Hari ini si bedangkik datang lagi ke rumah awak setelah beberapa waktu menghilang. Mungkin dia marah karena awak tolak pernyataan cintanya. Namun yang bikin awak mendadak suzon dia datang dengan wajah senyam-senyum kayak orang paok, dan anehnya lagi dia bawa buah tangan meski pun cumak kerupuk jangek.
Biasanya jangankan buah tangan, buah dadanya pun lupa dia bawa. Kan wajar awak curiga, jangan-jangan kerupuk ini udah dikasihnya mantra ilmu pelet. Ih kok jadi merinding awak.
"Kenapa ko, Bang? Tumben-tumbenan?" Tembak awak langsung tanpa basa-basi.
"Eh, yang gak bisanya lagi aku main ke rumahmu?" Sewotnya.
"Bukan kek gitu. Awak kira ko udah ilang ditelan bumi."
"Ko kiranya aku kena azab illahi?" jawabnya rada dongkol.
"Terus ini apa?" Tak tunjuk lah kerupuk jangek kw bawaannya.
"Oleh-oleh buat ko lah. Walau cumak sebungkus, tapi kan aku ihklas."
"Gak ada udang dalam bakwan kan, Bang?"
"Apa maksudmu? Aku laku kan ini tulus."
"Tulus kata abang? Ntar modus."
"Ya tuluslah. Gilak ko, apa aku salah cuma bawain kerupuk? Aku pun pengennya ngasih lebih."
"No no, aku gilak? Abang lah yang gilak. Dari dulu jajannya kalau gak kerupuk pasti opak. Apa gak ada jajanan lain?" Cercaku udah rada jengkel.
"Terus mau mu apa, Dek?"
"Dari semua jajanan kenapa harus kerupuk ama opak, Bang? Apa gak bisa ombus-ombus atau lemet gitu?"
"Boleh aku jelaskan, Dek?" Wajahnya memelas gitu.
"Ngapain dijelaskan lagi, Bang. Udah taunya awak gak pun abang jelaskan."
"Aku ada projek rahasia melestarikan makanan dari ubi. Untuk sementara orang gak boleh tau, dan aku bawakan untukmu sebagai promosi."
"Promosi kata, Abang? Terus abis itu awak harus beli seharga lima ribu sebungkus?"
"Ya sebagai kawan bantu-bantulah, Dek. Walau lima ribu rupiah pun itu berarti," jawabnya senyum mesem."
"Kawan ko bilang, Bang? Perkara lima ribu pun ko itungan. Kawan macem apa ini?"
"Oke, pain pain! Aku laku kan semua ini untukmu, Dek. Aku kerja keras banting tulang untuk masa depan kita nanti."
"Pretlah, Bang. Masa depan mu aja lah, bukan masa depan awak. Capek awak dibohongi terus. Belum jadi lakik aja perkara minta jalan-jalan ke pajak monja melati cumak mimpi. Ko berpikir seribu kali untung-ruginya."
"Itu semua gak benar, Dek. Cobalah ngerti dikit. Do you love me?" Mendadak memelas wajahnya.
"Heleh, sok nginggris ko, Bang. Kok kek jadi korban layangan senget kita? Pulang lah ko sana," usir awak sambil ambil kerupuk dari tangannya terus tutup pintu.
"Gak bisa diajak romantis ko, Dek. Marah-marah, tapi ko ambil jugaknya kerupuk ku," gerutunya sambil balek badan dan jalan pulang.
*****TAMAT*****
Cerpen :
EPEK DARI ADEGAN LAYANGAN LEWONG
Penulis : Airi Cha
Pengojek Hati
0946.060122
***
*Lewong~Lambai/Putus
*Bedangkik~Pelit kali
*Paok~Bodoh, bloon
*Ombus-ombus~Kue dari tepung beras campur kelapa dibungkus daun pisang
*Lemet~Kue terbuat dari ubi/gula jawa dibungkus daun pisang
*Ubi~Singkong
*Pajak monja Melati~Pasar jual beli pakaian bekas di jalan melati
*Layangan Senget~Layangan yang terbangnya nungkik/mereng
*Senget~Mereng/Gila