RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Rabu, 13 April 2016

Kumpulan Puisi Urs Meliala - PASIR BERBISIK


Kemarau

Aku selalu bimbang bagaimana menguapkan telaga aksaramu, hingga menjadi awan yang mengundang hujan agar basah kering kerinduanku

‪#‎insan‬ terpilih#





Syal usang

Masih saja gigil ini menusuk
Hingga paksa ingsutku di tepian pagi
Sedangkan syal biru kemarin
Kini tinggal robekan usang

Beranjakku tak bisa jauh
Rerimbun perdu naungi mimpiku

FnNf.06-04-2016




Pasir


Berbisik pada alur debur ombak kiranya sudi sampaikan kecup pada bibir pantai, sebab pasir kian cemburu

FnNf.02-04-2016





Hayal


Menyaksikan kepedihan asa yang merangkak di tebing-tebing tandus hayal
Ia berpeluh darah amarah kepada kenyata'an
Kaki dan tangan rapuh itu kian nestapa merambati dinding terjal
Kian lusuh dan compang-camping baju tekadnya
Kemudian petir sang takdir hadang langkahnya yang fakir
Hempaskan belulang sadarnya ke alam nyata
Lalu hujan yang lama mengeram tetaskan butiran kristal, kuyupkan seluruh rongga dadanya
Dalam lelah ia pasrah, bertangan basah memunguti butiran kerinduan

FnNf.02-04-2016






Gerimis

Pada gerimis tengah hari, terpapar
ribu rona rumit tergilas hari
Kemana payung rajut pasrah dulu, mengapa
hendak kau usir pula siang
Setelah pagi yang mematahkan sayap
Hendakkah membakar senja
Sedang jingga itu tabungan
Pergilah kesaung bakti
Hidupi hidup hingga mati, bukan karena
gerimis ini rambu jalan petaka

FnNf, 11-04-2016




Menengadahlah


Menengadahlah, dengan hati diubun-ubun mu
Niscaya bumi selebar tapak kakimu

Menengadahlah? dengan hati diubun-ubun mu
Hingga mati jasad berkalang nafsu

Menengadahlah, dengan hati diubun-ubun mu
Maka surga dan neraka pun milikmu

Menengadahlah, dengan hati diubun-ubun mu
Kenali sang arif sejatimu

FnNf.15-04-2016






Air


Mengalir diarus landai
Terhempas dicurug terjal
Menampar pipi tebing berlumut
Dan berebut kamar dirongga tepian

Hanya sekedar berputar
Memelintir dedaunan yang turut hanyut
Berdendang dipelukan kerikil
Sesekali melumat pasir mengambang

Hening rebah dimuara
Berselimut bakau dan nyanyian camar
Lalu menyatu kediri ombak, mengecup pasir pantai yang memutih kulit kerang
Apakah ia bermetamorfosa pada ujud yang sama?

FnNf.14-04-2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar