Sabtu, 07 April 2018
Kumpulan Puisi Yuliza Yuna - NANTI
Dusta seorang ibu.
Melihat anak anak tumbuh membuatku ingat masa kecil. Saat ada orang tua temanku yang terang terangan didepan kami mengatakan bahwa ia sangat senang bila guru memukul anaknya jika mereka salah. Saat itu aku berfikir pasti temanku itu punya ibu tiri. Betapa mengerikannya itu. Namun setelah dewasa aku baru mengerti bahwa itu salah satu kebohongan seorang ibu. Seorang ibu takkan rela anaknya disakiti meski hanya seujung jari. Jadi bila ia mengatakan rela anaknya untuk disakiti itu artinya ia sangat percaya kepada orang yang menyakiti anaknya. Karena ia yakin dalam rasa sakit yang mereka terima pasti ada cinta yang besar didalamnya. Aku guru dan sering mendengar kebohongan manis para ibu ibu seperti itu. Dan mereka benar- benar seorang ibu, bukan monster seperti pemikiranku saat kecil dulu.
Nanti
Kau bilang lihat saja nanti.
Nanti...
Inikah nanti yang kau sebut itu?
Nanti mu ternyata tak sebentar kawan.
Menunggumu butuh hati yang sabar.
Setelah sekian lama di nantimu kita bisa bertemu.
Dan ini balasanmu?
Baru sejenak aku diam dan kau bilang aku sombong?
Kemana saja perhatianmu saat aku butuh didengar?
Argh, siapa sebenarnya yang sedang kau kasihani?
Aku atau dirimu sendiri?
Yuliza yuna
Medan. 5 april 2018
-------------------------
Anak-anak tak pernah salah.
orang sekitarnyalah yang membuat mereka berlaku salah.
Anak-anak tak pernah salah.
Mereka tak punya pilihan untuk lahir dari perut perempuan mana.
Bahkan anak-anak itu tak minta dilahirkan.
maka saat mereka lahir tak pantas untuk disia-siakan.
Yuliza yuna
Medan 4 april 2018
Add
Melihat permintaan pertemananmu di sini, aku hanya bisa tersenyum kawan.
Menurutku kau itu menakutkan.
Aku kenal kau seperti kau juga mengenalku. Yang aku tahu kau pejuang tangguh, bila kau menginginkan sesuatu kau tak bisa menahan egomu.
Aku takut bila kita kembali bertemu, kau akan jadikan aku targetmu seperti dulu.
Maaf, bila kau kecewa dengan sikapku, aku telah mempersiapkan diri untuk itu.
Bila sulit tuk membenciku, aku mohon lupakanlah aku.
Yuliza yuna
Medan 4 april 2018
Luka-luka ku
Aku tahu,tapi pura-pura tak tahu.
Aku sadar,namun memilih untuk tidak sadar. Bahwa terkadang luka-luka yang kurasakan bukan berasal dari musuh yang menghadangku,
tapi dari sahabat yang memelukku.
Yuliza yuna
Medan, 4 april 2018
Sukma, aku merayumu
Sukma, aku merayumu, bukan dengan bait-bait puisi yang teruntai indah.
Sukma, aku yang merayumu dengan lantunan ayat-ayat Al qur-an ku.
Sukma, aku merayumu tak lagi dengan lagu-lagu merdu bak buluh perindu seperti mau mu.
Sukma, aku akan merayumu dengan suara adzan yang kukumandangkan dengan lantang .
Sukma aku akan tetap merayumu.
Hingga rambut dikepalamu berubah warna abu-abu.
Yuliza yuna
Medan, 3 april 2018
Dia
Dia
Dia orang yang kukenal tak banyak bicara.
Dia yang pagi hingga malamnya dihabiskan tuk bekerja, memeras keringat, membanting tulang.
namun tak sekalipun ia lepas berdoa.
Pantaskah orang sepertinya kau sakiti?
Haruskah ia memeras hati?
Terluka.
Hatinya yang bening kini terluka.
Berdarah.
Sanggupkah kau melihatnya seperti itu?
Dimana nuranimu?
Dia bahkan tersungkur didepanmu memohon maaf atas segala yang...
Akh, kau juga tahu segala sesuatu yang bahkan tak pernah ia lakukan.
Demi apa?
Demi memuaskan keegoanmu.
Bedebah.
Apa gunanya ia mengalah pada ular sepertimu?
Bermuka dua tak tahu malu.
Yuliza yuna
Tanjungbalai. 2 april 2018
Diam
Aku bukan dia yang mampu bicara lantang di depanmu.
Aku itu gagu bila bicara padamu.
Aku juga bukan dia yang lincah dalam menyusun kata-kata.
Aku hanya diam dengan seribu makna.
Bicaraku tak sebanyak dia.
Aku hanya tahu satu-satu kata.
Aku bahkan bukan dia yang bisa tampil layaknya dua raga satu jiwa denganmu.
Kau juga tahu sosokku padamu itu sekedar bayang-bayang kala hari beranjak terang.
Pilihlah yang mana kau suka.
Meski aku atau pun dia takkan pernah sama.
Terserahmu memilih siapa.
Aku hanya ingin kau berani menerima kenyataan yang ada didepan mata.
Selama pilihanmu itu dia, kehilanganku pasti bisa kau terima dengan lapang dada.
Tanjungbalai, 29 maret 2018
Yuliza yuna
Liar
Malam ini aq meneguk racun, meski pahit namun ku berusaha tenang saat menyesapnya. Ya, ini salahku mempercayaimu.
Percaya bahwa setiap tetes racun yang kau beri padaku itu madu.
Akh, sudahlah.
Jangan lagi kau bermuram durja begitu.
Tak ada yang akan mempersalahkanmu.
Eh ya, masalahnya iya.
Ini bukan salahmu,tak ada yang patut disalahkan kecuali aku.
Jadi tak perlu kau berpura-pura begitu.
Seolah kaulah yang paling menyesali keputusanku.
Tanjungbalai, 29 maret 2018
Yuliza yuna
Kedua
Menjadi yang kedua, apa kau tahu rasanya?
Bukan hanya sekali.
Ini sudah tuk kesekian kali.
Menjadi yang kedua.
Bila ini tentang pilihan, kenapa harus yang kedua?
Terlalu tamakkah untukku menjadi yang pertama?
Tanjungbalai, 29 maret 2018
Yuliza yuna
Menang?
Ini tentang sebuah kebebasan.
Kebebasan akan kukungan aturan.
Ternyata ia hina dimata sang pemenang. Baginya itu hanyalah sebuah settingan yang ditutupi oleh kepura-puraan.
Sedangkan untukku yang haus akan kemenangan, ia hanyalah sang kijang.
Sang kijang yang bergerak jalang.
Yang kukira mampu untuk ku takhlukkan.
Tanjungbalai, 29 maret 2018
Yuliza yuna
Momen
Mengapa saat kau menangis air mataku yang jatuh?
Sembilu menyayat hati seolah tak ingin pergi.
Kau harus tanpak meyakinkan, kau harus tanpak tak berperasaan.
Tersenyum dengan kejam, tertawa tanpa beban.
Mengapa saat kau terluka hatiku lah yang merasakan sakitnya?
Terpuruk dalam gelapnya prasangka.
Perih saat cintamu hanyalah sebuah dosa untuknya.
Serupa jelanga yang berharap tanpak berkilau di langit nan gulita.
Yuliza yuna
Medan, 27 maret 2018
-Pukul anakku bu-
Pukul anakku bu...
Pukul ia sekeras yang kau mampu
Pukul anakku bu...
Tak usah kau meng indahkan diriku
Aku ibu nya memberi izin padamu
Biarlah temannya berfikir negatif terhadapku
Pukul anakku bu...
Satu langkah kakinya menghampirimu, ia ada dibawah kewenanganmu.
Pukul anakku bu...
Meski ucapanku cukup mengerikan ditelingamu.
Biarkan jiwa nya mendewasa dengan pukulan rotanmu.
Pukul anakku bu...
Dirumah aku takkan mampu melakukan itu.
Pukul anakku bu...
Biarlah aku yang membalut luka dikakinya dan meredakan luka dihatinya.
Kau juga seorang ibu, kau pasti tahu posisiku.
Aku seorang ibu dan aku percaya pada setiap sakit yang kau berikan itu ada cinta yang terselip untuk kebaikan anakku.
Tanjungbalai.
Yuliza yuna
10 april 2018
-Pelayan-
Tak apa bila kau menjadikan pelayanmu sebagai sahabatmu.
Tapi tidak sebaliknya.
Sahabat adalah seseorang yang berjalan tepat disampingmu untuk mensupport setiap langkahmu, bukan seseorang yang selalu ada untuk membantumu.
Bila kau berharap seperti itu, lebih baik kau tambah saja pelayan dirumahmu dan jadikan mereka sahabatmu, mungkin mereka lebih loyal terhadapmu.
Yuliza yuna
Tanjungbalai 10 april 2018
Pesan kematian
Hanya tubuh yang bergerak.
Seolah hidup dengan baik.
Seperti topeng yang menutupi jiwa yang sudah lama mati.
Membusuk oleh hinaan yang terus saja datang.
Lupa
Kapan terakhir kali merasa hidup.
Merasakan cinta dan perasaan yang mendalam.
Semua rasa telah mati untuk sekian lama.
Hingga tak ada lagi yang tersisa kecuali seonggok tubuh tanpa jiwa.
Yuliza yuna
Tanjunh balai.
10 april 2018
Lelah
Detik
Maafkan aku yang terluka.
Kesendirian telah membuatku cukup lelah.
Lelah untuk terus berpura-pura.
Hidup pura-pura seakan hidupku baik-baik saja.
Menit
Maafkan aku yang merasa tersakiti.
Dengan semua yang telah aku alami.
Perlakuan buruk dan terhina.
Aku benar-benar muak.
Jam
Maafkan aku yang ingin menyerah.
Seolah hari esok akan lebih buruk untukku.
Tak ada cerah ataupun melody yang indah.
Semua hanyalah mimpi buruk yang terus saja menghantuiku.
Hari
Maaf untuk setiap usaha yang terbuang percuma.
Setiap air mata yang menetes.
Aku tak sanggup bertahan.
Aku tersia-sia mengharap diampuni.
Bila pilihanku ini sulit tuk dipahami.
Yuliza yuna
11 april 2018.
Tanjung balai
Hey yah
Hey yah
Adakah yang akan mengingatku seperti aku mengingat setiap detik kesepianku?
Adakah, adakah, adakah yang seperti itu?
Hey yah
Adakah yang memanggilku bila ku berpaling?
Adakah yang akan terus menangis atas pilihanku?
Hey yah
Aku terbelenggu oleh kesendirian.
Tanpa ada satu tangan yang meraihku.
Tolonglah, maafkan aku yang merasa terpuruk.
Aku hanya lelah yang teramat dalam.
Yuliza yuna
11 april 2018
Tanjung balai
Pagi.
Pagi
Aku pergi
Sendiri
Membawa lelah hati
Aku akan segera dilupakan
Berubah jadi ingatan yang perlahan menghilang
Yuliza yuna
11 april 2018
-warning-
Hai kau!
Manusia dengan hari-hari penuh galau.
jangan lagi kau tulis sesuatu yang ada dihatimu disini.
Jangan!
Apa kau sudah yakin dengan tulisan yang kau tulis itu?
Apa kau yakin tak satupun yang mengenal tulisanmu itu?
Jangan!
Jangan sampai mereka membacanya dan berfikir kau sedang melakukan perbuatan hina.
Menghina dan mengorek luka mereka.
Diamlah dalam-dalam.
Berfikirlah dalam diam.
Disini tempat untuk merekatkan hubungan yang jauh.
Bukan sebaliknya.
Meretakkan hubungan yang seharusnya bisa terjalin erat didunia nyata.
Yuliza yuna
Medan,15 april 2018.
-sepi-
Kudekatkan telingaku ke bumi.
Berharap pasir membisikkan kabarmu hari ini.
Terakhir kita bertemu kau bilang aku tak lebih dari seorang pecundang.
baiklah, aku akui itu.
Saat itu aku merasa tanpamu pun aku masih bisa hidup.
Bagiku hidup cuma butuh makan, tak ada kamu takkan membuatku mati.
Tapi itu dulu sebelum hidupku seperti ini.
Sepi, tanpamu aku merasa sendiri.
Keberadaanmu kian berarti setelah kau beranjak pergi dan tak pernah kembali.
Yuliza yuna
Medan,15 april 2018
-Tertipu-
Menurutku salah satu kesalahan terbesar dalam hidup adalah mudah percaya pada orang yang bersikap baik.
Kekurangan yang sulit untuk dihilangkan adalah mudah simpati pada orang yang dekat dalam kehidupan.
Hingga terkadang membuatku demikian mudahnya dibodohi oleh orang-orang yang awalnya ku percaya.
Efeknya berulang kali aku terjerumus ke lembah kekecewaan,rasa sakit dihati hingga penyesalan yang berujung pada keterpurukan.
Namun anehnya setiap kali jatuh, setiap kali kecewa, setiap kali sakit hati, bahkan setiap kali menyesal dan terpuruk, aku bangkit dan melakukan hal yang sama juga berulang kali. Kata ibuku, "nak,keledai saja tidak jatuh dilubang yang sama untuk kedua kalinya,tapi lihat kau,kau jatuh berulang kali di lobang yang serupa".
aku hanya bisa terdiam.
Yuliza yuna
Medan, 13 april 2018
-Janji-
Mantra-mantra pengusir sepi.
Luka-luka yang tak kunjung terobati.
Dibalik suara-suara menarik simpati.
Ada perut kosong tak pernah penuh terisi.
Nanti, bila itu suatu hari.
Akan datang masa mu untuk pergi.
Pun untuk kembali.
Sesuai janji yang harus kau tepati.
Pada tanah yang kau tapaki.
Yuliza yuna
Medan,17 april 2018
-aku tak tahu-
Aku tak tahu.
Sebegitu menyenangkannya menari diatas penderitaan orang lain.
Aku tak tahu.
Sebegitu membahagiakannya mengolok-olok kekurangan orang lain.
Aku tak tahu.
Pantaskah mereka 'tuk diberi tahu.
Yuliza yuna
Medan. 17 april 2018
-balada senyap-
Diam
Bisu
Diam-diam
Bisu-bisu bisu
Diam-diam diam bisu
Bisu-bisu bisu diam-diam
Lalu benci
Lalu benci sekali
Lalu benci-benci sekali
Lau benci hingga ke ulu hati
Mati-mati mati
Mati hingga berulang kali
Mati-mati tak kunjung berhenti.
Diam bisu benci lalu mati sendiri.
Yuliza yuna.
Medan,20 april 2018.
-Orang-orang biasa-
Belajarlah dari mereka.
Orang-orang biasa.
Orang-orang yang melakukan hal-hal yang sebenarnya cukup sederhana.
Namun tanpak luar biasa.
Bagi mereka yang mulai tertutup mata hatinya.
Tak lagi punya empati pada sesama.
Yuliza yuna
Medan 20 april 2018
-benci-
Pernahkah kau dipaksa mencintai hal yang sebenarnya kau benci?
Benci hingga berharap untuk lekas mati.
Itu yang kurasakan saat dipaksa untuk mencintainya.
Aku tak bisa, aku tak kuasa.
Aku lelah berpura-pura terbiasa.
Dengannya aku berharap tak bernyawa.
Yuliza yuna
Medan.20 april 2018
-bumi-
hei, bumi bangunlah sayang.
jangan merajuk, jangan marah.
bumi, terima saja nasibmu yang selalu di bully.
biarkan mereka tertawa.
mungkin mereka sedang lupa, dimana tempat kaki berpijak.
tetaplah memberi kebaikan, teruslah menebar kebahagiaan.
ya, seperti itu.
tersenyumlah yang manis.
semanis buah2 ranum yang selalu kau berikan.
Yuliza yunA
Medan 30 april 2018
-cintaku-
rasakan cintaku perlahan.
pelan-pelan diantara rimbunnya ilalang.
sedikit demi sedikit.
secuil demi secuil.
dari bongkahan cinta yang telah menjadi batu dan terlajur luluh lantak olehmu
mengecil sekecil batu kerikil.
kita sama-sama lapar dalam kebisuan.
sama-sama haus akan kasih dan sayang.
dalam cinta yang sedikit ini aku ingin berbagi denganmu.
meski cinta itu hanyalah ceceran yang tlah membatu.
namun aku masih ingin berbagi denganmu.
sedikit demi sedikit
satu demi satu.
Yuliza yuna
Medan,29 april 2018
-Tawar menawar-
Jangan kau ajari mamak-mamak ini menawar.
Tawar menawar makanan kami di pasar.
Tanpa menawar meja makan di rumah kami akan hambar.
Namun terkadang untuk makan tak cukup bermodal menawar.
Lebih baik kau ajari pedagang-pedagang kecil di pasar itu bersabar.
Karena mereka bukan lah saudagar, yang menjual barang bermodal besar.
Mereka jualan tak untung besar, itu masih sering ditawar.
Yuliza yuna
27 april 2018
-Salah Faham I-
Aku hanya bisa tertawa.
Saat kau salah faham akhirnya.
Memang aku seperti itu.
Ada untukmu saat hal-hal buruk terjadi padamu.
Saat yang lain mengabaikanmu bahkan tega meninggalkanmu.
Apakah aku tanpak seperti pembawa sial untukmu?
Apakah aku salah satu penyebab luka dan kegagalanmu?
Benar aku lebih perduli padamu di saat terburukmu.
Atau malah sebaliknya kau lah yang menyadari kehadiranku dalam hidupmu hanya pada saat terburuk dihidupmu.
Entahlah.
Yuliza yuna
Tanjungbalai,26 april 2018.
-Salah Faham II-
Apa yang kudapat dengan mendengarkan semua keluh kesahmu?
Apa benar seperti yang kau tuduhkan itu?
Kau tuduh aku tak menyukai keberhasilanmu?kau bilang aku hanya senang mendengar penderitaanmu?
Bahkan kau tega menuduhku berbahagia diatas penderitaanmu.
Akh, ternyata satu kesalah untukku menemanimu disaat tersulit dihidupmu dan menjauh dikala kau mendapatkan sesuatu.
Aku awalnya tak berniat menjadi malaikat untukmu, namun aku juga tak menyangka jika kau akhirnya membuatku tanpak seperti iblis terkutuk dimatamu.
Perjalanan kita masih panjang, sepanjang doaku untuk kebaikanmu.
Teruslah hidup dengan baik seperti keinginanmu, karena untuk perjalanan selanjutnya mungkin kau tak lagi menemukanku ada.
Yuliza Yuna
Tanjungbalai.26 april 2018
Tak pernah menyentuh dapur.
Kau tak tahu kesulitan bila bumbu-bumbu yang melonjak.
Kau tak tahu kesulitan bila ikan-ikan hanya tinggal anak-anak.
Kau tak tahu sayur mayur yang terhidang dimeja entah milik siapa.
Tak tahu bila beras tak lagi sering di tanak dan buah buahan jadi makanan langka diatas meja.
Kau tak kan tahu susu lebih mahal dari bedak dan gincu.
Tak tahu.
Kau tak tahu, andai kau tahu kau akan malu dengan ketidaktahuanmu.
Bangun dari mimpimu itu dan perbaiki ujaranmu.
Ujaranmu yang mengatakan takkan ada perubahan kepemimpinan yang mempengaruhi hidupmu.
Yuliza yuna
Medan, 24 april 2018
-Bila kau memberi-
Bila kau memberi.
Berilah dengan setulus hati.
Bukan sekedar ingin ber basa-basi yang akhirnya kau tagih kembali.
Bila kau memberi.
Berilah dari hasil jerih payahmu sendiri.
Bukan dengan mencuri, bukan pula dari hasil korupsi.
Bila kau memberi.
Niatkan baik didalam hati.
Bukan kau jadikan bukti bahwa kau telah memberi.
Bila kau memberi.
Jadikan ia tabungan diakhirat nanti.
Bukan berupa hutang budi yang tiap saat dapat kau ungkit lagi dari mereka yang terlanjur kau kasihani.
Dan bila kau memberi.
Tanamkan Ikhlas didalam hati.
Apa yang kau beri tak kau harap kembali.
Yuliza yuna.
Tembung,23 april 2018.
-malam gila-
Malam yang gila.
Gila segila-gilanya hingga aku ingin mati tertawa.
Penipu-penipu dan kejujuran didalamnya.
Disini kita butuh kejujuran dan komunikasi.
Ya, disini.
Bila tidak, yang jujur pun akan pindah haluan. Dimalam gila ini aku ingin berlari, menjauhi kegilaan-kegilaan malam ini.
Yuliza yuna
Medan,23 april 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar