RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Sabtu, 29 September 2018

Kumpulan Puisi Aulia Putry Manurung - JANGAN TANYA SIAPA AKU


PENGUSIK YANG TERUSIK

Jangan berisik
Kata hadir dengan tak asik
Sebab kupingmu terusik
Padahal kau yang mengusik

Diam
Pergi
Jangan kembali
Apa sifat arogansi telah melekat di diri

Berharap tenang
Tapi selalu mengenang
Akan sikap yang tak disenang
Pada insan yang pembangkang

Tanjungbalai, 24092018, 08.56
APM





JANGAN TANYA SIAPA AKU

Jangan pernah bertanya siapa diriku
Sebab aku hanya insan jalanan
Yang mengais rezeki dari kotoran
Tanpa mau berharap belas kasihan

Jangan tanya siapa diriku
Karena kau tak akan pernah bisa tahu itu
Jerit tangis pilu
Serta keringat yang kerap memacu

Jangan tanya siapa diriku
Jika hanya ingin mencemoohkanku
Apa tiada belas kasihmu
Sebab aku juga manusia sepertimu

Tanjungbalai, 24 September 2018
06.57
Aulia Putry Manurung (vayyeit)

Kumpulan Puisi Yuliza Yuna - AQUARIUM



-Diamku-

Diamku bukan bisu
Awalnya hanya ingin menghukummu.
Atas sikap tak bertanggung jawabmu.
Meski akhirnya yang terhukum itu tak hanya dirimu, tapi juga aku.

Tigapuluh tahun yang lalu kau hadir setelah ku.
Yang lahir sebulan sembilan hari terlebih dahulu.
Guratan nasib membuat kita bertemu hingga akhirnya aku melukai dirimu.
Meski luka itu adalah luka ku.

Tak pantas rasanya ku mengenang mu.
Saat benci mu masih jadi kutukan bagiku.
Namun setelah sekian tahun berlalu, aku masih mengenangmu.
Mengingat satu-satunya memori bahagia yang aku tahu di hidupmu.

Hanya beberapa bait sajak bisu.
Yang mungkin tanpak seperti bualan tong sampah bagimu.
Sebagai pengingat untukmu untukku
bahwa kita pernah saling bertemu.

Tembung.
27 agustus 2018
Yuliza yuna






-Beruntung-

Aku beruntung bertemu denganmu bu
Beruntung lahir dari rahimmu
Beruntung menjadi kesayanganmu
Beruntung pernah tinggal sembilan bulan diperutmu
Kau bawa dan kau elus selalu

Aku beruntung mengenalmu bu
Di tatapan pertama mataku adalah wajahmu
Di sentuhan pertama kulitku adalah tubuhmu
Di hisapan pertama mulutku adalah asimu
Dan di bunyi pertama suaraku adalah namamu

Aku beruntung memilikimu bu
Beruntung tumbuh besar di bawah penjagaanmu
Beruntung dapat menjadi anak kebanggaanmu
Beruntung di didik oleh perempuan kuat sepertimu
Kau adalah guru pertama dan akan jadi selamanya bagiku.

Tembung 15 Sepember 2018
Yuliza yuna





-Aquarium-


Di sini
Di dalam aquarium
Aku hanyalah seekor ikan kecil
Kecil di antara kerumunan ikan-ikan besar
Hidup dan terus berusaha membesar
Besar hingga mampu membuat tempatku terlihat jauh mengecil
Di sana di dalam aquarium
Kotak kaca akhirnya tanpak serupa penjara
Membuatku dan ikan-ikan di sana hidup penuh sesak dan sulit 'tuk bergerak

Aku ingin bebas
Aku ingin ke tempat yang luas
Dengan tubuhku aku berseru lepaskanlah aku
Segera lepaskan aku beserta teman-temanku
Pindahkan kami kedalam kolam
Aku ingin merasakan perubahan siang dan malam
Juga rintik dan derasnya hujan

Namun inginku tak berubah menjadi kenyataan
Meski aku akhirnya dipindahkan
Tapi tidak ke dalam kolam
Aku dilepaskan ke dalamnya lautan
Oleh sebab tubuhku terlanjur kebesaran bila harus tinggal di dalam kolam

Sebahagian temanku berada di kolam dan selebihnya ikut aku masuk lautan
Mereka saling menyalahkan dan akhirnya mati mengenaskan
Mereka mati ketakutan melihat ikan-ikan di lautan

Akhirnya aku hidup sendirian
Kembali menjadi ikan kecil yang berusaha membesar di lautan
Sejauh mataku memandang yang ada hanyalah kebebasan
Hidup diantara ikan-ikan yang mengarungi lautan.

Yuliza yuna
Tembung,14 September 2018





- Kisah di Sepotong Rindu-

Yah, kapan kau mengajakku ke sana?
Aku rindu suasana tenangmu
Sunyi senyap di peraduan terakhirmu.
Di antara berisiknya daun-daun randu
jatuh menutupi rumah kecilmu

Aku rindu kau pangku
Menatap secercah harapanmu terhadap masa depanku, melalui dua bening di matamu.
Meski itu hanya sebuah mimpi untukmu, mengatarku ke peraduan sebelum kantuk menyerangku 'tuk kemudian terlelap di sampingmu.

Tembung 13 september 2018
Yuliza yuna





-Getir-


Sendiri aku bisu
Menatap ke masa lalu
Aku lelah berdiri
Sendiri
Seperti ini
Dari pagi ke pagi

Padamu aku mengadu
Tentangku yang menepis angin lalu.
Tentang rasa ku
Tentang rasa bersalahku yang terus dan terus saja membelenggu
Hingga aku mati rasa

Aku kesepian
Mengharapkan kau serupa hujan
Di tengah-tengah hatiku yang kian kemarau
Namun kau tak jua datang
Memelukku mengajak pulang

Yuliza yuna
Tembung, 13 september 2018

Sabtu, 01 September 2018

Kumpulan Puisi Mohammad As'adi - DUKA YANG MENCENGKERAM



Duka Yang Mencengkeram

Lagi-lagi aku tafakur sendirian
Air mata,desah sesak nafas
Pada bulanku purnama
Menebarkan ingatan
:Padangbai-Lembar

Masihkah jejakku terukir di pasir dan laut
Yang tergerus goncangan liar bumi
Dan gunung-gunung ?

Di suatu petang
Di Lembar aku betangkan tangan
Menangkap uap garam yang hilir mudik
Pada senja dan bulan purnama
Dari kejauhan , diatas laut yang mengabut
Padangbai melambai-lambai
Kawanan lumba-lumba menyibak lautan
Menyebarkan percikan air menari-nari
:menancapkan kerinduan
Untuk selalu mengenangnya

Kini aku benar-benar tertegun
Pada purnama ku yang temaram
Percikan air laut selat Lombok
Pada angin menjelma sembab air mata
dan kenanganpun terhapus
bumi yang bergoncang-goncang
dan kenanganpun terkelupas
dari wajahku
menghitam
jadi tanah
:inilah duka kita
Duka yang mencengkeram

Temanggung 2018





Tak Putus Rinduku

Terlentang aku disini
Di altar gunung gemunung
Terbentang luas cakrawala
Tapi tak kujumpa jua
Altar seluas Arafah
Ruang tanpa batas
Dalam rentangan jiwa terlentang
Di pelukan bukit-bukit batu dan pasir
Menggenggam nikmat
Rindu menyapu
Air mata mengadu

Terlentang aku disini
Tak kuasa menepis rindu
-ah suaramu
Wirid semiliar butir pasir
Membuat aku terapung
Dalam tanya dan harap
Adakah aku ?
Dimanakah segenap kelu dan keluh kesahku ?


Rindu, menangislah
Dalam kesempurnaan munajat
Pada kelahiranku dan kehadiran yang semu
Dalam rindu
Dalam rindu
Menangisi jiwa yang mendaki dosa
Hanyut
Hanyut aku
Dalam petualangan waktu
Tak henti pada persinggahan
Rindu,kenapa tak bosan
Merayapi gelisah ?

Temanggung 2018





Sajak buat Putriku


Aku bertanya-tanya, sampai dimanakah cinta kami padamu ?
Stasiun kecil dan lambaian tangan mengapai-gapai
Kami berpijak pada bumi dan harapan tersedu
Kau terbawa angin mimpimu

Sembari menunggu waktu
Secahaya rindu menebar-nebar
Di langit kami tersunyi
:kau tergenggam bumi dan langitmu
Yang hanya kami pijak dan tengadahi
Kepak sayapmu
Sepanjang waktu
Seperti dawai tergesek-gesek
Di langit menebar pelangi

Aku terus bertanya-tanya sampai dimanakah cinta kami ?
Pijaklah bahu dan kepala kami
Sampai kami mengerti kau tidak di pulau terpencil

Temanggung 2018



Pidato Politik untuk Indonesia

Negriku
Tak lagi setegar burung garuda
Mencakar gunung gemunung
Kibaran merah putih
Lunglai diselangkangan para koruptor
Terinjak kaki para biadab negeri
Yang memecah-mecah anak negeri
Dengan pidato-pidato sakit jiwanya
Dengan tulisan-tulisan sampahnya
yang makin menghamili keangkaraan

Dan akupun marah
:Dengan kubusungkan dada
Kuteriakkan kata
‘’ Diamlah dan berhenti bicara
Atau seribu badik laknat bakal menusuk-nusuk dada kalian ?
Diamlah dan dengarkan
Sabda langit yang mulai lelehkan matahari
Dan ingin melumat rahang dan mulut kalian ‘’

Inilah negeriku
Indonesia tumpah darahku
Yang makin terjajah dalam kegelapan
Yang menyesatkan pada kebohongan-kebohongan
yang kalian bilang sebagai kebenaran
Dan karena kebebalan
tak lagi merasa getaran sebuah kutukan
: Kalian berhentilah bersenggama dengan bumi ini
kalau hanya ingin melahirkan
bayi-bayi biadab dan laknat seperti kalian

Temanggung 2018





Sajak
1

Nafas tak terpisah dari waktu, seorang perempuan bercerita:
tentang sajak lelaki terbuang
tentu aku tak tahu karena akulah sajak itu
seperti ketidaktahuanku tentang kapan sajak disusupkan
pada angin dan hujan, pada malam dan sepi atau pada kemarau yang dingin

Seperti daun berserak, sajak terbuang di selokan lalu hanyut dimusim berikutnya, tapi aku masih saja menuliskannya dan memungut setiap katanya, merangkai dan melemparkan keluasan cakrawala sunyi
Kadang berderak seperti patahnya reranting terhempas angin

2
Sajak adalah cinta
Bergemuruh, sunyi
Menyatukan rindu dan cemas
Cinta adalah sajak
Huruf-hurufnya darah dan luka
Senggama dan menjelmakan serpihan
Rasa
Jiwa

:Kehidupan sungguh memikat
Kehidupan sungguh mendebarkan
Hanya karena cinta
Membuatnya kita tak bersedih
-Seperti ketika kita memandangi
Bunga-bunga bermekaran
Pada kemarau yang dingin
Menikmati angin sabana kering
Yang tak pernah tidur
Dan ilalang yang terus bernyanyi-

Aku selalu bilang pada sajakku
: jangan bersedih wahai
bukankah musim kering
tak selalu membawa bencana?

Temanggung 2018




Di Senja Kita

Di senja kita
Bersama mulai habisnya waktu
Kita menimbangnya dalam kenangan gemilang
Masa remaja yang telah binasa
Dan masa depan kita
Yang hampir terlunaskan

Senja, dan padang rumput yang terbakar
Dipuncak gunung sana, membuat aku sering ketakutan
“Kau menyeret senandung rindumu
Dalam sepi, atau aku menggantungkan sunyi
Di langit yang bertebaran bintang
Tanpa kau, atau kau tanpa aku’’

Aku menghiburmu hanya dengan sajak
Tak berani aku menantang usia kita
Yang makin reot dan kusud
Tapi kita adalah jiwa, tak terpatahkan
Kenangan yang mestinya telah terbuang
Bolehlah kita tengok:
Disana tertata rapi episode demi episode
Kehidupan yang tertatih-tatih
Lalu menandai kebangkitan kita
Untuk tetap bertahan dalam amuk samodra
Dan angin gunung semerbak bunga
Berganti-ganti musim menghempaskannya

Setiap senja
Tak terasa , senyum kita adalah langit makin temaram
-ah tapi matahari masih bersinar terang
Dan dengan nafas kerentaan hidup kita
Kita masih ada, melautkan kehormatan kita sebagai manusia
Karena kita adalah senandung langit
Dalam ketegaran
Yang tak terkalahkan-

Temanggung 2018

Kumpulan Puisi LUmbang KAyung - TUNGGU AKU DENGAN CINTAMU



# TUNGGU AKU DENGAN CINTAMU #

Rindang pepohonan,
Meneduhi perjalanan,
Aku melangkah perlahan,
Menelusuri bayang kenangan,
Mengecap kerinduan,
Yang tak hilang di ingatan.

Belaian sang bayu,
Hanyut kan ilusi,
Hasrat ku merayu,
Menyapa sebuah ilusi,
Menyeka seiring rasa ragu,
Yang menghantui di sanubari.

Ahh,,,
Biarlah ku cumbu kata setia,
Mungkin inilah cinta,
Relakan cemburu meraja,
Relakan jiwa tersiksa,
Demi untuk dapat hidup bersama,
selamanya dalam ikatan rumah tangga.

LUmbang KAyung
Tanjung Balai Asahan 26:08:2018




# JANGAN PECAH BELAH KERUKUNAN INDONESIA #


Kemarahanmu bagaikan auman seekor singa,
Singa yang telah lama bertapa,
Singa yang hidup dalam goa padang sabana,
Ternyata kau merintih dalam kancah dosa,
Umpama singa lapar dan haus di tengah padang sahara,
Hindari burung nazar yang siap memangsa.

Teriakanmu bagaikan lowongan sekelompok srigala,
Di tengah malam bulan purnama,
Seakan memberi kabar ancaman datangnya bahaya,
Ternyata itu hanya gonggongan di tengah kota,
Di antara sampah sisa sisa manusia,
Untuk dapat tidur nyenyak walau sehari saja.

Dapatkah kau memahami arti perjuangan,
Berjuang bekorbankan harta dan nyawa,
Demi sebuah arti ke kemerdekaan,
Demi kekuatan Pancasila dan Indonesia Tercinta,
Demi cita cita anak cucu untuk dapat meraih impian,
Di dalam satu negara yang aman makmur dan sejahtera.

Pikirkan jika para pejuang itu masih ada dan bicara,
Banggakah mereka dengan apa yang kamu bisa.
Demi anak cucumu juga Merah Putih dan Pancasila.
Demi adat budaya dan kerukunan ummat beragama.

LUmbang KAyung
Tanjung Balai Asahan 04:09:2018




# TERIMA KASIH ( DELIMA ) #


Hanya sebentar,
Terdengar hingar bingar,
Dari kabar yang tersiar,
Walau mungkin hanya sebentar.

Aku bersimpuh bangga,
Mereka merasa gembira,
Dan mereka bersuka ria,
Mendengar kabar bintang ibu kota.

Jadilah terbaik buat kami,
Aku abang mu,
Sahabat saudara mu itu kami,
Familie's kato kota kerang mu.

Kuatkan tekat,
Sekeras besi,
Bakar semangat,
Sepanas api,
Tapi ingat dan terus ingat,
Akan berkah karunia Illahi.

Buat Delima masih berbangga masih,
Sekapur sirih,
Seharum kembang selasih,
Kami ucapkanTerima kasih.
HORAS,,, KONCO KAMI.

LUmbang KAyung
Tanjung Balai Asahan 23:092018





# RINAI HUJAN MALAM #


Rinai hujan,
Basahi sunyi sepi,
Aku kehilangan rembulan,
Rembulan yang menerangi hati,
Menerangi kehampaan,
Yang menemani kesendirian ku ini.

Aku kian terpuruk di kegelapan,
Entah kemana sirnanya air mata,
Ratap ku hilang di irama curah hujan,
Tatapan ku terperangkap terpana,
Terperosok di angan angan,
Yang tak mungkin lagi menjadi nyata.

Namun biarlah rindu menyelimuti,
Memeluk hampa di malam sunyi sepi,
Tampa rembulan yang menerangi hati,
Bersama hujan yang terus membasahi,
Basahi setiap tetes air mata ku ini,
Hinga hari nanti datang menjemput mentari.

LUmbang KAyung
Tanjung Balai Asahan 17:09:2018