RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Kamis, 19 Mei 2016

Kumpulan Puisi Topan Kejora - LETIH



LETIH


takzir manusiawi
menuju lunglai sendiri
gamang melindas ingatan
retung sudah percakapan
selain kalimat ganjil
itu pun menyempil

seperti gerakan bayi
pada tubuh sepi
pikirannya sendiri
terbaring tubuh lesi

tiba di tikungan
mesti ada batasan
memaksa siuman
pada giliranmu
atau giliranku
boleh jadi baik
mungkin juga buruk.

----------------------------
SINGKAWANG, MEI 2016.





PADA BUAIAN


selenggang tembang lelap menjuntai
tuah kesendirian bening dan hening
buatmu aman dan tersembunyi
dari suara-suara yang meruncing
tatkala matahari telahpun menggelincir, damai
melarut dalam kerlipan gemintang

mungkin jiwamu bermukim di nirwana
berbulir igau gemerincing dan nyala
sedang kau terlalu rapuh pada sengketa fana
hingga ketakjubanku tiada siapa mengira
selain gumam tertawan di kerongkongan
sambil kupupuri risaumu seluas perasaan

aduhai nun, cuaca kian membeludak
serupa kalimat sesak orang yang terdesak
kemudian bergetar melawan isak
dan bersimpuh dalam keluh, tanpa jarak.

-------------------------------------------------
Singkawang, Mei 2016.




PERANG TANDING


Ini arena, ada kecemasan dan harapan. Bumi
yang bulat, tidak lonjong. Lebar, tidak seperti
daun kelor. Tempat dimana kita mengilhami
mimpi dengan kepandaian membaca. Inti
sebelum bermimpi: dan bacalah! Boleh jadi
itulah pusaka tak ternilai harganya. Membaca
sedari belia hingga renta, usah terlena. Saya
seperti anda. Lain tiada.

Ini area tempat kita saling terpa. Boleh jadi
ladang puja dan puji, atau caci maki. Meliputi
gravitasi suasana hati. Dari cinta jadi benci
hingga tampaklah fana belaka. Semua indra
adalah pelakunya, saksinya detak di rongga
dada yang memompa udara. Saya mengira
seperti anda, menerima dan menyedekahi
apa pun itu walau rancu, sepenuh hati.
Sebelum mati.

-------------------------------
Singkawang, Mei 2016.




PEMULUNG


Mereka sisa puisi kita juga. Di luar
cangkang. Siang malam banting tulang
dan tiap letih berkunjung, mereka berkelakar

menghibur lapar, bermain teka-teki silang.
Soal dan jawabannya bebas. Dia jawab
lugas. Misalnya, irama apa yang orang
sering dengar jika lapar? Dia jawab:
keroncongan! Lapar pun menggelinjang
terbahak tanpa alang kepalang.

Mereka sebait pantun usang. Kau tahu
itu. Peduli takbiran atau malam mendengkur
kais menyertai hingga gelap luntur
selalu bertilas. Dari kita.

-------------------------------
Singkawang, Mei 2016.





SAPU LIDI

Sapu lidi menyatu tak pernah rikuh.
Bila sendiri jadi kesendirian yang rapuh.
Menyebat sekedar menambatkan pesan
serba-serbi hingga menjadi alasan pelajaran.

Sapu lidi berdepan dengan berbagai zaman.
Sapu lidi penyatuan hingga lapuk kesetiaan.
Laksana gajah mada dalam janji bakti
hingga dalam gerak kauyakini dirimu sapu lidi.

---------------------------------------------
Singkawang, Mei 2016.

1 komentar:

  1. Terima kasih mas untuk apresiasi ini. Salam kompak selalu dan semoga Allah SWT membalas budi baikmu. Aamiin...

    BalasHapus