Jumat, 03 Oktober 2014
Kumpulan Puisi Selendang Dayu - JEJAK CAMAR
JEJAK CAMAR
Senja kembali perkasa,
cahaya perlahan mengeping sirna,
sementara tangan-tangan malam mulai menjemput,
hapuskan sgala lintas kepakan camar.
Jarak yg bergulir...
mungkin jg terguling,
disela siang dan malam,
yg ikrarkan tak pernah berujung,
....mungkin tak bosan!
....atau memang enggan untk beralasan.
Salahkah jika ingin menatap?
hanya menatap yg tak beratap,
diluar bayang yg menjemukan,
disaat malam yg merejam,....kejam,...
tak lg terukir jejak-jejak sang camar,
yg biasa singgah atau sekedar melintas,
dilintas awal yg tak terlintas,
ditarian atap tak beratap,...
....sang camar tak lg berjejak!
-Selendang Dayu-
JEJAK SIBUNGA SEPATU PUTIH
separuh langkah sibunga sepatu putih,
menapaki jejak-jejak berduri,
walau perih dan letih kedua kaki,
serta mencakar cabik kedalam nurani,
namun sibunga putih,...tetap tak peduli,..!
...ini hanyalah biasan setitik cahaya,
dari tengadah menadah kepada Illaahi,
tolehlah sejenak walau dipandang mimpi,...bahkah benci..!
"cahaya suci datang dari nurani,dalam dekapan ibu sejati,...didalam lindungan sang illaahirrobbi,dari semua onak atau duri"
nurani berisi kasih,
nurani berisi sayang,
yg menjelma menjadi sentausa,
nurani tak berisi cinta,
nurani hanya terbalut cinta,
yang menjelma menjadi luka,
untuk apa menjejak duri,
bila sejati tlah diketahui,
perih dan letih sirna dan pergi,
wahai sibunga sepatu putih,
ini hanya biasan kecil,
dari cahaya yg kau cari,
...maka kembalilah pada nurani yg tetap suci..!
salaam,
-Selendang Dayu-
SURAT SUDAH DILIPAT
Terkata sangka diadudomba,
dari jiwa tak merdeka,
terbuai serakah didalam pongah,
dari manusia menjadi entah,
hati tak lagi menjadi,
naga tak lagi berkata,
sesal menyatu bual,
hasrat jadi pengikat,
hidup menjadi bayang,
tubuh menjadi lumpuh,
bangkai hidup didalam bingkai,
...sebab ikrar hanyalah koar,
malang nasibmu kawan,
sebab surat sudah dilipat!
salaam,
-Selendang Dayu-
- TI-TIK –
Setitik amarah menutup titik,
setitik titik yang tertitik,
titik titik yang menggelitik,
rintik rintik mulai menjentik,
sedetik, tetapkan titik.
salaam,
-Selendang Dayu-
-TITIAN RINDU-
pongahku kepada waktu,
bayang diri tak menjadi tentu,
jengahku kepada hari,
biakkan hasrat yg tak perduli,
ini menjadi duri,
tatkala mata menatap diri,
hatiku janganlah mati,!
janjiku kuikrar kembali,
ditautan mimpi kembali suci,
resah membalut hati,
siksa mengikat diri,
padamu kembali wahai Illaahi,
tak ada tempat berpegang abadi,
kuatkan iman dalam meniti,
tak ingin siksa membungkus diri,
takpun hendak lukai hati,
sujudku satu Illaahi Rabbi,
lewat syair sunyi dalam puisi,
sujudku harap maujudmu,
hanya satu dalam berpadu,
kuatkan iman dalam kalbuku,
hamba yang bersimpuh didalam rindu,
memohon ampunanMu yg Maha kurindu.
salaam,
-Selendang Dayu-
KADANG2 SALAH,HAMBA MOHON PETUNJUK-MU
takbirMu alurkan rindu,
sibakkan 7 dan banyak pintu,
aku yg terjaga,
dari peluh yang berjelaga,
dahagakupun serasa sirna,
dari diri yang pasti kan nista,
hingga kupercik banyak mutiara bahagia,
sebab dunia yg pasti tak syurga,
langkah terbelok arah,
lelah coba gairah,
kupasrah takkan menyerah,
dari hidup yg kadang salah,
slalu mencoba untuk berbenah,
sebab lelah didalam lumrah,
hati yg terlena,
dari nurani yg ter,-dilupa,
dari bius sang durjana,
dari dunia bermata 3,
bangkai yg bergetar,
mencoba berdiri dan bertegar,
Engkau yang Maha Besar!
tumbuhkan diri untuk berpilar,
sembah ampunMu,...Allaaaahuakbar!
salaam,
Selendang Dayu
ANGKA YANG BERUCAP
sudah kuhitung yg tak terhitung,
rupa nyata didepan mata,
telah kusentuh bayang-bayang,
hingga angka tak lagi berkata,
bersama angka teman berkata,
dalam saktinya bercerita,
angka 0 alaskan rupa,
angka 1 tetap menyatu,
angka ke 2 tetap bersama,
angka 3 rupa-nya nyata,
angka 4 mulai bersinar,
angka 5 ingin bahagia,
angka 6 sayang membentang,
angka 7 tersakiti,
angka 8 mulai berdiri,
angka 9 raja dijumlah,
angka 0 tak dapat dihitung
nb.
pencarian angka sembilan:
1+3+5+7=16
=1+6=7
2+4+6+8=20
=2+0=2
jumlahkan kedua hasil penjumlahan=7+2=9
lalu kalikanlah angka 9 dengan jumlah berapapun yg diinginkan,
contoh:2x9=18
=1+8=9 dan seterusnya.
Maka tetap berjumlah 9,
...Maka 9 adalah "RAJA DIJUMLAH"
...slamat mencoba!
salaam berkarya,
By.-Selendan Dayu-
- WAKTU YANG BERLALU –
Aku tak ingin menghitung waktu,
walau bayang kerap menghantu,
sesakkan kalbu yg mulai menjemu,
hanyalah ingin bersisi waktu,
agar hantu tak menjadi batu,
harapan diri tetap bersatu,
dalam sujudku kepadaMu.
air itu,...
pun matahari itu,...
terhempas bayu yang menipu,
kuharap sujud bersisi waktu,
dibatas akhir yg membisu,
dibatas syair yg mengalir,
dibatas akhir yg terlahir,
dibatas akhir yg tak berakhir,
salaam,
-Selendang Dayu-
-TINTA PUTIH-
Ada yg terlipat disurat itu,
hingga kata berbeda makna,
ada yg tak terlihat disitu,
yg tampak tak beralenea,
Kertas putih itu,..!
ku ulang dengan tulisan rapih,
agar jelas smua alenea,
koma,juga tanda baca yang lainnya,
Kertas putih,
alas yang putih
tinta putih,
hati putih,
Membuka sanubari...!
Mula-i janji,
sejati...!
salaam,
- Selendang Dayu -
-DiNAMIKA SELARASNYA DINAMIKA-
diam tak melukai,...
hening dipelukan benin,
mata tak percaya mayapada,
denyut diraga terkata sama,
aku,taklah berpunya,
hamba juga adalah mereka,
aku dia rupanya kita,
dia kita rupanya mereka,
tak bicara,
tak bersuara,
tak ada surga dalam dada,
tak nyanapun segera tiba,
lewati masa-masanya rasa,
dinamika menjadi surga!
salaam selaras,
-Selendang Dayu-
-SELOKA CAWAN BERBATAS MERAH-
gaung seloka dibatas merah,
getarkan cawan-cawan sejarah,
merah tak bergetah,
tumpah lalu punah,
seloka batas berganti jenaka,
dalam rupa tabiatnya manusia,
pandai berkisah halalkan siksa,
dikelebatan bayangan suka,
tak sulit,
tak juga siksa,
jika itu rupa adanya,
jalinlah kata dalam bicara,
tautkan batas yang merupa,
ini juga gaung seloka,
tak ada reka tak pula sandiwara,
batas merah tetap berguna,
tautkan diri dalam saudara,
dunia juga bicara,
dunia nyata dalam rupanya,
dunia didalam cawan manusia,
dunia pun tetap berkata...
