Sabtu, 02 Januari 2016
Kumpulan Puisi Urs Meliala - LEMBARAN
LEMBARAN
Selembar goresan usang dari pagi lalu
Pernah menjadi tumpu dan peta cita-cita
Bahkan nyawa kedua teriring masa
Hingga terpuja dan skala ribuan warna
Selembar goresan usang dari pagi lalu
Terus di eja seluruh indera
Walau aksara pada gulita dan antara
Menjadi mantra lelapkan cerca
Selembar goresan usang dari pagi lalu
Kian lusuh di remas waktu
Meski bait-bait nya sudah melekat
Bahkan terpahat di ruang keramat
Selembar goresan usang dari pagi lalu
Diterbangkan oleh keharusan
Dan di hempaskan karena kebisuan
Agar berlanjut tahap tulisan
Lembaran siang jelang sore ini
Pun inspirasi goresan pagi
Meski tempat nya di lain laci
Kedua nya abadi hingga akhir hari
FnNf..31/12/2015
Sang Bambu
Mari teman disini ada ku
Akar,batang dan dedaunan ini umpama ku
Ada ku pun terkadang kesengaja'an
Kala bumi rentan dan dikma aturan
Bayu adalah teman sejati ku
Sa'at berdendang seirama waktu
Sa'at berbisik di alunan syahdu
Bilah-bilah ku jua kesahaja'an jika anyam mu ber etika
Mari bawa semua yang ada pada mu
Sebab terkadang sangar rerumpunan ku
Dan debu kulitku pun mampu melukai mu
Ingat lah aku bukan si perdu
Naunganku riskan akan hadir mu
Sebab tunas kian menggebu
Untuk padati ruang-ruang berperindu
FnNf,,06/01/2015
A ku
Lho,,tinta ini yang hilang warna
Atau ujung pena yang mulai tumpul
Bukan kah kertas ini baru
Meski kemarin terlupa ada disitu
Mengapa huruf A ku terasa asing
Lalu B hingga Z pun seperti itu
Apakah karena meja yang usang
Atau menulisku yang kaku
Seperti nya begitu tapi biar lah
Mungkin esok kan kubeli buku yang laku
FnNf,,10/01/2016
Sesal
Hey,,, aku tau tempat naung mu itu rindang,,,
Tapi ranting kering ini esok kan kau cari
Bahkan mungkin kau beli dengan menjual guci
Sebab dingin adalah selimut kemarau ini
Tahu kah engkau kabar pagi tadi
Yang semua orang akan menangisi diri
Sebab bekal tertinggal di puncak bukit kini
Dan mereka sibuk pura-pura lara
Kenapa,,mengapa,,adalah sesal
Untuk lalai bukan bodoh mu
FnNf..21/01/2016
Sesal
Bentang sutra ungu mu
Pada pagi lalu
Ternyata niscaya tak bertepi
Meski senja merambat kini
Hijau dan labil alasanku
Hingga sesal tiada ujung
Meski bahu patah kaki tersandung
Tiada masa mengamini
Itulah lelap sa'at sadarku
Diranjang angan-angan
Dibalik selimut dadu harapku
Hingga datangku kian perlahan
Siang menuju petang
Engkau telah di seberang
Dengan selendang yang benderang
Tegaskan aku pantang
#FanaNyata
NyataFana#
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar