RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Senin, 02 Mei 2016

Kumpulan Puisi Urs Meliala - BIAR


Biar


Biarkan saja arak-arakan awan, yang sesekali usil halangi hangat mentari untuk mengeringkan 'syal' ungu yang kau jemur pagi tadi
Bukankah bayu setulus hati memeras 'basahnya' sembari menyapa pucuk perdu
Atau.....
Cukupkan saja reranting kering, untuk panaskan malammu ketika bisikan bintang terlalu dingin

FnNf.30-04-2016





Aihh


Se(mata) kayu dimakan kutu
Belalak tersayu kepul ragu-ragu
Bersapa lucu senasip memilu
Mengira majas tak tentu tuju
Katamu puisi, kok mati pikir
Katamu diksi, kok makna diusir
Padahal guyon,
Dan kelakar angan
Jubahmu kebesaran, kawan

NtahLah
‪#‎ngacoajalah‬





Cawan imagi presisi


Ego berbaju ungu
Harap berkilau dirajut rutuk asa
Gapai yang tersisih, diladeni topeng-topeng syair
Merangkai apalah, diserpihan sudah-sudah

Warna saja berapa? Jangan mengapa
Netra, aksara dan basinya kata
Boleh diadon dibilik maya
Atau abaikan, tak mengapa

Maaf harus erat didekap
Bukan musuh yang membakar sampah
Barangkali rumbai membelukar dada
Titah imagi rindu presisi

FnNf.26-04-2016




Bercak


Gigil sebab embun pagi lalu masih hadirkan gemetar pada jemariku, hingga tumpahkan sebagian kopiku
Meskipun segera berpindah keselembar tisu, bercaknya masih berpola sesal disudut altarku

FnNf.04-05-2016




Lima Menit


Ingin merampas rimah-rimah, dari detik tak terbatas
Isi kepala dan pompa dada, melintang dibatas terang
Jeda tertimang berlarut, rekatkan kalut diarloji sahut
Pada malu kuturut, hingga waktu sisa lutut

FnNf.12-05-2016




Sekarat

Bocah tak berbaju, menyandang syal usang
Adalah secarik titipan mencari jalan
Pada ketika datang, mengabarkan terang
Telah tertinggal siklus putaran

Bukan bermaksud memulangkan
Terlebih turut kemelut impian
Tak lebih harap rinai pengertian
Untuk membasuh debu perjalanan

Syal itu syukur sahaja, selimutnya diganas alam
Bagimu adalah tak seberapa, beludru jingga diatas pualam
Diterik ini ia kedinginan
Hukum wajib kau pertanyakan

Mengusirmu dari sini, kematiannya
Sekaratnya kini, bukan menyo'al takdir

FnNf.15-05-2016





Hahh


Aku tak pernah memanggil-manggil petisi itu
Atau sebenarnya iapun tak pernah sembunyi, hanya sedikit menepi
Kau pun pasti tau dimana ia kini
Ya, pastilah dalam hati
Lalu, bisakah kau bayangkan, bagaimana ia kini
Tidak, pastinya cuma seperti standart hayal pikirmu
Kemudian, masihkah cibir jadi toga mu
Hingga angkuh adalah ketokan palu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar