Selasa, 12 Juli 2016
Kumpulan Pusi Ade Saputra Sunankaligandu - MENANTI ELEGI ESOK PAGI
♡ MENANTI ELEGI ESOK PAGI ♡
Adalah cinta
Yang menyapa dalam gulita
Yang memeluk mesra dengan rasa
Curahkan segenap asa dalam lorong hampa
Dalam bait puisi-puisi janji
Adalah napas bayang kelam
Mimpi-mimpi kian ditikam
Dalam semu eja illusi
Kemas saja puing-puing dilema
Benamkan ke dasar samudera
Lalu terbang bersama angin utara
Hinggaplah pada jiwa membara
Meski temaram
Ada jua nyala lentera
Meski esok sudah tak guna
Sebab siang kan gantikan malam
#DewaBumiRaflesia_01_07_16
♡ BULIR EMBUN PADA SEKUNTUM KUNCUP ♡
Ku semai embun di malam buta
Pada kuntum bunga milik dewa pujangga
Ketika kuncupnya tanpa syair buai lena
Reguk saja bulir embun penawar dahaga
Desir angin goyahkan resah
Sedangkan dahan kian rapuh
Lenggoknyapun nyaris patah
Suatu tanda pohon lemah
Bentangkan saja kelambu kalbu
Halau bayu nan tiba merayu
Agar kuntum tak jadi layu
Lalu sirna dihembus bayu
Ku titipkan pada malam rupawan
Jaga mahkota bunga tetap sempurna
Agar ku petik di taman senja
Ketika mekarnya indah menawan
#DewaBumiRaflesia_28_06_16
♡ UNTUKMU ♡
Engkau....
Yang terus menari di setiap sudut sorot mataku
Seperti tak lelah ku eja tiap untai katamu
Hingga jiwa ini kian dahaga
Akan tetes embun penyejuk asa
Engkau...
Jangan biarkan ada lagi ragu jadi benalu
Entah tentang apapun itu
Sebab semua telah ku saji
Pada secawan sari pati hati
Biarkan, cerita ini sepi
Tapi riuh dalam gemuruh sanubari
Menggema dalam lorong gulita
Laksana kumandang takbir dihari raya
#DewaBumiRaflesia_07_07_16
♡ DI UJUNG MALAM ♡
Malam...
Dalam sepimu masih setia ku temani
Ku tak perduli seberapa lama waktu ku lalui
Detik demi detik ku biarkan beranjak pergi
Ku biarkan tiada mimpi malam ini
Malam
Andai sejenak saja ku bisa lena
Di atas tilam yang ku renda
Dengan tetes peluh dan air mata
Entah mengapa aku tak bisa
Malam...
Rembulan yang kau gantung di langit jingga
Telah ku lukis dengan aneka warna
Binarnya yang jatuh di beranda
Meski temaram, namun nyaris purnama
Malam
Apakah aku salah
Bila rembulan yang dulu separuh
Lalu ku lukis dengan segenap asa
Kini ia nyaris purnama
Malam
Gulitamu kan beranjak sirna
Aku masih berdiri perkasa
Menuju elegi pagi
Merenda nyata, bukan mimpi
#DewaBumiRaflesia_09_07_16
♡ REMBULANKU ♡
Aku terperangkap di langit jingga
Mengepak sayap-sayap patah
Ketika gerimis mengais tanah
Didera awan yang kian gulita
Ketika hujan telah reda
Rembulanpun berseri kembali
Taburkan rerona cahaya purnama
Binarnya indah menawan hati
Aku tak ingin pergi
Biarkan aku di sini
Bercengkerama dengan angin mamiri
Aromanya semerbak wangi kasturi
Sementara, terbangku kian meninggi
Mencari arti deretan mimpi
Hantarkan asa pada nyata
Agar dilema tak lagi direnda
Biarkan, ku rengkuh rembulanku
Kan ku benamkan di dadaku
Usah lagi ada benalu
Apalagi hendak kau ganggu
#DewaBumiRaflesia_11_07_16
♡ SALAM PAGI ♡
Masih jua tersisa
Serpihan gulana
Meski telah ku benam
Dalam lelap tadi malam
Diri ini telah ku cuci
Dengan dingin embun pagi
Namun tak jua luntur
Resah yang membentur
Ku coba sapa mentari pagi
Seperti kicau burung kenari
Agar pagiku terasa indah
Tak ingin pagiku gundah
Entah mengapa
Angkara enggan sirna
Pada remah guratan aksara
Yang sempat mengusik netra
Biarlah, lupakan saja
Agar jiwa tak terdera
Sebab mentari masih pagi
Kan ku nikmati elegi hari ini
#DewaBumiRaflesia_14_07_16
♡ PELANGI DI CAKRAWALA SENJA ♡
Rerona raut rupa
Umpama pelangi di ujung senja
Kamuflase buah karya bias cahaya
Cuma hiasan mayapada seketika
Entah, dari sudut netra mana
Kau lempar buah selayang pandang
Sebab, pesonanya tak kan sama
Sejauh mana kau ukur baying
Usah jadikan sebab, cinta atau angkara
Ketika pelangi taburkan pesona
Karena pelangi akan mati
Ketika mentari beranjak pergi
Aku adalah rupa fana
Beri arti cinta sepenuh jiwa
Hapus derai tangis di pelipis
Di figura nyata kan kulukis
#DewaBumiRaflesia_15_07_16
♡ DAWAI MALAM ♡
Dawai malam, lembut dipetik angin
Kidungnya merayapi dinding kelam
Suhu raga terbungkus dingin
Sedangkan bara rasa tak jua padam
Kususuri tapak telapak malam
Teramat jauh tuk kutempuh
Lalui lembah ngarai, tebing curam
Namun langkah terus kukayuh
Masih, kumeronta dalam penjara jiwa
Mimpipun turut disandera
Dalam jeruji kastil sepi
Meratap hati di balik tembok elegy
Coba kukais remah rindu
Yang tertinggal pada syair pilu
Yang tersisa pada sekuntum bunga
Yang terpancar pada cahaya purnama
Di mana, kurebahkan raga renta
Sebab tembikar masih direnda
Biarlah, kucoba pejamkan netra
Meski bisik berisik ganggu telinga
Di sini
Bertilam illusi
Mencari arti pada berjuta tanya
Meski samar bayang nyata
#DewaBumiRaflesia_15_07_16
Celoteh Senja
Adakah menjadi naif bila mentari enggan selimutkan cahaya pada bulan?
Sedang rindu padamu bukanlah yang terlarang
Tanyakan pada hening malam
bahwa rasa yang tenggelam pada semudera pesonamu
Adalah asa yang tak pernah pupus
#Dewa_Bumi_Raflesia
♡ MERPATI DI RIMBA PURBA LARA ♡
Duhai gerimis manis
Ku sangka malam ini purnama
Ternyata hujan datang menyapa
Girisnya bersama ringis tangis
Duhai angin mamiri
Coba tanya sang merpati
Mengapa tak jua lelah
Mengepak sayap-sayap patah
Katakan padanya, sudahlah
Mengais serpihan puing-puing arca
Di lorong gulita kastil purba lara
Sebab, kan gali pusara gundah
Duhai sang merpati hati
Usah lagi hendak direnda
Jejak telapak yang tersisa
Terbang saja ke taman kasturi
Ada aku disini
Berdiri genggam embun pagi
Tuk sirami elegi pagi
Merajut berjuta mimpi
#DewaBumiRaflesia_17_07_16
♡MENANTI ANGIN MAMIRI♡
Wahai angin
Aku rindu bisikmu di hening malam
Lembut semilirmu menyapa daun
Hingga terpana rasa dalam diam
Ketika kidung sunyi menjala gulita
Jiwa-jiwa mulai dilena mimpi
Sedang aku masih terpaku di beranda
Menanti sapa angin mamiri
Dinding malam dirambat pekat
Lolong jangkrik lirih menyayat
Berkelahi hati di rimba kelana
Ketika asa didera karsa
Akan ku petik badai
Lalu, ku kubur dalam pusara
Agar tiada daun nan terberai
Hingga ku semai embun di malam buta
Wahai angin
Dendangkanlah kidung penawar sepi
Agar ranting turut menari
Hingga bunga melenggok anggun
Wahai angin mamiri
Sapa aku nan tegar menanti
Bersama malam meski sepi
Menghitung bulir-bulir mimpi
#DewaBumiRaflesia_12_07_16
♡ PESONA PURNAMA ♡
Ah, selalu saja begitu
Taburkan cahaya sesaat saja
Lalu sirna ditelan gulita
Hilang musnah digilas waktu
Masih jua
Tak jemu kumencari
Mengais mega-mega
Hingga ke puncak langit alibi
Coba kau lihat tanpa kaca mata
Redup redam Cahaya lentera kaca
Di atas biduk, di tengah samudera
Meski goyah, tetap menyala
#DewaBumiRaflesia_25_07_16
♡ USAH TANYA TENTANG CINTA, USAH RAGU TENTANG RINDU ♡
Mengapa tak kau tanya
Pada bayu yang berlalu
Mengapa ia tak lelah jua
Menyapu bulir-bulir debu
Mengapa tak kau tanya
Pada ombak yang bergulir
Mengapa ia tak lelah jua
Menyisir butir-butir pasir
Mengapa ada tanya
Tentang cinta yang kupunya
Andai engkau tahu
Rindu ini kian menggebu
Cinta ini akan sirna
Bila angin tak lagi menyapa
Rindupun turut usai
Bila ombak enggan ke pantai
#DewaBumiRaflesia_30_07_16
♡ASMARA DI TAMAN CINTA ♡
Mentaripun tersipu malu
Bergegas pergi tuk sembunyi
Ataukah memang iri
Saksikan kita yang tengah bercumbu
Di ujung senja yang nyaris hilang
Terpojok cinta kita di taman bunga
Mengumbar canda riang
Aroma bunga-bunga rindu semerbak menyapa
Biarkan, mentari mengintip di balik bukit
Rindang pohon jadikan sekat
Agar ia tak umbar saembara
Tuk pisahkan asmara kita
#DewaBumiRaflesia_28_07_16
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar