RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Kamis, 31 Maret 2022

Fiksi - AKU PINJAM SAMPUL CINTAMU, KAWAN (cetakan-2) Penulis : Romy Sastra


   Bertanya pada sesuatu yang tak terpikirkan sebelumnya, mungkinkah aku datang tepat pada waktunya?

Ria dan Wulan pada suatu pertemuan.

"Hai ... Wulan, lagi sibuk ya?" sahut Ria pada Wulan yang lagi duduk di depan rumahnya.

(Kebetulan Ria bertetangga dengan Wulan cukup lama)

"Ah, gak juga Ria, ada apa Ria?" jawab Wulan penuh rasa penasaran.

"Ada yang ingin kutanyakan padamu, Wulan." kata Ria dengan rasa malu-malu.

Ria menghampiri Wulan yang lagi asyik membaca sebuah novel di beranda rumahnya. Kebiasaan Wulan pada petang hari menunggu waktu Magrib tiba, serta sambil menunggu suaminya. Sedangkan suaminya Wulan belum pulang kerja, kadang suaminya pulang lepas Magrib karena macet di jalanan.

"Wulan, sebetulnya aku cemburu padamu." tanya Ria pada Wulan.

"Lho, cemburu tentang apa Ria padaku?" Wulan membetulkan posisi duduknya di hadapan Ria.

Ria terdiam sejenak, lalu bangkit menatap wajah Wulan dengan tatapan malu untuk bertanya.

"Cie ... cie ... ciee ... ada yang lagi galau sepertinya ni?" ledek Wulan pada Ria yang menyimpan ekspresi problem di raut wajah sahabatnya itu.

"Iya Wulan, aku lagi galau sekarang ni." jawab Ria pada Wulan.

"Terus teranglah Ria, ada apa denganmu?" pinta Wulan.

"Sebenarnya saya malu padamu, Wulan?"

"Malu kenapa sih?" Wulan kian penasaran.

"Satu dekade Wulan berumah tangga dengan suamimu, apakah pernah bertengkar selama ini? Dan apakah Wulan juga bahagia bersama suamimu?" tanya Ria pada Wulan.

"Waduh, ini pertanyaan yang sangat serius buatku kayaknya, Ria?" cetus Wulan dengan penuh kehati-hatian pada sahabatnya itu.

"Begini Ria, aku tahu jawaban yang kau ajukan padaku. Dengarkan baik-baik ya, sahabatku!"

Wulan menatap wajah Ria dengan tatapan yang serius.

*****

   "R
ia, pertengkaran dan kedamaian untuk meraih kebahagiaan dalam rumah tangga adalah bumbu pada suatu noktah. Tidak ada manusia di muka bumi ini yang tidak memiliki problem di dalam kehidupannya, termasuk dalam kehidupan rumah tangga tentunya."

"Sahabatku, Ria. Aku adalah seorang istri dari suamiku yang tercinta. Ketika ada suatu nasihat dari suamiku, dan sekecil apa pun nasihat itu. Aku menghargainya sebagai istri yang taat, tidak buru-buru membantah perkataannya. Jika suamiku berbicara, aku simak dulu dengan saksama, setelah nasihatnya itu selesai, aku memeluk suamiku erat-erat, dan spontan suamiku mencium keningku."

"Suamiku tidak menganggap aku istrinya, melainkan aku dijadikan pacar atau kekasih oleh suamiku, dan sebaliknya aku pun membalas demikian. Ketika kami ada salah paham pada suatu keadaan, kami berdua tidak terburu-buru saling cemberut. Kami saling bertanya baik-baik dan mencari titik persoalan itu dengan lapang dada. Datu lagi, kami selalu bercanda dengan penuh kemesraan. Pada suatu waktu, kami berduaan naik motor seperti orang lagi pacaran mengisi kesempatan jalan-jalan untuk mencari suasana yang lebih fresh, bisa di mana aja, walaupun yang kami bawa hanya beberapa bungkus kuaci mengisi duduk-duduk santai berdua, kalau duit kami di kantong memadai. Ya, bolehlah memilih tempat yang agak lebih, seperti ke cafe atau rumah makan yang sederhana saja untuk ganti selera."

"Satu kunci yang harus kita hayati, dan itu penting bagiku adalah: lakukan salat berjamaah dengan suami di rumah.

Selesai salat, ciumlah tangan suami dan berpelukan! Di situlah pintu keberkahan dan kebahagiaan di dalam rumah tangga terjadi serta berdoalah!'

Tak terasa air mata Ria menetes mendengarkan wejangan sahabatnya Wulan, sebab ia tak dapat merasakan kehidupan rumah tangga yang didambakannya itu.

"Wulan ....?" sapa Ria pada sahabatnya dengan mata berkaca-kaca.

"Izinkan aku Wulan, meminjam sampul cinta rumah tanggamu sebagai potret untukku menghiasi kehidupan rumah tanggaku ya, Wulan."

"Sebenarnya sudah lama aku menaruh cemburu pada kebahagiaan serta kemesraanmu dengan suamimu, walau ada rasa malu aku curhat denganmu. Aku beranikan saja curhat dan bertanya padamu, aku terharu dapat pendidikan yang berharga sore ini darimu, Wulan."

Wulan mendengarkan kata-kata sahabatnya Ria penuh kejujuran, yang ia sebetulnya menyimpan suatu kehidupan rumah tangga seperti neraka. Wulan sering melihat Ria bertengkar dengan suaminya, karena Wulan sadar, ia tak mau bertanya soal internal kemelut rumah tangga sahabatnya itu, takut Wulan salah paham. Wulan telah membuka pintu hidayah dari hikmah nasihatnya pada Ria, serta telah mencairkan bongkahan gunung es yang membatu di dada Ria selama ini berumah tangga dengan suaminya.

Waktu Magrib tiba, Ria pamit pulang ke rumahnya.

"Terima kasih ya Wulan atas wejanganmu padaku. Aku tersadar akan kelengahanku selama ini." sahut Ria pada Wulan.

"Oo ... sama-sama Ria, terima kasih juga ya, Ria sudah mau bertamu ke tempatku." jawab Wulan pada sahabatnya itu.

"Jangan kapok-kapok datang ke rumahku ya Ria, kalau ada keperluanmu dan ingin minta bantuan padaku. Silakan tanyakan saja!" pinta Wulan pada Ria.

"Oke Wulan, waktu Magrib hampir tiba, terima kasih atas kebaikanmu, aku pamit ya?"

"Asalamualaikum, Wulan."

"Walaikumsalam, sama-sama Ria."

Setibanya Ria di rumah, ia langsung sujud syukur dan menunaikan ibadah salat Magrib karena dapat kekuatan untuk menata rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah dari sahabatnya, Wulan. Kebetulan suaminya belum pulang kerja, sebab suaminya Ria dapat tambah jam lembur kerja di tempat perusahaan ia bekerja.

Ria hening dan geming menyaksikan cicak berlarian di tembok rumah penuh kemesraan. Ria tersenyum, lalu mengulum hasrat menabung kemesraan untuk dia serahkan pada suaminya sepenuh cinta, dan manut serta tawadhu' sebagai sosok istri Sembadra di hati Arjunanya.

*****TAMAT*****

fiksi
AKU PINJAM SAMPUL CINTAMU KAWAN
Penulis : Romy Sastra
Jakarta, 27 Maret 2022




Tidak ada komentar:

Posting Komentar