aku hanyalah sementara!
salaam selaras,
-Selendang Dayu-
-SELENDANG WARNA-
selendang laras dinamika rupa,
selaras damai berjalin kasih,
berbeda fikir indahnya makna,
direlung kasih dinamika yang meronna bunga,
selaras berjalin selendang jiwa,
dirupa fikir salah bermakna,
selendang laras menjalin warna,
dirupa bunga warna ceria,
selendang laras taklah meluka,
selaras fahami keadaannya...
salaam selaras,
-Selendang Dayu-
- KELANA –
ketika nopember melayang bayang,
pembatas merah akankah kau tiba,
anganan sukma diam beraga,
dalam kepangan atma yang terbelah,
lemah rasa,atma dan raga,...
nopember haru mulai menyaru,
ada pilu,ada juga rindu,
mungkinkah ini pembatas jemu?
tak tau, tapi ku tak ragu,
sekalipun bayang tak pantas semu,
jalan panjang tak menjadi simpang,
disejadah nafas semua kubentang,
smua pialang,juga sang malang,
agar berlari menahtah bintang,
ini hanya dibalik kisi,
kisi bersisi lembaran jati,
awal tertetes,akhir terbelah,
seonggok jiwa dalam kelana,
tak guna tau atau berkata,
kelana jati menjadi dinamika...
salaam selaras,
-Selendang Dayu-
-BUNGANYA BUNGA-
Tak ada bunga yang tak rupa,
Rupa bunga tetaplah indah,
bunga berganti dimakan masa,
bunga gugur penyubur tanah,
walau bunga termakan usia,
rupa dunia hanyalah raga,
akhlak mulia tetap belia,
dalam syurga yang sebenarnya...
-salam selaras,
Selendang Dayu
-2 SISI MENGIRING WAKTU-
menampi yang bisa,
walau hanya yang biasa,
membasuh para naga durjana,
merasuki dalamnya kepala,
hingga sampai kenegri cina,
bintang sejati tetap setia, yang menunggu diatasnya,
gundah gulana teman tertawa,
sebab bersisi riang gembira,
sekalipun waktu yang bergulir,
dengan tetap tak mau tau ......dan khawatir,
nyata indahnya,
indah nyatanya,
didalam dunia tetap berdua,
tetap berdua didalam dunia,
berjalan bersisian,
dari sakit ingatkan sehat,
dari sehat ingatkan sakit,
dari sedih ingatkan senang,
dari senang ingatkan sedih,
tak ada gundah didalam gembira,
tak ada gembira didalam gundah,
takkan ingat ketika lupa,
takkan lupa ketika ingat,
2 sisi tetaplah bersama...
basuh diri dari naga2 durjana,
yang membuat lena tetaplah menyiksa,
hingga selaras bersisian...
kamu-aku,
kita-mereka,
...semua tetaplah bersaudara!
(persembahan kepada Indonesia baru-saudara sebangsa manusia dan setanah air didunia)
-salaam selaras,
Selendang Dayu
CERMIN DIRI
Naga durjana tak sedikitpun sakti,
walau mampu menyembur api,
juga alam atau rajawali yang katanya sakti,
Semua hanyalah cerminan diri,
yang harus mampu kita lewati,
dalam kelana sebagai makhluk insani,
Wahai kelana maknawi!
buat apa menyembur api,
jika ego menyesatkan diri,
apalagi berkata sebagai rajawali,
sebab kita hanyalah makhluk insani,
dalam guliran waktu berbenah diri,
bukan naga sakti ataupun rajawali sakti,
tak ada saling melukai,
apalagi menyakiti,
juga tak ada kebanggaan diri...
salaam dinamika selaras,
-Selendang Dayu-
-SECARIK LUSUH PENJEMPUT RINDU-
malam ini,...
hanya bait yang kubisa,
demi masa sudahi luka,
dengan sedikit getir yang khawatir,
sebisanya bisa dari yang ku bisa,
teruntuk mawar dibatas merah,
tentang sedih gugurnya bunga...
gugur bunga usahlah luka,
gugur bunga tegarkan sukma,
gugur bunga lengkapi diri,
gugur bunga kuatkan mimpi,
gugur bunga kuatkan hati,...
gugur bunga bangkitkan diri,...
...sebab....
gugur bunga,....
kembalinya ketaman hati!
...dahulu kutitip secarik lusuh,
bila ingin menjemput rindu,
panjatkan doa secarik lusuh,
bertemulah bunga ditaman hati,
duhai bunga janganlah bersedih!
tautlah hati pada Illaahi,
jika rindu bunga dihati,
songsonglah bunga didalam diri,
yang mengendara lalukan mimpi...
(teruntukmu sobat diujung bayang)
-salaam,
Selendang Dayu
" D I A "
Dia pernah ada,...!
didalam rentang panjang yang gulita,
bermata merah penuh amarah,
berbatang tubuh yang penuh luka,
bak singa raja dimata,
tak perduli penguasa ataupun dewa...
Membabi buta...!
gila!...meng-hina...!
tumbuh bersama fatwa kecewa...
menghinakan suri juga tauladan,
...diatas udara yang tak bersaudara...
...kini senja mulai meminang,
usai cerita singa belantan,
merah berganti berwarna tanah,
tak kuasa,lagi mendewa,
tubuh yang luka tandakan hina,
rupa kecewa rupanya makna,
raja dimata berjejak sesal,
membabi buta tinggallah meraba,
mencoba rajut rias tauladan,
nikmati udara satu yang bersaudara!
dalam nista tak berdayanya...
...sebab Dia telah tiada...!
-salaam selaras,
Selendang Dayu
"AKU" YANG MEMBATU
Hening,..!
Bening,....menyimpuh...!
satu...!
....yang berkisah dibalik kisah,
tentang jiwa2 tak lagi melemah...
pudar...
menyirna...
jiwa-jiwa setadi lemah,
sukma yang terbelah mulai berpadu...
ada rindu,
ada suka,
dirasa bahagia yang kian meraga...
Alhamdulillaahiwasyukurillaah...!
....Namun,...berkisah pula setelahnya!
rumput bergoyang menjadi batu,
dirasa tegak menggagah langit,
dalam jubahnya naif bertegak,
dirasa buih kuasai samudra,
embun tertutup ke-Aku-an,
menjadi batu yang menipu...
...apakah diri akan tertipu...?
haha...tertipu diri yang meng-AKU,
-salaam selaras,
Selendang Dayu
DOGMA DOGMA SENGSARA
Diwajah pertiwi
Pemuda masih ketawa ketiwi
Menari sesuka hati
Bercanda sampai lupa diri
Akhirnya mereka mati
Di telanjangi di negeri sendiri
Negeri kaya
Tapi rakyatnya tak percaya
Korupsi lebih baik binasa
Dari pada janji
Tak pernah terbukti
Sampai ajal menggrogoti
Dogma negeri kaya
Membuat anak lupa
Malas menimba harta
Meminta dan meminta
Oh....bangsa
Dimana akhir cerita
Anak cucu pemuda
semakin sengsara
Kini hanya mimpi
Untuk mensyukuri nikmat Illahi
Pasrah tapi takan menyerah
Negeri kaya akan terus ada dalam dada
Sampai pemuda menaklukan dunia.
Den Bagus Lucas Atmadja
Kolong Kata_28 Oktober 2014
-DIAM BERKELAM-
Berjuta bait dalam diam,
kau suguh berkemasan pilu,
...dalam diammu....
direntang jala,arung lautmu,
kau patri mati sendiri bungkammu...
Haru dipercintaanmu,
dalam hidup sesalkan rindu,
Hidup laju taklah bayangan,
masa silam eratkan pegangan,
jika silam jadi anganan,
akhirnya mimpi sirnakan zaman,
Duhai hati yang mengharu,
didalam jiwa yang mengelu,
usah sesal rindu yang lalu,
mata nyata hidup melaju,
usah mengharu dalam bungkammu,
nyanyikan tembang terangnya malam...
mari beriang akhirkan zaman...!
-salaam,
Selendang Dayu
- Rindu Menjadi Layu –
Ini hanya setitik gugah,
wahai insan yang menahan rindu,
mengapa raga jadi penahan rasa,
jika rindu ingin bertemu,
usah sakiti mata dan juga sukma,
mata menyembab sukma tercecah,
terhadang gengsi,pun takut yang meraga,
tak menyalah jika hati kau buat gembira,
...ucapkan sapa dengan aksara,
dia hanya menunggu kata...
bukan bungkaman dalam cerita,
bukan tarian didalam sukma...
....Tegas sedih dimata itu...
....terlihat rindu dari matamu!
bendera putih....buanglah jauh...!
tak ada gengsi... yang senangkan hati...
(buat juara penahan rindu)
-salaam selaras,
Selendang Dayu
- IRAMANYA ALAM SEMESTA Dan JAGAT RAYA –
Hari ini laut tak sbebiru biasanya,
mungkin karna angin yang menguak laut, membuncahkan seluruh isinya hingga keruh,
juga mengencangkan dinding2 langit yang mulai merasa dalam gigil dan jenuhnya,
disaluran2 serta jalanan yang terhadang,
hingga lemah melambat,
mungkin disinilah letak perannya api sejati yang menghangatkan dalam suamnya yang memang nikmat,
juga cahaya yang bukan bias dari api,namun sejatinya kebenaran,...
....sejatinya sumber pengetahuan,dari api,air,angin juga tanahnya yang menopang air...
agar semua kembali selaras dalam penyatuan dan kesuburannya...
-salam selaras,
Selendang Dayu
TAK BERSAMA DUNIA
Apa cerita dunia hari ini?
seharian aku tak bersama mata,
tak juga bersama telinga,
seharian penuh,aku hanyut didalam air,
hanya sesekali menyembul,
namun angin telah lama pula menunggu,
seketika ia langsung membalutku,melelapkanku,
dengan belaian2 syurgawinya,...
terkadang aku merasa nyaman...!
karna tak tau dunia...
Aku tak tau cerita dunia hari ini!
karna aku tak bersama mata,...
aku tak bersama telinga,... sedang rasa dalam kembara,
....mengembara dalam dimensi yang hampa,
....tak bernyawa!
aku tak lupa..!
tapi aku tak tau dunia hari ini...
sebab nyaman diruang hampa..!
...
nyawa hanya sebuah cerita,
cerita dunia menuju syurga...
kembara indah berkah Yang Maha Kuasa,
jangan pernah berputus asa,
ini hanya kelana maya,
ketika terbuai nikmat dalam pelukanNYA...!
-salaam,
Selendang Dayu
- HITAM KOPI SELENDANG DAYU –
Kembali kureguk nikmat kopi hitam-ku,
bersandar dipinggiran trotoar lusuh,
trotoar lusuh tepian laut...
...penuh dengan sunyi,
bising-ku hanyalah damai...
yaa....setidaknya cawan2 merah itu mulai menjauh...
hanyut sendiri dibahteranya.
bahtera merah yang siratkan darah,
sebab dayung yang me-merah bara...
Maaf tuan!
maafkan pula puan...!
aku pelayan tuan dan puan...!
biar aku rehat sejenak !
biar kujemput matahariku,
biarkan kujaga cawan yang putih,
agar embun tetap mengisi,
...agar waktu tak lagi membunuh,
...Aku,....
ditepiku....
pinggiran trotoar dan kopi hitamku...!
salaam damai selaras,
-Selendang Dayu-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar