Senin, 13 Juli 2015
Kumpilan Puisi Topan Kejora - BULAN INI KEMARAU BERANGUN
Bulan Ini Kemarau Berangin
Kemarin malam aku melihat tangis rembulan. Wajah
letih Ibu menari-nari di kedalaman kelam. Bulan ini
kemarau berangin, persimpangan jalan Merdeka
berdebu. Senyum ayah mengendap dalam senyap.
Kupu-kupu malam lewat dipagut naga.
Hari ini malam kesebelas purnama. Kemarau berangin
menggantung dingin di bibir jendela. Bulan sembunyi
di sela halusnya irama reruputan yang berpeluh
di jantung malam. Lolong anjing kejauhan seakan
membisikkan dengung nafas setan. Tapi, tak henti
Ibu mengaji di celah sepi.
Kini, aku tahu, malam di musim kemarau berangin
mengalir seperti sungai arak. Mimpi demi mimpi
melayang-layang bagai bayangan yang menyelusup
di bawah bantal benang kekhawatiran.
Akankah esok musim mengayuh sampan?
Malam ini bulan penuh. Bulat seperti bola mata.
Musim ini, kemarau berangin tak kujung pulang.
Sedang air mata telah jadi pualam. O, anak musim
berangin, hujatlah ketiadaan kami. Ketiadaan akan
mimpi di musim kering.
Kini huruf di almanak tinggal angka yang bisu. Ayah
hanya diam menatap lawang. Ibu menanak batu
di ujung siok. Sepi yang tawar di bawah cahaya purnama.
Telaga kerontang, sunyi. Kunang-kunang menemani
keluang menari bisu menyambut malam di musim
kemarau berangin.
-----------------------------------------
INB, Borneo – Indnesia; 2009.
SWA BHUWANA PAKSA
Waktu hari masih terang tanah
Tidakkah kau dengar kepak sayapnya
Gemuruh semangat tunaikan titah
Dengan sorot mata semerah saga
Mereka membumbung indah
Berbekal doa-doa Indonesia pusaka
Hei, itu nyawa. Maka buka mata kepala
Di timur merapi detak jantung memecah sunyi
Nun! Kita punya nyali meliputi angkasa raya
Meleburkan tangsi-tangsi tak tahu diri!
Kita buat dunia tercengang seketika
Itu bukti; bukan basa-basi!
Hei, kita bukan bangsa cengeng
Sekali pun modal kita hanya peti mati
Tak ciut nyali serupa garuda serupa banteng
Tak mungkin kita saling benci dalam sepi
Tak mungkin pula hancur ini benteng
Selagi terbukti janji bhakti negeri
------------------------------------------------------------
Borneo – Indonesia: Juli 2015.
------------------------------------------------------------
Catatan:
*SWA BHUWANA PAKSA; Sayap Pelindung Tanah Airku (Sanskerta). Merupakan “motto” Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU).
*Cureng; Pesawat kecil bermesin tunggal bersayap dua (atas dan bawah). Pesawat ini buatan pabrik Nippon Hikoki KK tahun 1933, dikenal juga dengan sebutan Yokusuka K5Y (Shinsitei). Dalam Perang Pasifik, pesawat ini dijuluki “Red Dragonfly” (Si Capung Merah).
APA YANG KUTEGUK DARIMU
Pada kasih sayangmu yang melimpah
jadi denyut nadi
juga nafas terakhir dihela.
Apa yang kau beri padaku
begitu saja tercurah
menyempil aku dalam adamu
tak dibatasi malam apalagi siang.
Aduhai dari bukit yang bernama kasih
mengalir mata air putih
kemudian aku teguk
sampai puas
gurindam duabelas pun terkulai lemas.
Lewat malam berwarna putih
kubasuh wewangian abadi
di kedua telapak kakimu
untuk tiap tetes semelayu abad
yang tak mungkin terbalas.
--------------------------------
*Terima kasihku Ibu, untuk tiap tetes air susumu. (Hari ASI Sedunia, 1 Agustus 2015).
--------------------------------
Borneo – Indonesia; Juli 2015.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Terima kasih apresiasi indahnya Boss "memed" :)
BalasHapusoke...bang...
Hapus