Minggu, 07 April 2019
Kumpulan Puisi YS Sunaryo - PEREMPUAN PUISI
PEREMPUAN PUISI
Karya YS Sunaryo
Tak habis-habisnya aku
tuliskan keindahan jiwamu
walau rupa ragamu
kini tak tahu
Terutama ketika luka
bertahun-tahun bertakhta
kau mainkan sebagai orkesta
yang selalu mengalun
menjadi denting penuntun
bagi sehimpun ketabahan
di sebait senyuman
Bagimu kebahagiaan itu sajak-sajak
pada juang yang mampu dipijak
walau sembilu setia mengkuliti
di kepala hingga telapak kaki
tetapi nyeri bisa dihindari
dengan lapis-lapis ketahanan
di bening kedalaman hati
Hati yang senantiasa berzikir
tak sebabkan langkahmu terkilir
lurus tegar di terjal jalanan
tak peduli tiada tiang sandaran
kau tetap perempuan pantang
jatuh di jauh jurang curam
Di bangku tua senja hari
kau benar-benar antologi puisi
bagi mekar damai buah hati
dan generasi makin percaya diri
yang sempat merasa asing
di bumi globalisasi
Hingga tak habis-habisnya aku
membaca seluruh maknamu
di ruang berdinding batu
pisahkan kau dan aku
Bandung, 3 April 2019
RESAH DI ATAS GABAH
Karya YS Sunaryo
Berserak gabah resah
dijemur di halaman rumah
keringkan bulir-bulir utang
pada tiga bulan ke belakang
Panen mengetam tulang belulang
buruh tani tertelikung di pematang
pun tuan tanah dan pemilik sawah
resah pada jatuh harga gabah
sedang para tengkulak
berjingkrak kepalkan tamak
mengusur-gusur keringat basah
para petani menelan ludah
O, nasib petani di sini
benteng negeri ambruk harga diri
remuk di lidah mesin industri
tiri dari belaian globalisasi
Bandung, 25 Maret 2019
SARJANA SAWAH
Karya YS Sunaryo
Di sawah ini, dulu
lahir sarjana bermutu
dari rahim ibu dan bapak petani
tiada henti berkelahi dengan lumpur, keringat dan wajah pucat pasi
Ilmu gizi acapkali memaki
sebab orang tua tani sembarang memberi
jenis makanan tanpa takaran
tak empat sehat tak lima sempurna
Tetapi langkah tidak berhenti
sebab padi cukupi sekolah tinggi
hingga toga disematkan
panen raya gelar syukuran
Di sawah ini, kini
menjadi rahim kemiskinan negeri
saban hari terdengar kabar debar
putus sekolah dan nganga lapar
anak-anak bermain serbuk besi
di antara kepulan asap industri
rindu asuhan para orang tua
yang lama diseret ke pinggiran kota
Sedang di sudut-sudut desa
terlihat lelaki dan perempuan renta
tanpa sawah tanpa kebun
menghitung laju truk yang melindas
tapak-tapak kehidupan
memaksa kematian
Sarjana yang lahir di sini entah ke mana
desa tak bergabah tak jadi singgasana
bersama itu pembangunan merobohkan
tiang-tiang penyangga budaya sahaja
dan hentikan jibaku daya pertanian
entah sampai kapan
Bandung, 28 Maret 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar