Rabu, 03 Mei 2017
Kumpulan Puisi Adhiet's Ritonga - KELUH DAN KESAH
KELUH DAN KESAH
Adhiet’s Ritonga
Keluhku
Tak menyadarkan mu
Kesahku
Terlalu mudah untuk diabaikan
Pernahkah kau sejenak melirikku
Menatap haru padaku yang sedang berduka
Aku butuh pundakmu itu
Sekedar meringankan sedihku
SAJAK SENJA
Adhiet’s Ritonga
Sajak ini kutuang dalam secarcik kertas
Ungkapan rasa yang tak dapat kuucap
Akhh, percuma
Tangisku tidak jua reda
Malah membanjiri kertasku
Basah bersimbah
Lalu dengan apa lagi aku harus berkeluh kesah
Sajakku tak mampu redakan tangisku
Mengadu pada senja pun percuma
Senja tak pernah bicara
Tak pernah membujukku ketika sedih
Tak mampu mengusap air mataku
Lalu pada siapa lagi aku meski membagi pilu ?
Kantor Pusat Sanggar Pelangi
WARNA
Adhiet’s Ritonga
Tersiksa !
Begitu kata WARNA.
Syair lagu yang mereka nyanyikan.
Bagai menyuarakan isi hatiku, saat ini.
Senang, tapi juga sedih.
Terus kuulang lagu ini sampai aku menangis, puas.
Hingga tak ada sedih yang kurasa.
Setidaknya khusus malam ini !
Sedangkan WARNA, karibku.
Tak jua mampu membelaku dari pilu sedan.
Walau ia selalu menawarkan tertawa.
Kantor Pusat Sanggar Pelangi
DASAR ANAK KAMPRET
Adhiet’s Ritonga
Hushh …
Bentakku !!!
Masih kecil sudah merokok.
Pasti usianya belum sepuluh tahun
Dasar anak tengik, bau kencur.
Apa bapak mamakmu tak mengajarkan yang baik ?
Sekolah dimana kau ?
Mataku melotot, maksud hati menyuruhnya pulang.
Bukan malah asyik maen facebook.
Ihh, celana pun asal pakai.
Kukancingkan resletingnya.
Plak … !!!
Kujitak kepalanya satu kali.
Puas ah, rasa geramku.
Kantor Pusat Sanggar Pelangi
BUKAN KAU MELAINKAN AKU
Adhiet’s Ritonga
Ketika butir Sajakku berlinang.
Mekar bagaikan kuntum bunga.
Kian mekar makin bercahaya.
Sajakku serupa rumput, hijau di semak belantara.
Seindah Pelangi disenja hari.
Bening.
Umpama embun pagi hari.
Langit dan bumi adalah isinya, mantra kesumat iramanya.
Kembang tujuh rupa pula maknanya.
Aku terbang bersama Sajakku, mencoret angkasa goreskan tinta emasku.
Aku pilih hitam, aku pilih putih.
Dibalut indah kuning dan hijau.
Laut biru.
Aku takkan diam dengan perintahmu.
Selagi tangan masih utuh, tetap kucoret kehidupan dengan tinta warna warni.
Melengkung bagaikan Pelangi.
Saat aku bergema bersama Sajakku.
Kau hadir ucapkan salam.
“Masuk saja !”, jawabku.
Sebab salam kita berbeda.
Hening yang sunyi, kau pecah.
Buat angkara atas segalanya.
Heh, biarkan aku berjalan dengan kesederhanaan.
Asal berjalan dengan kaki sendiri.
Maka jangan kau ajari aku mengukir senyum.
Sedang bibirmu pun sumbing.
Ini Sajakku, biarkan aku bermain bersama.
Tak perlu dicekal – cekal, karna Sajakku tidak menistakan siapapun.
Dan ketika kau tunjukkan Sajakmu yang berlapis emas itu.
Aku tak mengerti atas perbedaan sikap pandang kita.
Karna Sajakmu maupun Sajakku.
Tak ada bedanya.
Kantor Pusat Sanggar Pelangi
.
MIMPI ANDI
Andi Kuniawan SP
Ya Allah
Sudah pukul dua dini hari
Aku terbangun akibat mimpi
Bahkan air mataku menetes
Aku dibentak aku dianiaya
Di tempatku bekerja
Entah apa salahnya
Aku menganbil keputusan
Keluar dari tempatku bekerja
Ketika aku keluar dari pekerjaan
Hanya kaulah tempatku mengadu
Kau memeluk dan merangkul aku
Penuh kehangatan penuh kesetiaan
Kecupanmu di dahiku menyadarkanku
Hanya air putih yang kuminum
Saat aku tersentak atas mimpi burukku
Entah kenapa dari mimpi itu
Aku merasa sedih selalu
Rindu padamu sampai kini
Aku tak tahu apa yang terjadi
Firasatku mengatakan ada sesuatu
Kantor Pusat Sanggar Pelangi
JANGAN SALAH MENILAI
Andi Kurniawan SP
Jangan salah menilaiku
Bukan aku membela diri
Aku bukanlah sebejat orang diluar sana.
Aku bukanlah manusia yang terlena dengan kehidupan
Aku tahu !
Dan aku tidak memungkiri diriku sendiri
Karna aku manusi yang penuh DOSA
Sebab aku bukanlah Nabi
Yang tidak mempunyai Kesalahan
Beranda Sanggar Pelangi.
.
SAMPAI KAPAN ?
Andi Kurniawan SP
Sampai kapan aku duduk disini ?
$ampai kapan aku begini ?
Kerja, kerja dan kerja lagi
Duduk sebagai Operator di Perusahaan
Ingin juga Menjadi seorang Bos Besar
Ingin juga punya Perusahaan
Bukan aku tidak bersyukur akan nikmat Mu
Ya Allah …
Sangat aku syukuri
Terkadang manusia tidak ada puasnya
Sudah diberi, masi saja kurang
Mungkin,
Datangnya pikiran ini
Membuat aku terus berkembang
Terus semangat, terus meraih sukses
Beranda Sanggar Pelangi.
.
DUKA NESTAPA
Andi Kurniawan SP
Ya Allah.
Sebegitu tragis manusia sekarang
Hinga tega menyakiti secara fisik
Antar satu degnan yang lain
Sungguh sadis sangat sadis
Nyata di depan mata Ya Allah
Aku tak kuasa melihatnya
Merinding aku melihay kejadian ini
nyata di depan mata
= Depan mie Sarjuk =
Beranda Sanggar Pelangi.
DOA DIKALA MALAM
Adhiet’s Ritonga
Kala purnama genap berbilang
Serumpun bintang pendar cahaya
Awan berarak kembali pulang
Langit hitam pudar warnanya
Malam dingin diselimuti angin
Hujan menyiram bahasi bumi
Aku menghadap pada – Mu ya Tuhan
Bersujud haru tenggelamkan diri
Kupanjatkan doa berderai air mata
Hapuskan dosa sehampar lautan
Terimalah Allah taubatan hamba
Seluas angkasa mohon ampunan
Qiamulail hamba tegakkan
Tepat dikala malam Lailatul Qadar
Jalan yang bengkok segera luruskan
Sebab diriku terkesilap sadar
Kantor Pusat Sanggar Pelangi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar