RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Rabu, 16 Februari 2022

Cerpen - MUMPUNG DI WARUNG Penulis : Airi Cha


   Kemarin jumpa lagi lah awak sama abang tu. Anehnya wajah mustapanya terlihat kek sedang berpikir keras. Kalah kerasnya kulit kemiri. Kalok udah liat dia macem gini, penasaranlah awak. Jiwa detektif terasa meronta-ronta mau cari tau sebab musababnya.

"Napa ko, Bang? Gak lagi kesurupan, kan?" Rada takut jugak awak tanyaknya.

"Ko lihat lah Dek pakai mata, kesurupan ngak aku?" Sahutnya rada jengkel.

"Janganlah langsung naik pitam gitu, Bang. Cepat tuek ko nanti," bujuk awak biar gak marah dia.

"Gak adalah jawabanmu yang bisa nyenengi atiku."

"Iah mo kek mana lagi awak bilangnya, Bang?"

"Bilang ajalah, apa kek. Entah bilang 'sedih awak lihat Abang kek gini,'" pintanya.

"Preklah. Macam betol aja mintak dibujuk-bujuk kek anak kecil. Intinya ko kenapa, Bang?" Tembak awak males basa-basi lagi.

Tiba-tiba matanya yang macem mata ikan lele pendal-pendil kek kelilipan gitu liat awak. Makin bingung kan awak dibuatnya.

"Ko rasa pacaran dan nikah beda usia wajar ngak?" akhirnya keluar jugak suara dari muncungnya.

"Wajar aja lah."

"Meski pun sampek beda tiga puluh tahun?"

"Kalok udah takdir gak bisa ko milih-milih, Bang. Jodoh itu urusan Tuhan," kata awak lah udah kek Mamah Dedeh lagi ceramah.

"Apa kata orang nanti?"

"Urus kali omongan orang. Maunya ko gak kebagian jodoh, Bang?" Tak takut-takuti lah dia sekalian.

"Jelek kaii lah doa mu itu. Gak ada bagus-bagusnya."

"Gak bisanya Abang bedakan doa sama becanda lagi? Eh memangnya siapa Kakak itu, Bang?" Penasaran lah awak kan.

"Belum adanya, aku kan cumak tanyak aja. Terus yang gak wajar itu menurutmu kek mana lah, Dek?"

"Yang gak wajar itu, kalok abang sampek pacaran dan nikah sama cewek beda dunia. Kayak dunia nyata dan alam gaib," jawab awak sambil nyomot gorengan.

"Makin gak enak kupingku dengar jawabanmu itu, Dek. Eh ko makan bakwan bayar sendiri, kan?" Langsung meluncur kalimat saktinya.

"Kimbek-kimbek, cepat kali muncungmu bilang kek gitu. Takut kali ko tekor bandari awak."

"Eh, bukan kek gitu, Dek. Abang kan cumak tanyak masak ko langsung marah."

"Itu bukan tanyak namanya," gerutu awak kesal.

"Jadi maunya kau kek mana lah, Dek?"

"Betolnya ko mau tau maunya awak, Bang?"

"Ya betol lah, masak Abang ecek-ecek, Dek," katanya gak mau kalah mop.

"Wak, nasi uduk ayam penyet satu, sayur asam, capcay, ma teh botol. Kerahannya ma Abang ini." Tak pesan lah sebelum lima menit selagi dia belagak baek.

Si uak langsung manggut sambil nyiapi makanan yang awak pesan.

Sementara kawan awak hanya bengong dengan mulut manggap macem ikan gak kebagian air. Mungkin dia mau ngomong, tapi suaranya terjegal di tenggorokan.

Buru-buru awak sodorkan teh putih biar gak kemasukan lalat ijo muncungnya. Tau sendiri lah kelian kek mana rasanya kalau lalat atau nyamuk masuk ke mulut, gak enak kan? Macem kek gitu lah perasaan abang itu waktu dengar menu pesanan awak.

*****TAMAT*****

Cerpen –
MUMPUNG DI WARUNG
Penulis : Airi Cha
Pengojek Hati
0825.110122



Tidak ada komentar:

Posting Komentar