Sabtu, 28 Agustus 2021
JEJAK SUNAN
jejak purba semarang dalam kisah,
bertanya sunan pada adipati pandanarang;
"sudah cukupkah dunia kau tumpuk-tumpuk tuan adipati? dan sudah tahukah jalan keabadian kau jelang nanti?"
tuan adipati terkesima pada sabda adiluhung berwibawa dan berani.
"siapakah gerangan menungso yang wani karo aku bertitah dewa? lancang tenan iki menungso!" hardik adipati
"hei, kisanak! siapa kamu sebenarnya?"
"ampun hamba gusti adipati, hamba lancang pada gusti."
pandanarang membentak, isi di benak membludak yang selama ini bergelimang duniawi, hawa goda di pendopo mewah di tubuh permaisuri berparas bidadari
pandanarang kian garang.
digdaya doa wali bersaksi di mata buta adipati, dan adipati terbelalak melihat keajaiban ilmu laduni. lalu sunan tinggalkan adipati di dada yang resah, asyik mendulang kalimah di setiap langkah menuju bait-bait baitullah: yahu, yahu, yahu... ya allah. yahu, yahu, yahu... ya allah.
adipati tersadar terbuka hidayah menatap yang lesap sekejap di balik cahaya maghfirah., serasa duniawinya tak lagi berguna.
"sungguh aku telah lupa sedari pagi dijelang petang, aku akan pulang sebentar lagi menghadap pangeran."
adipati memanggil permaisuri,
"mari ikuti aku istriku! kita kejar sunan sampai ke baitullah. tinggalkan semua harta di istana jangan ia ikut serta!"
adipati memilih berguru di jejak wali terus mengikuti tertatih-tatih, adipati meninggalkan duniawi. adipati ditempa segala rasa dan jiwa tentang agama. jadilah adipati seorang ulama di semarang kota. sedangkan perselingkuhannya tentang dunia telah ia tanggalkan, adipati berbakti pada generasi.
Romy Sastra
Jakarta, 26 Agustus 2021
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar