto dengan seorang dosen dari salah satu perguruan tinggi di Sumatera Utara. Rupanya, Saya berfoto dengan seorang sahabat penyair dan penulis ,Dr. Syafwan Hadi Umry yang karyanya sebanyak 32 buku termasuk salah satu buku antologi tunggal yang terpampang di pelataran pameran 100 buku karya penyair dan termasuk karya saya di seluruh Indonesia, Malaysia, Brunei, Thailand, dan Singapura di FSIGB di tanjungpinang baru- baru ini.

Menurut saya, penyair dan dosen seperti ini sudah lebih layak dipanggil Guru Besar ( Prof). Mengapa tidak? Yang sudah Prof saja pun belum tentu sudah menulis buku sampai 5 buku, apalagi ikut menulis buku antologi puisi sampai puluhan buku atau paling tidak 100 buku. Tapi Bpk.Dr. Syafwan Hadi Umry ini bukanlah Dr. Kaleng- kaleng. Beliau ini sepantasnya diberikan gelar oleh Pemerintah berpredikat Prof. Dr.Syawan Hadi Umry, M.Hum, bukan karena harus melalui tulisan Scopus sampai berjejer Q1 sampai ke Q 100.( Tulisan Scopus ini kan bisa ditempah, kata orang, hehe) dan jadilah kau Guru Besar( Prof).Tapi keilmuan sastranya dan keahlian dalam penulisan serta penciptaan karya sastra sudah melebihi Prof. Hanya Tuhanlah yang tahu siapa Dia? Tapi mengapa manusia di bumi Tuhan ini buta? Tapi dalam pantauan singkat, memang begitulah SISTEM, dan banyak yang jadi korban karena SISTEM. Jika sudah terkena SISTEM, yang bodoh pun bisa pandai dan yang pandai bisa jadi bodoh. Sebaliknya Prof.Syafwan ini bertanya pada saya pula,: " jadi, berapa antologi dan buku yang Bpk tulis sekarang ?" Spontan saya jawab hanya 10 buku karya tunggal 10 HAKI dan 100 buku antologi bersama. Prof. Syafwan mengatakan bahwa sudah patuh jadi guru besar bukan lagi Associate.Prof. karena anda telah memperoleh HAKI sebanyak 10. Bila anda meninggal besok , Bpk masih diingat 50 tahun atau 70 tahun ke depan sementara prof. Yang lainnya habis masa tahlil 3 hari lamanya setelah meninggal dunia, tak diingat lagi dan menghilang di udara Tuhan.Sementara Chairil Anwar 1000 tahun ke depan diingat- ingat terus. Pantas, Bpk dipanggil Prof di Malaysia dan juga di Tanjungpinang ini.Artinya bukan penyair kaleng- kaleng dan apalagi karya Puisi bahasa Inggris Bpk. Selalu terbit di Web Internasional setiap bulan( Fakta). Lantas, saya terdiam dan spontan saya katakan,iya saya bersyukur selalu Pak Prof.Syafwan. Pak Syawan juga sudah Prof. Biar Pemerintah tak menggelari Prof tapi kompetensi Bpk sebagai Prof sudah lebih layak, dan sebagai buktinya Bpk diperkenankan jadi Pembentang tentang Sastra Melayu di FSIGB Tanjung Pinang. Kenyataannya, bunyi apa ada dalam konteks pemikiran Bpk sebagai Dr yang bukan kaleng- kaleng. Saya sendiri mengakui bahwa kompetensi itu BETUL, layak dan saya panggil Prof.Dr.Syafwan Hadi Umry, M.Hum., Guru Besar di salah Universitas Swasta di Sumut. Sekarang, biar didengar dinding- dinding yang memiliki kuping setipis sayap nyamuk bahwa Bpk sudah Prof. " Prof. Dr. Shafwan Hadi Umry ,M.Hum walaupun tak bergaji dan dibayar sebagai Prof. sampai mati dan harga mati.

Terima kasih.
Wassalam,
Dtt
Assoc.Prof.Drs.Siamir Marulafau,M.Hum
NIP 19580517 1985031003



TINJAUAN KARYA Alkhair Aljohore bertajuk"INILAH AKU"
Oleh : Assoc.Prof.Siamir Marulafau.M.Hum


Bila kita membaca karya penyair di bawah ini, ternyata ini bukan sembarang dan menyindir seseorang. Apa yang dikatakan penyair memang benar bila dipandang dari sesuatu yang berakar dari kepribadian. Mengapa dan ada apa dengan penyair?Kita bisa melihat pada beberapa kalimat dalam baris puisi yang jelas bahwa penyair pada sajak pertama selalu memberikan gambaran tentang kepribadiannya bahwa Ia bukan seorang yang baik seperti apa yang diperkirakan publik dan bukan juga orang yang buruk atau jelek yang dianggap sebagai sebaliknya. Penyair sungguh berterus terang mengungkapkan dirinya siapa Ia sebenarnya.

Pada baris sajak selanjutnya,penyair hanya ingin memberikan ilustrasi bahwa Ia hanya ingin menjadi orang baik dalam segala aspek kehidupan sesuai apa yang diharapkan. Walaupun Ia sudah menjadi orang yang baik dan sukses dalam segala bidang dan menjadi orang tersiar di segala penjuru namun Ia bukan pamer bahwa Ia adalah orang hebat dan sangat dihormati, diagungkan oleh masyarakat .Ini bukan pamer sama sekali karena Penyair sadar bahwa pamer akan sesuatu dalam kehidupan sangat tercela di sisi Tuhan. Oleh karena itu, rasa pamer dalam kehidupan harus dihindari supaya jangan bersalah di hadapan Tuhan yang Maha Esa.

Pada akhir sajaknya, Penyair terus terang mengatakan bahwa Ia adalah serba kekurangan dan mengakui manusia adalah ciptaan Tuhan yang tidak lengkap. Setia insan yang dihidupkan di dunia memiliki kelemahan ( No body is perfect in the world).

Demikianlah sekadar pemahaman tentang puisi singkat penyair kita ini. Puisi ini singkat tetapi berisikan makna yang dalam bila ditinjau dari sudut pandangan filsafat Eksistensialisme. Luar biasa, dan sajak ini bisa dikatakan sebagai puisi prosa liris yang bebas dan patuh bila pemirsa dan pembaca mengangkat jempol untuk pengarangnya.

Wassalam,
dtt
Medan , 19.10. 2022

Aku bukan orang yang baik
seperti yang kau harap,
namun aku juga
bukan seburuk seperti
yang kau sangkakan.
Yang aku fokus hanya
untuk berbuat baik
bukan target nak
pamer jadi terbaik.
Inilah aku dengan segala
kekurangan dan kelemahan
Insan kerdil ciptaan Tuhan

Alkhair Aljohore@
20 Okt.22



UYGHUR PARA SYUHADA
Siamir Marulafau


meskipun tulang belulang merapuh di tanah tak bersuluh
jiwa raga bersemayam selalu di Arash-Mu
sepanjang dunia tak bergulir jadi debu
dan di sanalah jiwa dan raga kami menghadap Ilahi
atas kekejian kaum menyiksa kami
kami tak akan gentar dan berlari
dengan darah mengalir berjuang akan agama kami
Allhu Akbar dilantunkan setiap detik
negeri tercinta ini akan musnah dilalap bara api
jika tak bertaubat menyiksa kami
apa salah dan dosa kami?
hanya mengukir ranting keimanan pada Tuhan kami cintai
sungguh memusnahkan dan mencederai keimanan kami
kami hamba-hamba Tuhan tak berdosa
tak ingin berkonflik dengan sesama
mengapa dikau tega menghabisi kami?
tak mengganggu sedikit pun akan dikau
jika perjuangan kami salah,,,,berilah fatwah
terpikir,,,terpikir ,,, tak ada yang salah
hanya mengikrarkan syahadat pada Tuhan kami
pencipta tujuh lapis langit dan bumi
apakah dikau tak yakin akan alam semesta ini?
siapa Penciptanya?
mengapa dikau menista akan Tuhan kami?
bertaubat ke jalan benar
kami rela sirna akan jasad kami bergulir di bawah tanah bersinar kemudian hari
Allahu Akbar,,,,
kepada-Mu lah kami kembali
kepada-Mu lah kami pinta
Moga doa kami mabrur karena keimanan Kau berikan,,,dan
perkenankanlah doa kami menjadi shuhada
serta tetesan darah kami mengalir akan menjadi perfum disurga-Mu kelak.Aamiin.

sm/17/01/2019,Mdn


Puisi di atas dibacakan oleh Bpk.Radzuan Ibrahim dengan nada yang memukau dan suara yang bersih pada acara baca puisi di grup PEMUISI, Malaysia pada tanggal 29-02-2020. Sebagai penulis dan pengarang puisi itu,saya sungguh berterimakasih kepada Dato Radzuan Ibrahim selaku Presiden Pemuisi, Malaysia. Meskipun saya tak dapat berhadir di sana tapi nafasku selalu berada di Kedai Kopi karena puisi itu adalah cetusan nafas seseorang yang selalu bersemayam dengan nafas yang lainnya sebagai tali ikatan persaudaraanmelalui suara dan penciptaan puisi.

Opini saya setelah bergabung dengan Grup Pemuisi ini menyatakan bahwa grup PEMUISI ini adalah sesuatu wadah yang berjuang untuk memuisikan masyarakat dan memasyarakatkan puisi sebagai suara umat dalam memberikan kesan dan pesan baik dalam hal moral, pendidikan, nasehat, religi, cinta dan kasih antara sesama, kemanusiaan ,dan lain-lain sebagainya.

Puan Latty Latisa dan Zaleena E-naa dan yang lainnya sebagai pengerusi juga turut aktif dalam grup ini. Saya sangat berterimakasih kepada mereka yang memperkenalkan saya pada grup ini. Setelah saya amati dengan cermat dan mengikutinya , grup ini adalah salah satu grup yang aktif dalam pembinaan para pemuisi sehingga terciptalah nama grup "PEMUISI". Kegiatan dan keaktifan Grup PEMUISI ini sama halnya dengan NUMERA dan GAPENA.Saya mengakui bahwa Pemuisi-pemuisi di Malaysia sangat aktif dan giat dengan penuh semangat dalam menulis karya sastra.Maka dengan demikian banyak sekali Sastrawan Negara yang tershohor di Asia tenggara bahkan sampai ujung dunia.

Ucap saya dalam grup ini adalah "Selamat Berpuisi" dan marilah kita sama-sama berpuisi dan membangun ukhuah Islamiah dan mempererat hubungan Silaturahmi antara sesama tanpa membedakan suku dan Ras serta bangsa dan negara , apalagi bahasa yang dipakai adalah bahasa yang berasal dari satu rumpun yaitu bahasa Melayu Riau.

Saya sebagai Penyair/Sastrawan dari Indonesia berdoa selalu dan menulis puisi-puisi dalam grup ini sebelum tgl pembacaan puisi yang ditentukan oleh urus setia dan Pimpinan atau Presiden Grup PEMUISI.Moga Grup ini tetap maju dan berkembang sampai ujung dunia. Aamiin ya Rabbal Allamin.Dari Udstz.

Wassalam,
Dtt
Siamir Marulafau
NIP.195805171985031003



Membaca karya Radzuan Ibrahim bertajuk "DUNIA PUSING-PUSING"
Oleh : Siamir Marulafau


DUNIA PUSING-PUSING

Akar-akar berserabut
semalam semuanya menyangkut
sebulat suara menyambut
hari ini tidak lagi mengikut
Segalanya cuba ditilik
dalam senyum boleh menggigit
tangan berjabat agenda terselit
faedah diri dicongak dikutip
Lidah itu tidak bertulang
bebas bergerak ke depan, belakang
sudah terlajak ditarik semula
bagi mereka, apa perlu janji dikota?
Ini dunia asing
dunia orang-orang penting
dunia yang sering pusing-pusing
di depan kaca ini, kita jadi pening!

Wanrazuhar, PEMUISI
Kuala Lumpur.
26.2.2020.

Tajuk puisi di atas sangat menarik perhatian pembaca karena penyair banyak menggunakan metaforik yang membuat puisi indah dan bermakna. Pemilihan diksi juga tepat. Jika ditelusuri dalam penggunaan kata, penyair kelihatannya menggunakan kata : dunia, akar-akar, serabut, dll.

Penyair menggambarkan dunia ini seperti apa? Penggunaan kata ' dunia' ini sepertinya kehidupan. Apa yang membuat dunia pusing-pusing? Penyair bisa saja memberitahukan pada pembaca bahwa dunia kehidupan semakin kacau jika dilihat dari kaca mata politik yang tak tentu arah.

Dalam bait pertama, penyair menggambarkan bahwa kehidupan manusia seperti akar dan berserabut yang saling ikat mengikat dalam satu wadah atau dalam satu negara. Dengan pengertian bahwa manyarakat dalam satu negara saling terkait dan dukung mendukung untuk mencapai satu kemenangan siapa sebenarnya jadi Pemimpin.

Tapi anehnya, apa yang dipikirkan penyair bukanlah seperti apa yang ada dalam pikiran sebelumnya, dan nampaknya " tidak mengikut".Jadi perasaan kecewa. Melalui puisi ini, penyair mencoba menilik dan melihat kenyataan setelah suara bulat dan utuh memilih seseorang jadi Pemimpin, semya janji-janji yang diimpikan sirna sama sekali dan justru demikian membuat kepala pusing. Halini dapat dilihat pada bait-bait puisi di bawah ini:

"Akar-akar berserabut
semalam semuanya menyangkut
sebulat suara menyambut
hari ini tidak lagi mengikut
Segalanya cuba ditilik
dalam senyum boleh menggigit
tangan berjabat agenda terselit
faedah diri dicongak dikutip"

Penyair sangat lihat dan bijak menggunakan diksi dengan metaforik yang menyatakan bahwa seseorang yang telah disepakati untuk terpilih dalam agenda tertentu hendaknya jangan ingkar jannji, jangan manis mulut.Tapi kenyataanya memang lidah tak bertulang,dan itulah difat manusia, seperti apa yang tertera dslam bait- bait puisi ini :

"Lidah itu tak bertulang
Bebas bergerak ke depan, belakang"


Seterusnya, penyair memberikan argumentasi bahwa bagi seseorang sia pa pun dia harus bercakap dengan tepat jika berjanji di tempat ramai seperti di Ibu kota karena banyak dan ramai orang menjadi saksi. Masalah ini menyangkut kepentingan orang-orang penting dan jangan membuat orang pusing dan kecewa sebagaimana yang dicetuskan dalam bait-bait puisi di bawah ini :

" bagi mereka,apa perlu janji dikota?
ini dunia asing
dunia orang-orang penting
dunia yang sering pusing-pusing"


Dalam analisis saya, puisi ini bagus untuk dibaca karena maknanya mengingatkan pada pembaca bahwa sesuatu yang diucap dan dicakapi di depan orang banyak harus ditepati dan jika tidak akan membawa kefatalab bagi seseorang dan bisa nembuat orang pusing dan tak percaya lagi. Hal ini sangat menyangkut pada moralitas dan tingkah laku seseorang.Tidak heran jika penyair memberikan gambaran seperti ini karena hal ini sering terjadi dalam kehidupan sosial politik yang harus dibenahi.

Jika dipandang dari sudut kritik sastra, puisi di atas tak ada masalah dalam teori sastra. Penulisan puisi menggunakan bahasa Melayu yang sederhana dengan makna yang sangat tajam merujuk pada sosial politik.Penyair juga memiliki keilmuan dalam menggunakan bahasa yang tersusun dengan diksi yang tepat.

Wassalam,
Tertanda
Dtt
Siamir Marulafau
NIP. 19580517 1985031003



MEMBACA KARYA DR Ahmad Khamal Abdullah :
SEBUTIR BINTANG BERNAMA UYGHUR DI LANGIT MALAM XINJIANG
Oleh : Siamir Marulafau


Kalau tumpah airmatamu Uyghur
Airmata kamilah yang tumpah itu.
Kalau terbersit darahmu Uyghur
Darah kamilah yang terbersit merah itu.
Kalau matamu tersembul Uyghur
Mata kamilah yang sama tersembul itu.
Kalau jantungmu disadap sangkur Uyghur
Jantung kamilah yang disadap sangkur itu.
Uyghur diterjang ditembusi peluru
Haji Rapar syahid selepas Hajj Mabrurmu
Senyum Rasulullah meranumn, melambai
Di langit lazuardi Rindu Ilahi membelai.
Uyghur meraung dalam dekapan Ya Rahman
Membakar hangus Han zalim takbertuhan.
Uyghur membenteng dada dan kalimah
Cinta Utama, Rindu bersatu dalam syahadah.
Uyghur! Uyghur! Cintamu menyerlah
Menjadi bintang berkilau di Langit al-Fattah.

© SN AHMAD KHAMAL ABDULLAH
Masjid Abdul Rahman bin ‘Auf
31 Januari 2019

catatan: akan dinyanyikan oleh sasterawanI Sasjira
untuK Malam SELAMATKAN UYGHUR.

Dr Ahmad Khamal Abdullah adalah seorang Sastrawan Malaysia (SN) dari ke sekian sastrawan Malaysia yang ternama di Asia Tenggara dan bahkan sudah mendunia menggunggah hati berbagai pernyair di berbagai negara termasuk Penyair Indonesia seperti : Asrizal Nur, Widodo Abidarda, Lily Siti Multatuliana SutanIskandar,dan Siamir Marulafau,dll yang tak disebut namanya.

Dalam analisis yang singkat ini dibentangkan kepada para pemirsah bahwa Sastrawan Negara Malaysia ini sangat peka terhadap sendi-sendi kehidupan sosial masyarakat dan bukan hanya saja di Malaysia tapi sampai negeri Cina, dan tidak heran jika seorang pengarang, penyair yang memiliki perasaan yang sangat PEKA dan SENSITIF terhadap apa yang dilihat dan didengar dan salah satu contohnya ,yaitu peristiwa kehidupan ISLAM UYGHUR di salah satu bahagian wilayah Negeri Cina, XINJIANG , yang pada akhirnya sastrawan negara ini membuat sebuah tajuk puisi yang menyentuh hati kita sebagai penyair ,yaitu : "SEBUTIR BINTANG BERNAMA UYGHUR DI LANGIT MALAM XINJIANG" , yang terdiri dari 18 baris dengan sistem penulisan dua baris puisi (Distichon) ,dan seiap baris puisi mengandung makna yang tersirat di balik yang tersurat.

Nampaknya, Sastrawan Negara Dr Ahmad Khamal Abdullah sangat prihatin terhadap gejola masyarakat dengan perlakuan yang sangat bejat pada kaum Islam, UYGHUR dengan menuliskan baris puisi : " Kalau tumpah airmatamu Uyghur
Airmata kamilah yang tumpah itu"

(Puisi I)
Ini berarti Penyair sangat prihatin dan tak sampai hati melihat kondisi Islam yang seakidah walaupun saudara Islam itu cukup jauh dengan negara Malaysia. Pendek kata, Sastrawan Negara Malaysia ini sebagai seorang Agamis mengandung kepahaman yang sangat mendalam terhadap Saudara Seiman dan Seakidah sebagai Hamba Allah dan umat Nabi Muhammad saw yang teraniaya dan tersisksa atas perbuatan orang yang sangat Zholim di XINJIANG,Cina. Secara tidak langsung Penyair Ahmad Khamal Abdullah mengundang pemirsah di berbagai belahan bumi ini untuk memikirkan nasib Islam Uyghur di Cina.Tidak heran jika baris puisi ini memiliki makna yang sangat mendalam dalam ajakan seorang pengarang dengan pengucapan "BERANI MATI " membela agama yang hak dan benar yang dianut oleh sekelompok kaum,yaitu "Uyghur". Dalam analisis bersifat agamis ini , ternyata kalimat puisi di atas merujuk pada ayat-ayat Al'Qur'an , yaitu tentang pembelaan Agama Allah dalam surat Al-Hasyr " Tujahiduna Fisabilillah Biamwalikum Khairullakun Inkuntum tak lamun" (= Belalah agama Allah dengan harta dan diri dan itulah yang baik bagimu dan semoga kamu mengetahui). Jelas bahwa Sastrawan Malaysia ini sangat tidak simpatik dengan perlakuan orang-orang Zholim seperti apa yang terjadi pada kaum Islam Uyghur di Cina. Meskipun hanya dengan melalui ungkapan PUISI, penyair turut membela kaum Islam yang teraniaya itu dengan AQIDAH yang telah menjadi umat Muhammad saw dengan berani berkorban dengan tetesan darah mengalir jika :

" Kalau terbesit darahmu Uyghur
Darah kamilah yang terbesit merah itu"(P II)


Pernyataan Sastrawan Negara Malaysia ini juga terungkap pada baris puisi yang ke II dan nampaknya Penyair tak segan-segan akan menyayat dan membela sampai tetesan darah mengalir di bumi Tuhan demi kebenaran yang dianut oleh kaum Islam Uyghur, dan pernyataan yang ke tiga pada baris puisi (III), sangat mendalam merujuk pada pengorbanan dengan catatan bahwa jika mata kaumnya Islam Ughyur di butakan atau dicongkel, maka Penyair turut membasmi musuh-musuh mereka karena dinilai bahwa mereka tak berdosa dan barang siapa yang membela dan menyelamatkan umat Muhammad dari penistaan dan pengkhiantan serta penganiayaan maka Penyair akan masuk ke surga Allah terhindar dari neraka Allah, dan hal ini bisa dilihat pada Bait- bait puisi :

"Kalau matamu tersembul Uyghur"
"Mata kamilah yang tersembulitu" (Puisi III).

Kemudian kalimat yang sangat dahsyat terlontar dalam ucapan sang Pengarang adalah berani jantungnya dicopot jika hal seperti ini diperlakukan terhadap kaum Islam Uyghur karena Penyair merasa bahwa nilai persaudaraan Islam itu sangat tinggi sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an, Surat Al-Imran, yaitu:" Faalla Fabaina Qulubikum Faashbahtum Binikmatihi Ikhwana" (= Telah dipersatukan kedua kulbumu dan itulah nikmat bagi kamu). Merujuk pada ayat ini, Ahmad Khamal Abdullah sebagai penyair tersentuh dengan jeritn Saudara Islam Uyghur karena kulbunya telah dipersatukan oleh Allah SWT yang mana jika seorang merasa disakiti berarti saudaranya yang satu juga merasa disakiti, dan hal ini terungkap dalam baris puisi ke IV sbb:

"Kalau jantungmu disadap sangkur Uykhur
"Jantung kamilah yang disadap sangkur itu" (Puisi IV)

Kemudian daripada itu,Penyair Ahmad Khamal Abdullah pada baris puisinya :" Uyghur diterjang ditembusi peluru//Haji Rapar syahid selepas Hajj mabrurmu//"(Puisi V). Dengan ucapan dan tulisan demikian di atas , ternyata Penyair memberikan gambaran bahwa jika mereka teraniaya dan mati karena ditembak demi pembelaan agama mereka maka mereka dianggap sebagai SYUHADA dan sebagai orang-orang Islam yang haji mereka MABRUR dan terlepas dari dosa-dosa dan masuk surga Allah. Penyair juga tak terlepas dari pengayoman dan bimbingan serta nasihat bahwa terungkapnya penzholiman terhadap kaum Uyghur di Cina , penyair mengungkapkan bahwa kaum Nabi Muhammadadalah kaum yang amat mulia di sisi Allah SWT dengan pengertian bahwa jika kamu Muhammad saw disiksa , dianiaya karena agama Allah, maka Rasulullah akan tersenyum dan melambaikan tangannya meskipun jasadnya tak berwujud tapi rohnya masih dapat melihat dengan izin Allah yang akan menjadi bunga-bunga surga Allah di kemudian hari, dan hal seperti ini terungkap dalam baris- baris puisi ke VI, yaitu : "Senyum Rasulullah meranum,melambai// Di langit lazuardi Rindu Ilahi membelai//"

Penyair, Ahmad khamal Abdullah pada baris puisi selanjutnya mengungkapkan rasa perihatinnya kepada para penzholim Islam Uyghur bahwa mereka ini tak ber-Tuhan dan mengandung paham Ateis atau KOMUNIS yang zholim dan tak mengenal prikemanusiaan dan kasih sayang antara sesama dan hal ini terbukti sebagaimana ungkapan seorang Penyair ternama di Malaysia bahwa kaum Uyghur sedang dalam dekapan Siksaan dan meraung di hadapan Allah SWT dan secara Agamis dibaringi dengan Logika yang otentik maka Allah tidak berpaling melihat mereka dan Allah maha pengasih dan penyayang bagi mereka yang terzholimi, dan hal ini terungkap pada baris-baris puisi ke VII :"Uyghur dalam dekapan Ya Rahman// Membakar hangus Han Zalim tak bertuhan//".

Yang lebih membuat para pemirsah di belahan dunia ini membaca puisi Penyair Malaysia ini adalah terletak pada baris-baris puisi yang ke VIII dan IX bahwa Penyair menyarankan secara agamis dan Islami kepada kaum Uyghur semoga melampangkan dada mereka bersabar dan tetap menyebut nama Allah sebagai benteng cinta utama dengan mengucapkkan kalimat TOYIBAH yaitu kalimat bershahadah kepada Allah SWT supaya menjadi kekasih Allah karena surga itu adalah hanya diwarisi bagi orang- orang yang beralamal saleha yang tercantum dalam (AL-Quran" Jannatu Uirstumuha Bima kuntum Takmalun"). Dalam pandangan Penyair, bahwa orang-orang Islam Uyghur adalah orang-orang yang beramal saleha dan berdiam di Cina beberapa tahun menganut paham Islam yang sangat fanatik dan Aqidah mereka kokoh tak bisa dipengaruhi dengan aspek kehidupan apapa pun yang dinilai bahwa mereka adalah penganut paham Islam yang benar dan tahan diuji serta dicederai dan dibunuh ketimbang aqidah mereka dirusak oleh kaum yang Zholim di Cina, hal demikian terungkap dalam baris-baris puisi sbb :

"Uyghur membenteng dada dan kalimah"
"Cinta Utama, Riindu bersatu dalam syahadah"(Puisi : VIII)

Di akhir bait puisi terdapat baris- baris puisi yang bersifat nasihat kepada para yang dizholimi bahwa pengarang/penyair sangat prihatin dan menyarankan pada mereka yang teraniaya ini, Uyghur harus menyerahkan diri kepada Ilahi, yang nantinya mereka akan menjadi cayaha surga di Al-Fattah kelak karena Allah itu tidak akan buta melihat penderitaan hambanya di bumi karena dizholimi atas penganut agama-Nya yang hak dan benar sebagaimana yang difirmankan dalam Al-Qur'an ;" Innadina Indallah Walislam' (= Sesungguhnya agama yang benar di sisimu ya Muhammad adalah Islam) , dan yakin kau Muhammad bahwa tak pernah Allah abaikan orang yang benar-benar taat dan yakin akan kebenaran-Ku sebagai Ilahi dan tak pernah berdusta. Hal kepekaan seorang Penyair, Ahmad Khamal Abdullah menyarankan kepada kaum Islam Uyghur terungkap pada baris puisi ke IX :

"Uyghur! Uyghur ! Cintamu menyerlah"
"Menjadi bintang berkilau di Langit al-Fattah".(Puiisi :IX),

bahwa sebaiknya mereka tetap bersabar mendapat suatu cobaan dalam kehidupan beragama karena orang sabar itu adalah kekasih Allah dengan lafas menyerahkan diri kepada Allah SWT bahwa tetesan darah mereka adalah haram ditelan bumi dan tetap mengalir sampai akhir zaman karena mereka terhitung para syuhada sebagaimana juga terungkap dalam puisi saya sebagai pembaca bertajuk "UYGHUR PARA SYUHADA" (Siamir Marulafau,dosen Fib USU,Medan-Sumut Indonesia)

Sebagai Pembaca dan penelaah dan kritikus karya sastra berupa puisi yang ditulis oleh Sastrawan Negara Malaysia ini ternyata sangat bagus ditelaah dan dibaca karena bukan hanya saja dari segi penulisan dengan diksi yang tepat juga dari segi makna karena memberikan makna yang mendalam bagi para pembaca di dunia yang menyangkut masalah penindasan, pemojokkan,penghinaan, penganiayaan dan pembunuhan demi pembelaan agama yang hak dan benar. Dalam pikiran saya, meskipun puisi ditulis dengan singkat tapi sangat menggugah hati pembaca termasuk saya sebagai penyair/Sastrawan dari Indonesia bahwa Penyair Malaysia ini,DR Ahmad Khamal Abdullah adalah penyair yang luar biasa terhitung Beliau sejak kecil telah berkecipung di dunia Sastra dengan menciptakan ratusan buku-buku sastra terlihat di PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA, KUALA LUMPUR.

Merujuk pada tulisan Puisi di atas, cenderung Penyair Malaysia ini mengundang kita sebagai penyair untuk berpikir dan merasakan apa yang terjadi dalam kehidupan sosial masyatakat dunia Internasional dalam upaya mengangkat harkat dan martabat manusia yang terkait dengan HUMANITI, dan saya pikir ini pun yang terbaik jika puisi yang ditulis seperti tajuk di atas oleh Bpk Ahmad Khamal Abdullah. Dengan besar harapan dan disertai dengan idealismenya yang sangat tinggi maka Beliau mengundang penyair-penyair NUMERA dan juga Penyair lainnya untuk hadir dan tampil membaca puisi di Mesjid Abdul Rahman Bin Auf, Jln. Puchong.Taman Yarl, Kuala Lumpur tgl 31-01-2019.

Demikianlah sekilas apresiasi dari penulis dan apabila ada kekhilafan, saya mohon dimaafkan karena saya bukanlah hamba Allah yang sempurna. Terimakasih.

Wassalam,
sm/22/01/2019,Mdn



Membaca puisi Nia Samsihono dengan tajuk "AWAN MELAYANG"
Oleh : Siamir Marulafau, dosen Fib USU, Medan


Melirik pada puisi bertajuk di atas, saya sangat tertarik membacanya karena dalam puisi ini penyair menggunakan orang pertama tunggal yaitu"Aku" sebagai ganti diri penulis puisi yang langsung menatapi awan bagai kapas. Ini adalah penggunaan metaforik yang sangat indah yaitu merujuk pada gaya bahasa 'Simili'.
Penggunaan gaya bahasa ini terlihat pada baris pertama :

" Aku suka menatapi awan bagai
kapas"


Pada baris kedua, penyair menyatakan bahwa awan yang ditatap ' diterbangkan angin ke arah timur'. Dengan pengertian bahwa jika dianalisis dan dikaji dengan baik menunjukan penyair mencari kecerahan dengan sinar mentari di arah timur karena biasanya banyak penyair menggunakan arah timur sebagai simbol kekuatan untuk mencari yang lebih baik untuk
demi seseorang yang dicintai.

Kemudian pada baris ketiga, penyair nampaknya membuat pernyataan dengan sesuatu hal yang ditatap itu merupakan berita apakah itu membawa bahagia atau duka. Ini berarti seseorang yang menjelma bagai 'awan' akan dipertimbangkan karena kasih dan cinta itu kadang membawa bahagia dan kadang membawa petaka.Tapi di balik itu juga penyair ingin menuju Astina ,yaitu suatu mahligai kebahagian yang seperti Astina,anak ketuturunan raja negara Astina , kerajaan yang kaya dan amat bahagia. Maka asumsi pengamat dan pengkritik puisi ini menduga penyair sangat cermat dalam mengambil sikap walaupun menggunakan bahasa yang agak sederhana tapi sangat bermakna dengan diksi yang tepat.

" itu musim barat yang membawa
berita bahagia atau duka menuju
Astina"

kemudian daripada itu, penyair pada baris berikutnya, yaitu puisi ke II, Penyair terus terang menyatakan bahwa Dia mencintai lelaki yang Panengah Pandawa. dengan pengertian bahwa jika mencitai pandawa,kehidupan akan lebih bahagia dan senang karena itu keturunan Parabu Dewanata. Penyair yakin jika cinta ini akan tergapai segalanya karena tertanam dalam sanubari walaupun selalu memacu pada ras. dengan pengertian bahwa cinta itu tak akan berdasarkan pada perbedaan suku dan ras. Dan kesungguhan kasih dan cinta seseorang dalam puisi ini di atas, tak akan perduli bakal apa yang terjadi dalam kehidupan sebagaimana yang dibincangkan pada puisi ke III :

"Aku mencintai lelaki
Panengah Pandawa
Yang mengganggu jantung diri
Selalu memacu ras" (Puisi II)

"Menjadi merana
Menjadi bahagia
Menjadi gundah
Menjadi jengah"(Puisi III)

Selanjutnya, pada puisi yang ke IV, Penyair mengambil langkah yang terakhir sebagai kesimpulan dalam hatinya bahwa Dia lebih cenderung memilih Duryudana ketimbang Arjuna karena cintanya penuh dengan kasih sayang disamping hartanya berlimpah ruah. Dengan pengertian bahwa Penyair mengatakan seseorang yang memilih kekasih untuk dicintai akan lebih baik jika yang dicintai itu memiliki harta yang banyak, baik hati dan cinta yang murni. Tetapi namun demikian kemewahan dan harta itu tidak akan menjamin cinta itu bahagia dan tercapai dalam kehidupan karena cinta itu juga BUTA.

"Biarlah aku memilih Duryudana
Walau ia tak seperti Arjuna
Tapi cintanya purna
Hartanya tak terkira"(Puisi IV)


Pada puisi yang ke V dan ke VI, Penyair terus terang menyatakan bahwa seseorang itu bisa saja cinta akan ditekankan pada hasrat yaitu keinginan untuk mencapai sesuatu karena ada maunya tapi di balik itu kemungkinan ada niat atau hajat yang kurang baik untuk membuat petaka yaitu khianat pada yang dicintai dan hal ini memang sering terjadi dalam kehidupan sosial. Pada puisi yang ke VI,Penyair juga terus terang menyatakan bahwa Dia adalah Banowati, yaitu seorang perempuan yang bukan sembarang mencintai dan mengasihi seseorang karena "CINTA ITU " adalah segalanya yang harus dijaga dan tidak bisa diperjualbelikan pada seseorang. Pendek kata, untuk cinta dan kasih harus dipikirlah lebih mendalam supaya jangan ada penyesalan kemudian. Maka itu, Aku yang mencintai seseorang sangat hati-hati dan tak lansung saja menyerahkan hati dan segalanya karena cinta itu adalah bahagian dari kehidupan manusia.

"Aku Banowati
Tak akan menyerahkan hati
Untuk cinta" (Puisi VI)

Jika dipandang dari teori Sastra dan kritik Sastra, penulisan puisi di atas tak ada bermasalah baik dari segi struktur, semantik dan lain sebagainya. Penyair banyak menggunakan metaforik dengan bahasa yang agak sederhana dengan figuratif bahasa yang memadai. Puisi di atas berstruktur dengan pola S-P, S-P-O.

Tidak heran jika Puisi di atas terpilih dalam "Antologi Apresiasi Penyair Malaysia dan Indonesia karena dirasakan salah satu puisi yang berkualitas yang akan disusun oleh Siamir Marulafau dan diterbitkan oleh Penerbit Didin Tulus selanjutnya guna dijadikan menjadi acuan bagi para pembaca dalam grup NUMERA, baik di tingkat Sastra Nasional maupun Sastra dunia.

Nia Samsihono,adalah salah seorang penyair dan Sasterawan Indonesia yang tershohor di bidang Pendidikan dan telah menulis karya sastera berupa puisi dan menulis beberapa buku Antologi puisi. Penyair yang kita sebut ini selalu aktif menulis di berbagai media dan terutama di facebook. Ibu Nia Samsihono juga terlibat dalam penulisan puisi-puisi tentang perempuan di Indonesia yang berkiprah dalam dunia wanita dan kemanusiaan. Puisi yang ditulis di atas dapat dianalisis dengan metode 'Deskriptif" dengan Pendekatan " Sociological Approach" dalam teori Rene Wellek.

Demikianlah ulasan tentang kajian puisi Nia Samsihono dan bila ada kekurangan dan kekhilafan, mohon dimaafkan.

Wassalam,
Dtt
Drs.Siamir Marulafau,M.Hum
NIP.19580517 1985031003

AWAN MELAYANG

Aku suka menatapi awan bagai kapas diterbangkan angin ke arah timur
Itu musim barat yang membawa berita bahagia atau duka menuju Astina

Aku mencintai lelaki
Panengah Pandawa
Yang mengganggu jantung diri
Selalu memacu ras

Menjadi merana
Menjadi bahagia
Menjadi gundah
Menjadi jengah

Biarlah aku memilih Duryudana
Walau ia tak seperti Arjuna
Tapi cintanya purna
Hartanya tak terkira

Biarlah aku menekan hasrat
Yang selalu membuatku khianat

Aku Banowati
Tak akan menyerahkan hati
Untuk cinta

Jakarta, 17 Maret 2020
Nia Samsihono



Membaca Puisi Shirley Idris bertajuk " PUISI LUKA SEORANG PEREMPUAN"
Oleh :Siamir Marulafau, dosen Fib USU,Medan


Jika kita membaca dan mengkaji puisi bertajuk "Puisi Luka Seorang Perempuan" karya Shirley Idris ini, sepertinya kita akan hanyut dalam derita seorang perempuan. Dalam Antologi puisi bertajuk "Perempuan Serpihan Malam' inilah Penulis mengambil sebuah topik yang menarik dan pantas dibicarakan karena kisah yang diceritakan oleh penulis puisi ini sangat bagus dibaca oleh pemirsa dan terlebih - lebih kaum perempuan. Penyair dan pengarangnya pun seorang perempuan bernama Puan Shirley Idris, seorang Sastrawan Malaysia tershohor yang bergelimang dalam .dunia sastra NUMERA. Penyair kita ini bukan hanya saja punya bakat dan keahlian di bidang penulisan puisi tapi juga punya keahlian membaca puisi dengan sistem baca puisi tari sangat luar biasa dan mengagumkan dan membuat para audiensi terpesona menyaksikannya.

Jangan heran lagi jika Puan Shirley Idris membicarakan masalah perempuan pada masa kini. Karena apa yang dibicangkan adalah merupakan realita sosial yang semakin menghakis nilai santun dan kemanusiaan. Mengapa tidak? Dalam puisinya ini, Puan Shirley Idris mampu memberikan ilustrasi tentang realitas kehidupan kaum perempuan yang terjerumus dalam lembah hitam. Hal ini sangat baik dibicarakan dan dianalisis supaya bagi perempuan yang terkait dapat mengkaji diri mereka lebih mendalam. Tidak salah lagi jika judul Antologi Puisi ini bertajuk" PEREMPUAN SERPIHAN MALAM". Saya sebagai pengamat dan pengkritik, saya katakan dengan jujur bahwa pemberian nama topik Antologi Puisi ini sangat tepat. Salah satu topik yang menarik dan saya ambil sebagai bahan kajian adalah "Puisi Luka Seorang Perempuan".Dalam puisi ini,penyair banyak sekali menggunakan metaforik indah membuat pembaca tertarik dan halini dapat dilihat pada bait-bait puisi yang ditulis di bawah ini :

" Berguling resah
mengerang suara-suara berdendang
di lorong-lorong usang hanyir"


Jika diamati dan dianalisis, penyair menggunakan gaya bahasa 'hyperbola' dengan menghantar percakapan dan keresahan serta suara erangan seorang perempuan yang kehidupannya tak sama dengan perempuan biasa.'Berguling' berarti terjerumus di sebuah tempat yang tak lazim ditempati oleh seorang perempun dan misalkanlah itu adalah "loron-lorong usang hanjir".Kata "hanyir' berarti aroma yang kurang sedap dihirup oleh manusia.

Pada bait selanjutnya, penyair mencetuskan percakapan yang sangat tajam bahwa yang terjerumus itu , adalah PEREMPUAN yang senantiasa merasa kesepian dalam hidup dan tak ada tempat pelarian lagi selain tindaakan untuk menjadi perempuan malam yang lazim disebut kupu-kupu malam.:

" ....adalah perempuan itu sepi memanggil
ke penjuru ruang kamar nan pengap"


Kemudian pada bait-bait puisi selanjutnya, penyair menggunakan bahasa dengan kalimat yang indah-indah seperti :

"menghitung hari
makin panjang
menerajang tarian tarian rembang
berdengung dendang penuh lumpur
meratap sebuah derita
menyisir malam tanpa nama" (Shirley Idris,
2016 : 14)


Pada bait-bait puisi di atas, akan terdapat metaforik indah , dan Penyair terus terang mengatakan bahwa kehidupan perempuan malam itu terus menerus berlanjut hari kehari dan malam ke malam dengan kehidupan yang ternoda dibalut lumpur dihiasi dengan penderitaan dengan nama yang tercela,yaitu seseorang itu tanpa nama dan takperlu namaya disebut lagi karena nama itu sudah bau hanyir.

Selanjutnya, penyair juga sangat arif menuturkan pada akhir bait-bait puisi bahwaperempuan yang dibicarakan itu terperangkap dalam kesulitan hidup dan kemungkinan disebabkan faktor ketidakmapuan berbuart sesuatu untuk meningkatkan kehidupan sehingga kehidupan perempuan itu berdarah. Hal ini sangat membuat fatal dan tercela dalam kehidupan sosial yang realitas. Penyair bukan benci terhadap kaum perempuan tetapi Penyair hanya memberikan ilustrasi tentang mora ldan kebenaran hidup. Dalam pikiran penyair, inilah bait-bait syair sebagai nasihat pada yang terlibat dalam kehidupan seperti yang tergambar dalam diri perempuan serpihan malam tertera dalam syair ini.

"Perempuan itu
dicekam sutera ungu
dari serpihan sendaloka
tembang nan berdarah
dalam pesona bait-bait puisi cinta"
(Shirley Idris,2016 :14)

Dalam analisis saya, puisi ini memiliki kekuatan dalam penuturan dan pilihan kata.Walaupun penyair menggunakan bahasa yang sederhana tapi setiap kata atau diksi mengndung makna yang amat dalam. Penggunaan diksi sangat tepat sesuai dengan tema dan topik puisi. Struktur kalimat adalah S-P- O dalam bentuk Pasif. Kalimat-kalimat yang disusun sangat indah karena ada figuratif bahasa hampir ada pada setiap kalimat. Nada puisi in adalah sedih karena seseorang (Perempuan malam ) yang diceritakan di sini mengalami tragis dalam hidupnya.Jadi kesengsaran dan derita yang dialami tak kunjung padam. Puisi ini di atas berbentuk "Puisi Prosa Liris",yaitu sebuah ragam puisi yang bersiat naratif.Penyair menuturkan kisah penderitaan seorang perempuan malam.

Demikianlah kajian dan analisis puisi yang ditulis oleh Puan Shirley Idris yang tercantum di dalam Antologi Puisi bertajuk" Perempuan Serpihan Malam".Bila ada kekurangan dan kekhilafan, mohon dimaafkan.

Wassalam,
Dtt
Siamir Marulafau
Nip.19580517 1985031003



NEGARA INDONESIA BISA KAYA DALAM TEMPO 10 TAHUN KE DEPAN HANYA DENGAN MAIN SEPAK BOLA
Oleh : Assoc.Prof. Siamir Marulafau


Ada yang bertanya pada saya, Pak. Dosen. Mengapa Negara Indonesia ini tak bisa ikut dalam pertandingan Piala Dunia? Mengapa dan dan ada apa?

Lantas saya jawab : Di negara ini tak ada strategis yang tepat dalam membangun SDM sepak bola, dan hanya pandai bicara, omong dan kritik? Kalau kritik bukan main. Seolah-olah dialah yang rajanya.

Seseorang ini geleng-geleng kepala, dan Ia bertanya terus. Jadi bagaimana solusinya, Pak. Dosen? Kemudian, saya jelaskan : Pemerintah kita harus tahu strategis membangun SDM sepak bola di negara ini dengan sungguh-sungguh dengan target bahwa 10 tahun ke depan ,Indonesia sudah menjadi negara yang makmur hanya karena ikut dalam pertandingan sepak bola dunia. Kita tahu bahwa negara kita ini terdiri dari 34 provinsi. Coba pikirkan bahwa dari setiap provinsi, harus ada dan dicari dan diseleksi seorang anak berusia 6 atau 7 tahun yang hobi dan pandai main sepak bola. Anak ini harus bisa menyepak bola dengan KAKI KIRI DAN KAKI KANAN, sehat jasmani. Kemudian, anak ini tidak boleh sekolah. Anak ini hanya sekolah untuk sepak bola saja. Masa depannya dijamin oleh Pemerintah.

Strategisnya adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan anak- anak dalam usia 6 atau 7 tahun sebanyak 34 orang. 1 orang dari setiap provinsi harus dibiayai oleh pemerintah daerah dengan mengumpulkan dana dari setiap PNS sebesar Rp50.000 setiap bulan dalam ukuran 10 tahun.

2. Pemerintah harus membangun Gedung dan asrama untuk pelatihan dan penambahan SDM main sepak bola bagi anak-anak yang berusia 6-7 tahun dari setiap Provinsi dan pembinaannya di Jakarta.

2. Dua atau tiga kali diundang pelatih dari luar negeri untuk melatih dan membina mereka sampai mereka ahli dalam sepak bola seperti menendang bola dengan sistem tendangan pisang, tendangan bola dari tengah lapangan sampai bisa masuk ke gawang, tendangan melalui kepala, tendangan dari jarak 12 meter di depan gawang(Pinalti) seiring mereka dibina menjadi Kiper, dll.

3. Dalam gedung dan asrama itu, harus diadakan dokter untuk merawat kesehatan mereka supaya mereka kuat dan setiap harinya mereka dilatih tanpa sekolah formal dan mereka hanya diberi sekolah tentang SDM untuk main bola sebagai ganti sekolah formal.

4. Bila menjelang usia 30 thn maka mereka diberhentikan dan dibina lagi generasi baru untuk SDM Sepak bola supaya bisa masuk ke jalur sepak bola Dunia.

5. Dana untuk membangun SDM sepak bola di negara ini tak akan sulit bagi pemerintah karena banyak sekali yang gemar untuk sepak bola. Dengan cacatan bahwa di luar pemotongan gaji PNS , para penggemar sepak bola juga ikut menyumbang demi negara.

6. Saya rasa 10 tahun ke depan anak-anak yang dibina ini sudah bisa masuk sebagai pemain sepak bola dunia. Nah, bila negara Indonesia ini menjadi tuan rumah dalam sepak bola dunia, maka perekonomian rakyat Indonesia akan terbantu, iya apa tidak?

7. Pengawasan dan pengeluaran dana sepak bola ini harus dijaga ketat, dan tidak boleh dikorupsi. Bila kedapatan korupsi , akan digantung. Dan dibuat undang-undang khusus tentang ini semua.

8. Jadi team sepak bola yang sudah ada, iya ditiadakan. Pembinaan ini harus terfokus sesuai dengan visi dan misi ke depan. Insya Allah, Negara kita akan bisa masuk dalam pertandingan sepak bola dunia.

Lantas, seseorang itu mengatakan pada saya, iya betul Pak. Ide yang bagus sekali. Artinya , ada pembinaan generasi ke generasi, dan siapa pun Presiden negara ini harus estafet dalam membangun SDM sepak bola di negara ini.

Terima kasih Pak.

Medan , 10.12.2022



KEMALA DALAM DASAWARSA LIMA
Fakultas ilmu Budaya,Universitas Sumatera Utara,Medan Sumut-indonesia
Siamir Marulafau
penyairdcm2@gmail.com


Abstrak
Kajian ini membahas tentang “Dasawarsa Lima”,yaitu kumpulan-kumpulan puisi-puisi
seorang Sastrawan Negara Malaysia dari tahun 1960-2013. Dalam kajian ini,penulis mencoba
mengkaji dan menelaah beberapa puisi yang ditulis dengan menggunakan metode Deskriptif yang merujuk pada penelitian dan pembacaan buku-buku perpustakaan yang sangat mendukung tentang
ide-ide dan buah pikiran sang Penyair dalam penulisan puisi. Teori yang digunakan dalam pengkajian puisi-puisi Sastrawan Negara ini adalah teori Preuzs dan Rene Wellek. Penemuan-penemuan yang diperoleh akan membuahkan kesufian yang merujuk pada kekuatan dan keindahan alam semesta sebagai ciptaan Ilahi atau sesuatu hal yang merujuk pada kemanusiaan sebagai seorang yang manusiawi.

Kata Kunci : kajian, penggunaan, penggambaran, rujukan

I.PENDAHULUAN
Kemala adalah Penyair dan Sastrawan kenamaan Malaysia yang lebih dikenal dengan nama aslinya Dr Ahmad Khamal Abdullah kelahiran tahun 1941 telah menulis kumpulan-kumpulan puisi dari tahun 1960-2013 dalam kurung waktu Dasawarsa Lima. Dalam pengkajian kumpulan-kumpulan puisi ini nampaknya, sang penyair sangat aktif menulis puisi-puisi sebagai salah satu jenis karya sastra yang membuat dunia gempar dengan tema-tema yang tercamtum dalam puisi-puisi tersebut. Saya sendiri sebagai penulis sangat tertarik dengan tulisan-tulisan Kemala dalam puisi-puisi Dasawarsa Liman ini karena penyair selalu menggunakan metaforik-metaforik yang indah dengan menghubungkan sesuatunya dengan alam yang merujuk pada Tuhan (Ilahi),dan selalu meruju kepada kasih dan cinta antara sesama , dan memang pada prinsipnya banyak juga penyair- penyair cenderung mengkaitkan buah pikiran mereka dengan Tuhan berdasarkan alam yang dilihat seperti penyair LK Ara (Penyair Indonesia), Siamir Marulafau(Penyair Indonesia) dalam tajuk “Lantunan Al’Qur’an”.

Meskipun kumpulan-kumpulan puisi yang ditulis oleh Kemala dalam jumlah yang sangat banyak dengan tema-tema yang beraneka ragam pada setiap puisi, penulis kajian ini agaknya membatasi pemilihan topik agar tak akan keluar dari pokok pembicaraan,dan adapun topik-topik yang terpilih adalah : “Burung- burung Kudus”, “Alif kepada Alif” , “ Kutekuk” , “Demak” ,” Kasyaf Danau”,
Adapun metode yang digunakan dalam pengkajian beberapa puisi Sastrawan Negara ini adalah metode deskriptif yang mencoba membahas dan mengkaji serta menguraikan fakta-fakta yang ada dalam puisi-puisi yang ditulis dengan teori-teori ilmu sastra sebagai dasar pengkajian oleh penulis. Kajian ini ditulis untuk mengetahui “Apakah sang penyair dianggap sebagai penyair yang tergolong dalam kategori penyair sufistik yang behubungan dengan alam semesta dan ketuhanan sebagai pencipta?” Atau “Penyair yang berkaitan dengan humanistik merujuk pada cinta dan kasih pada sesamanya di alam semesta ini?”

I. DISKUSI/PENGKAJIAN
Membaca puisi-puisi Kemala dalam dasawarsa Lima ini, seakan-akan kita diajak berselancar dalam sebuah samudra Cinta akan penggunaan gaya bahasa dan metaforik-metaforik indah, yang senantiasa merujuk pada Cinta dan kasih pada Tuhan (Ilahi) dan antara sesama di bumi Tuhan. Hal seperti ini, dapat dilihat pada tajuk puisi “Burung-burung Kudus”:

“Burung-burung Kudus ~ Kemala”
September 17, 2008


Kudus Sunan Muria
kudus bulan langitku
kalbuku mengembang sayap.
Burung-burung Kudus
melayah ke Kota Kekasih
mengukuh diri.
Kicau burung-burung Kudus
tasbihnya birahi diri.
Garis gunung berbalam
Qutub, sudah berabad pejam.
Layahan burung-burung Kudus
kicau rawan
mencari kekasih yang hilang.
Kalau mendesau ombak
burungku mengembang kepak
bawakan jebak
Kekasih menghampar jubah
Sang Bulan mencumbu madah.

2.
Nur Kudus di subuh Kudus
kerling Kudus kalbu Kudus
cumbu sahih al-Khaliqi.
Lagu burung-burung Kudus
dari langit jauh
lagu murni perawan kencana
betahkah diri betahkah bulan putih
lagu nestapa tersibak luka.
Sembarani hutan
menggerinyang indah
di mana ya peta benua
ada mata maut
menyapa.
Kudus kudekap rawan
tasbih dan birahi
berantaian.
Kemala
Kudus, Jawa

Januari 2001
(ZIARAH TANAH KUDUP 2006:36-37)

Penyair tampak tidak akan terhindar dari penggunaan figuratif bahasa indah dan penggunaan dikisi-diksi yang tepat dengan penggambaran alam semesta sesuai dengan Knowledge of the World-nya, seperti langit, burung, benua, bulan, ombak, hutan.Diksi-diksi seperti ini jelas dipengaruhi oleh pengalaman batiniah Kemala yang lahir tahun 1941 di Selangor, Malaysia menggunakan simbol alam semesta dalam meluapkan gagasan dan inspirasinya sebagai penyair. Hal ini kelihatan dalam penggunaan diksi seperti :

“kudus bulan langitku
kalbuku mengembang sayap.
Burung-burung Kudus
melayah ke Kota Kekasih
mengukuh diri”

3.
Penggunaan diksi di atas seperti “Kudus bulan langitku” adalah metaforik yang indah
memadukan bulan sebagai cahaya penerang dan amat suci dan” Kalbuku mengembang sayap” adalah satu bentuk figuratif bahasa indah dalam bentuk hiperbol dan didukung oleh larik-larik lainnya seperti : “Burung-burung Kudus//melayah ke kota kekasih//mengukuh diri//”, yang menggambarkan hijrah untuk bersilturahmi dengan seseorang yang dikasihi.
Pada larik-larik berikutnya juga dijumpai metaforik-metaforik indah seperti :“ Kicau burung-burung Kudus//tasbihnya birahi diri// menggambarkan figuratif bahasa indah,yang menunjukkan bahwa insan sebagai ciptaan Ilahi memiliki hawa nafsu yang tak bisa dipisahkan dengan jasad manusia berintegrasi dengan yang lawan jenisnnya dan memang anugerah Tuhan kepada manusia di bumi. Kecermatan penyair dalam penggunaan diksi sangatlah teliti sebagai mana yang dijumpai pada larik-larik puisi berikutnya : “Kalau mendesau ombak//burungku mengembang kepak//bawakan jebak//Kekasih menghampar jubah//Sang Bulan mencumbu madah//” , menggunakan gaya bahasa hiperbola dan personifikasi.Pada larik-larik selanjutnya juga,sang penyair menggunakan figuratif bahasa metaforik yang indah seperti : “betahkah diri betahkah bulan putih//lagu nestapa tersibak luka//,menggambarkan figuratif bahasa bergaya hiperbola. Pada larik-larik seperti :” Sembarani hutan
menggerinyang indah
di mana ya peta benua
ada mata maut
menyapa.
Kudus kudekap rawan
tasbih dan birahi
berantaian ”
Larik-larik di atas ini,menggambarkan penggunaan diksi yang tepat dengan gaya bahasa hiperbola dan personifikasi. Sebagai penyair yang cukup kenyang menikmati pelambang burung-burung yang kudus dengan penuh kesucian yang diridhoi oleh al- Khaliqi selalu menyapa dan mencari sesuatu yang hilang meskipun banyak rintangan dan pada akhirnya penyair dapat menatapnya terus menerus di mana pun berada. Puisi ini melukiskan seorang hamba Ilahi yang hatinya suci mencari seorang yang hilang dalam kerinduan yang amat disayangi dimana sang pengarang tak akan terlepas dari kekutan Ilahi untuk menggapai sesuatu yang diinginkan dalam hidup. Ia tidak perduli berbagai rintangan yang menghalangi. Penggunaan kata “Kudus bulan langitku//kalbuku mengembang sayap// berarti penyair berpegang teguh pada bulan yang suci

4.
menciprakan cahaya sebagai kekuatan untuk menerangi bumi dalam mencari cinta dan kasih seseorang yang hilang yang tak terlepas dari ridho-Nya,Ilahi. Hal seperti ini juga dapat diprediksi bahwa penyair sangat berdekatan dengan ilahi dalam prospek kebatinan pada yang ghaib dan juga kepada alam semesta yang menjadi dasar inspirasi penciptaan puisi.

Pada pengkajian puisi lainnya seperti puisi dalam Dasawarsa Lima bertajuk ”Alif Kepada Alif”, Kemala juga selalu menggunakan diksi-diksi yang tepat dan penggambaran alam semesta seperti gelombang laut , taufan (angin) ,cahaya,rumpun bambu,perahu,awan.penggunaan diksi-diksi seperti ini membuat pengaruh besar pada batin pengarang yang tak bisa melepaskan diri dari Tuhan (Ilahi ) sebagai Pancita. Hal ini dapat dilihat pada puisi di bawah ini bertajuk :

“Alif Kepada Alif ~ Kemala”
September 10, 2008

Berapa kelok ombak, berapa gemulung gelombang,
berapa busa buih, berapa
sayap kasih, betapa ketimbang angin, betapa
rangsangan ribut, betapa
songsang badai, betapa amuk taufan, memancar cahaya,
gementar wajah, geletar mega.
Kalau tak awan, semilang cahaya, kalau tak
harapan, simpang pujangga, kalau
tak kemudi hari, siurluncur perahu. Di hadapan
sinar, cinta yang benar, di
muka ingkar, tingkah yang nanar. Kalau tak taqwa,
hanya helah yang pingkar.
Tasbih apa dari tarian padi di sawah? Ratib
apa dari pucuk pisang di
ladang? Siang ilalng, malam Sang Keluang. Ombak
lagunya, tingkah
lengkingnya. Kalau tak reda, apakah rindu dapat
menggagas mutu?
5.
Bagaimana tarian rumpun bambu? Gerisik
asyiknya, gemersik buluh perindu

akur dengan wujud rohaniah, hanya dengan bisik dalam
tergetar kata, tafakur detik bagai pohon pagi
mengenal embun jernih. Cumbulah Daku.
(Kemala, September 10,2009)

Selain penggunaan diksidiksi yang merujuk pada metaforik seperti pada larik-larik puisi, penyair juga membuat tajuk puisi yang sangat relevan pada kotenks puisi. Adapun yang membuat Penulis tertarik pada puisi di atas ini adalah tertulisnya tajuk ‘Alif Kepada Alif’ dengan pengertian bahwa “Alif” adalah berdiri satu dan hanya satu bersimbolkan pada Tuhan (Ilahi) dan sesuatunya harus kembali kepada Ilahi. Penyair dalam puisi ini sangat antusias pada Ilahi sebagai Pencipta alam semesta yang memadukan keindahan alam serta apa yang terjadi di alam semesta dengan menggunakan diksi yang tepat dan indah berisikan metaforik seperti :

“Berapa kelok ombak, berapa gemulung gelombang,
berapa busa buih, berapa
sayap kasih, betapa ketimbang angin, betapa
rangsangan ribut, betapa
songsang badai, betapa amuk taufan, memancar cahaya,
gementar wajah, geletar mega”

Salah satu hal yang membuat pembaca kagum dalam pengkajian puisi ini adalah Penyair memberikan satu ilustrasi untuk pendekatan diri kepada Tuhan (Ilahi) dan merujuk pada peringatan kepada umat dengan pengertian bahwa insan di dunia harus takwa kepada Tuhan (Ilahi) dan jika tidak, manusia akan binasa, dan cinta kepada Ilahi harus benar-benar dari dalam diri. Hal ini tergambar dalam sajak yang ke II dengan menggunakan kata “Sinar” sebagai simbol penerang kepada Insan supaya manusia sadar akan dirinya sebagai hamba-hamba Ilahi,yang memberikan cahaya dan harapan beraung di alam semesta ini. Sebagai bukti, Penyair mengulaskan kata-kata yang amat indah dan mengena pada tataran metaforik di bawa ini :

6.
“Kalau tak awan, semilang cahaya, kalau tak
harapan, simpang pujangga, kalau
tak kemudi hari, siurluncur perahu. Di hadapan
sinar, cinta yang benar, di
muka ingkar, tingkah yang nanar. Kalau tak taqwa,
hanya helah yang pingkar”

Sastrawan Negara ini selalu memperindah penulisan syair dengan menggunakan figuratif bahasa yang indah seperti “Bagaimana tarian rumpun bambu? Gerisik//asyiknya, gemersik buluh perindu//”,,,,(Gaya bahasa Personifikasi), “akur dengan wujud rohaniah, hanya dengan bisik dalam tergetar kata, tafakur detik bagai pohon pagi mengenal embun jernih. Cumbulah Daku.”,,,,,(Gaya bahasa Simili). Kelihatannya sang penyair memberikan pesan pada pembaca bahwa melalui puisi ini insan di dunia harus bertaqwa dan mengingat selalu akan kata-kata serta firman Ilahi, yang meniupkan roh dan menghidupkan manusia di bumi dan tumbuh sebagai pohon dari pagi sampai petang.



LINGKARAN KOSAMBI : Esai
Siamir Marulafau


KOSAMBI bukan sembarang,,,,,bisikannya meyulam lara,,,Penghuninya seorang Advokat,,,,,.Nah tak seorang pun yang membaca puisi pada hari itu tak berpotensi,,,,,dan semua bagus-bagus, dan pantas dikatakan JITU karena penyair-penyair yang membaca puisi telah berpengalaman dalam bidang seni baca puisi kecuali Pak Penyair Dalam Lingkaran Cinta tak baca dan sudah tercatat di Laut Mahfuz bln Januari tahun 2020 kata moderator,,,,,hehehe.

Saya sendiri pun sangat tertegun diwaktu Istri Mat Kilau membaca puisi ditemanioleh sang suami di atas panggung.kelihatannya Marissa,,,kelihatannya sangat puitis dalam membaca puisi membuat bulu kudu pemirsa naik dan sungguh kedua suami istri ini penyair,,,,bukan pujian tapi NYATA dalam dunia seni.Maka kutulislah sebuah esai yang menggambarkan kemampuan insan seperti ini adalah anugerah Tuhan,,,,dan wajib disyukuri.

Mat Kilau,,,sastrawan Sumatera Utara yang tak asing lagi dikenal,,,,,dan Beliau duduk di samping saya, dan Suyadi san juga tampak sedang tertawa,,,,,,,.Mereka ramah-ramah dan apalagi Bung Juhenry Chaniago yang bertindak sebagai PROTOKOL,,,luarbiasa membacakan setiap acara tertulis dengan pasangan yang Cantik dan ramah,,,,,.Pokoknya santai sehari seakan-akan gerimis hujan tak menetes lagi di ubun-ubun meskipun rinai hujannya deras,dan ditambah dengan makanan yang tersuguhkan dengan kelezatan yang amat luarbiasa disertai dengan daging kambing direbus.Pokonya sip dan tak bisa dibayangkan,,,,,hehehehe.

Mat Kilau,,,.Penyair yang ramah ini sungguh membuat jantung saya terpesona dengan sikap dan karakternya yang baik,,,dan pantaslah Dia seorang penyair yang berhak menerima anugerah Sastra beberapa bulan yang lalu di sebuah hotel mewah di kota ini. Dikatakan bahwa Beliau telah menulis banyak karya sastra, dan salah satu diantaranya, yaitu Antologi Puisi bertajuk" PENGANTIN KABUT LAUT",dan satu lagi Antologi Puisi yang ditulis bersama Pak Porman Wilson Manalu bertajuk "MERETAS JALAN SUNYI",yang akan dilaunching tgl 20 bulan Desember,2019 ini di TBSU, Medan.

Penyair Dalam Lingkaran Cinta,,,iya tentu saja akan hadir mengikuti sambil mendengar apa dan bagaimana sistem atau cara membicarakan Antologi puisi tsb di atas karena hal seperti ini sangat penting bagi diri saya karena menyangkut keilmuan dalam diskusi sastra untuk menambah SDM disamping saya merasa bahwa saya masih hijau dalam membicarakan karya sastra.Jadi perlu sharing tentang ilmu sastra itu,iya apa tidak? Apalagi kedua-duanya Pmbicara tentang Antologi puisi ini adalah pakar-pakar sastra,dan bandingkan saja Bpk Mihar Harahap lolos dalam kurasi Antologi Puisi Pasaman,,,dan ditambah dengan Bpk Suyadi San, yang lolos kurasi Antologi Puisi "Wangian Kembang" Bachok,Malaysia,,,,hehehe luarbiasa,dan yang lebih menggairahkan lagi dalam acara ini seorang penyair dan ahli di bidang pementasan teater bertajuk "AKU INGIN JADI PRESIDEN',,,,hehehe,,,,Bung Agus Susilo,,,.Orang pendiam tapi berbobot dalam pementasan dengan pengalaman yang mendalam dan rupawan wajah yang sesuai dalam pementasan drama itu dengan nilai A plus,,,,,,Bung ini juga ikut dalam penulisan Antologi "Situs Kota Cina" dan lolos dalam kurasi puisi tersebut kecuali Penyair Dalam Lingkaran Cinta, yang 10 puisi terkirim tak satu pun yang lolos,,,,hehehe,dan disinyalir bahwa tak satu pun yang menyentuh Situs Kota Cina,,,,karena ini masalahnya tentang penelitian sejarah yang dibawa dalam ranah Kota Cina yang dirasakan punah berabad lamanya dan perlu dilestarikan kembali dalam bentuk syair supaya sesuatu yang dirasakan itu hilang akan muncul kembali.

Penulis,
dtt
sm/17/12/2019,Medan



SIFAT DAN KARAKTER SEORANG PENYAIR/KRITIKUS SASTRA,SBB :

1.Gigih dan ulet,serta semangat dalam menulis
puisi/mengkritik karya sastra.
2. Harus sabar jika dikritik.

3.Menghindarkan sifat egoish utk terkenal dan tidak merasa
bahwa dialah yang paling hebat dari yang lainnya.

4.Tidak merasa sombong dan ramah pada setiap orang.

5.Tidak menyudutkan/merendahkan orang lain atau sesama
penyair/kritikus sastra.

6.Harus menghargai karya orang lain dan mengeritik
dengan bahasa santun.

7.Harus ramah dan berdedikasi dengan penyair lain.

8.Tidak mengklaim dirinya sebagai penyair, kritikus Sasrta
menganggap bahwa Dia dan grupnya yang paling hebat dan
mengklaim yang lainnya Sampah.

9.Turut berdukacita dalam berbagai aspek kehidupan sesama
penyair/ kritikus sastra lainnya.

10.dll.



Penyair Dalam Lingkaran Cinta sedang mencor dan membuat dapur kompor tanam yang beralas dan berdinding granit. Sistem pembuatan Dapur ini sangat sulit bila tak menguasai teknik pembuatannya. Sistem pembuatan ini telah dipelajari dalam bidang praktek di Fakultas Ilmu Vokasi USU menjurus ke teknik sipil. Maka banyak mahasiswa berduyun- duyun masuk ke dalam ranah Fakultas Vokasi.
Ilmu pembuatan dapur kompor tanam ini didasari pada inspirasi perpuisian dalam teknologi yang amat canggih dan sangat penting dipelajari sambil berpuisi dengan ongkos yang amat mahal.Tukangnya dapat dipesan dgn no. WA : 082276563683. Bersedia dipanggil ke lapangan. Terima kasih

Dapur Tanam
Karya : Siamir Marulafau

Dapur itu tertanam dalam lara
Menggeliat di segala penjuru
Api kompor itu bernyanyi
Mengapa angin sepoi meniupku

Aku hanya membentang nyala
Api itu menyulam bara
Makanan jadi lesat dan matang
Tapi kita ini berkawan

Jangan main main dengan nyala
Api itu mengamuk bagai singa
Jika tak tahu siapa aku
Sungguh memanas dari bawah
ke atas

Jangan diabaikan, jangan diabaikan
Bisa berkawan dan bermusuhan
Di kala santapan masak dan ditelan
Sedap amat tak ada tandingan

Masaklah di kompor tanam
Bila tuan dan nyonya ingin menyulam bara
Bara api itu dapat ditelan bila sadar
Hamba Allah akan bahagia apa yang disantap

Medan, 21.01.23