RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Selasa, 12 Juli 2016

Kumpulan Puisi Dan Cerpen Rianey - DEBU DAN NAFASKU


Debu dan Nafasku


Deru mesin truk, yang melewati jalanan kerikil, membawa debu-debu itu beterbangan. Menyebar dengan cepat terbawa hembusan angin di siang yang terik itu. Hingga kuhirup menjalar masuk ke rongga pernapasanku. Uh! Pengap Nak!

Bersama dua anakku, kulewati tempat penimbunan kerikil dan pasir di tepian sungai itu. Angkot yang kutunggu tak jua datang, sementara terik siang begitu memanggang. Istriku tercinta, masih menunggui sang ibu terbaring lemah di rumah sakit. Kuputuskan untuk membawa pulang kedua anakku, karena pikiran awamku, rumah sakit bukan tempat yang bagus untuk anak-anak yang sehat.

Kususuri jalanan yang berdebu dengan menggendong Arman sambil terus menjawab pertanyaan lugu, yang dilontarkan si sulung Airin yang berusia empat tahunan.

"Ayah..! apa yang dibawanya?" sambil menunjuk truk yang berada di depan kami.

"Itu pasir dan kerikil Nak!" jawabku kepada Airin.

"Untuk apa kerikil dan pasir itu Ayah?" tanyanya lagi.

"Untuk buat rumah, jalan, jembatan, tak hanya itu, banyak lagi gunanya sayang" jawabku menjelaskan.

"Wah!...seperti gunung ya Ayah timbunan kerikil dan pasirnya" begitu antusias Airin melihat tumpukkan yang menggunung di seberang jalan itu.

"Iya Airin" jawabku sambil mengangguk, pandanganku serta merta mengikuti jemari mungil Airin menunjuk gunungan kerikil dan pasir. Pandanganku terhenti, pada tebalnya debu yang menempel di atap-atap rumah dan daun pepohonan sekitar penambangan.

Belum lagi kerusakan lingkungan air sungai dan polusi udara yang ditimbulkan. Orang seawam aku, tak layak bertanya apakah penambangan itu memiliki izin?

Aku menahan nafas, tiba-tiba truk di depan kami berjalan. Seketika sekitarku udara begitu pengap, debu menyebar cepat. Kututup wajah Arman dengan tangan sebelah kiriku. Sambil memerintahkan Airin untuk melakukan hal yang sama.

21:45 wib
020716





Mainanku


Kata ayahku yang asli Makasar, nama mainan ini adalah Pandede. Mainan ini buatan ayahku, yang rodanya dari sandal jepit bekas, dibentuk sedemikian rupa, lalu diberi kayu dengan panjang beberapa centi, dengan mendorong ujung kayu itulah, pandede dapat bergerak kesana kemari.

Ayahku memang hebat, beberapa waktu lalu juga, saat di sekolah teman-temanku memamerkan mainan mobil remote controlnya. Sepulang dari sekolah, hal itu aku ceritakan kepada ayah. Lalu ayah mengajakku mengambil jeruk bali di kebun belakang. Ia mengajariku membuat mobil-mobilan dengan kulit jeruk bali.
Memberinya tali, untuk menariknya agar mobil dari kulit jeruk itu dapat berjalan.

Aku sadar, ayah yang bekerja sebagai buruh kasar itu, tak mungkin membelikanku mainan mahal. Tapi, dengan kehebatan ayahku, beliau dapat menyulap apa yang orang sangka tak terpakai, menjadikan mainan untukku.

Ayah, mungkin hari ini aku hanya bisa merengek, menyusahkanmu dengan banyaknya keinginan. Tapi, suatu hari nanti, aku akan menyulap mobil dari kulit jeruk itu, menjadi mobil balap yang berlari kencang buah dari bimbingan tanganmu. Aamiin.

‪#‎untuk‬ seluruh ayah hebat di seluruh dunia.
Semoga sehat senantiasa...😊
17:11 wib
120716

Tidak ada komentar:

Posting Komentar