Senin, 09 Januari 2017
Kumpulan Puisi Ade Saputra Sunankaligandu - BULIR SYAIR KITA
♡SYAIR YANG TERPENGGAL♡
Semilir angin senja buai lena
Hembusnya membelai ulu kalbu
Lembut, menjala samudera jiwa
Jatuh, bersimpuh di palung rindu
Merona, warna cahaya mayapada
Lukisan pelangi penghias cakrawala
Kidung ombak mengalun merdu
Sukma rasa bermandikan syahdu
Kepak sayap angan lintasi batas langit
Terbang melayang ke taman surgawi
Hantarkan syair mimpi tak berbait
Buah karya sari pati hati
Lelap, syair mimpi di pelukan cinta
Bertilam permadani sutra asa
Hangat, berselimut jubah asmara
Dalam istana nirwana maya
Entah mengapa ?
Seketika langit gundah gulana
Pekik halilintar mencabik awan
Pecah, hingga remah rintik hujan
Warna mayapada hanya gulita
Lukisan di cakrawala punah terhapus
Untaian syair mimpi sirna makna
Terpenggal garis pemutus
Terpatung, berbalut nestapa
Ratapi sepenggal syair mimpi
Gambaran rupa samudera jiwa
Bertintakan sari pati hati
Biarlah,
Kan kukemas dalam legenda
Kan kurengkuh meski tak utuh
Suatu tanda, syair mimpi pernah kurenda
#DewaBumiRaflesia_05_01_17
♡ ARMADA TAK LAGI DI DERMAGA ♡
Lembayung senja di kaki langit
Semburat cahaya warnai mega
Taburkan rerona ufuk jingga
Surya tenggelam ke dasar laut
Seketika, gulita warnai mayapada
Cakrawala tak lagi perkasa
Gemapun sirna dilarung ombak
Sia-sia meski teriak hingga serak
Angin, hadir berwajah dingin
Sapa asa rupa arca
Diam, dibungkam cadar nestapa
Atau, telah letih mengutip angan
Yang kutahu,
Denting waktu terus melaju
Berotasi pada poros yang sama
Namun, masih jua harus kueja
Biarkan saja,
Serunai badai samudera
Lolongnya, nyaring menggelegar
Sebab, armada tak gentar tuk berlayar
Samudera kan bersahaja
Sebab, musim telah berganti
Lihatlah, armada tinggalkan dermaga
Tuk arungi lautan janji
#DewaBumiRaflesia_03_01_17
♡ BULIR SYAIR KITA ♡
Biarkan, angin nan menghapus
Guratan syair yang kuukir
Pada tiap helai desir semilir
Bila penat kala berhembus
Derai debu tak lagi rupa batu
Menelisik di sudut netra
Pecah membuncah bening telaga
Bukan, bukan karena itu
Geloranya di rongga dada
Ketika syair berwarna jingga
Aksaranya kian meronta
Meski di kubur dalam pusara
Pejamkan saja
Agar netra tak buta
Berkelahi dengan cahaya
Menantang terangnya surya
Aku hanya setetes embun
Tak mampu pupus dahaga
Atau penawar luka menganga
Sejenak kan sirna tertiup angin
Itukah, rupa yang kau kira
Sedang kau tahu rerona asa
Tiadakan usai mengukir syair
Selama darah masih mengalir
#DewaBumiRaflesia_01_01_17
♡ MENANTI SANG BAYU BAWA CERITA ♡
Malam kian lelap di beranda sunyi
Hantar jiwa-jiwa lena ke altar mimpi
Semilir angin lembut merayu
Hingga dedaun tertunduk malu
Aku masih terjaga dalam gulana
Mengeja rasa yang terbungkus kata
Ketika kusapa rembulan di balik awan
Sebab Binarnya buat ku tertawan
Entahlah, usah kau tanya
Mungkin cinta bukan matematika
Hingga tak terukur dengan skala logika
Sebab cinta sari pati samudera rasa
Entahlah, akupun tak tahu
Tanya saja pada cermin kaca
Akan kau lihat rerona air muka
Ketika paras ayu tersipu malu
Sebab, yang aku tahu
Benalu rindu kian bersemi
Penuhi lorong hati
Menjalar di setiap langkah waktu
Entahlah, sang bayu tak bawa berita
Hanya diam tak jawab tanya
Namun aku tahu
Desirnya terbalut jubah rindu
#DewaBumiRaflesia_26_12_16
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar