Kamis, 10 Juli 2014
Kumpulan Puisi LUmbang KAyung - KUPASRAH DIJALAN MU
# MASIH INGATKAH KITA #
Telah lama dalam kebimbangan,
Menangis bukanlah Jawaban,
Hanya ada Rongsokan,
Tersisa bersama Kebosanan,
Yang Masih Menyapakan Harapan.
Perjalanan Masih Panjang,
Penomena Hidup Luas terbentang,
Teka teki Misteri Alam pun mulai Hilang,
Yang di Batasi oleh Jarak Pandang,
Bersama Adat Budaya yang dulu Gemilang.
Kini tinggal menunggu Hari,
Dalam menentukan Negri ini,
Yang Goncang karena Ambisi,
Yang Salah Tak lagi di salahi,
Hanya Hati yang menjadi Mata Nurani.
Bacalah Buku yang ada,
Ingat kisah2 nyata,
Yang begitu menyiksa,
Jiwa Raga Seorang anak Bangsa,
Yang Hilang entah di mana Rimbanya.
Kita bukanlah Buta,
Tuli masih tersapa,
Bisu Masih dapat bersuara
Namun mengapa menjadi Lupa,
Semua yang terjadi di Nusantara Indonesia.
By : LUmbang KAyung (Tanjung Balai 08:07:2014)
# KU PASRAH DI JALAN MU #
Ingin rasanya Mengubur Bayang Hitam,
Di antara sinar Lampu2 Malam,
yang membuat diri ini Tenggelam,
Terjerumus di lembah yang Dalam,
Menjadikan hidup di Remang yang Kelam.
Subhanallah,
Aku Manusia yang bersalah,
Namun ku tak mau hidup ini Pasrah,
Dari setiab perjalan dan Kisah,
Yang ku lalui tampa Lelah.
Subahanallah,
Hanya kepada mu ya Allah,
Aku Menyerah dan Berserah,
Agar hidup ini penuh Istiqomah.
Terhindar dari pebuatan yang Salah.
Di Bulan yang Suci ini,
ku Jikirkan nama mu di Hati,
Agar Kesehatan ini Engkau Rahmati,
Dalam menjalani Hidup sebelum Mati,
Yang selamanya Milikmu Ya Robbi.
Terimalah Sembah ku,
Dalam sujut ku Memuja mu,
Yang penuh Doa di Kalbu,
Agar mendapat tempat di Sorgamu,
Yang Kau janjikan kepada Hamba2 mu.
By : LUmbang KAyung (Tanjung Balai 08:07:2014)
-------------------------------------
Kita tinggal menunggu Hari,
Besok di Larang Golput Lagi,
Jangan lupa Tanya Hati Nurani,
Karena Itu menjadi penentu Nanti,
Siapa Calon Presiden yang di Cintai.
By : LUmbang KAyung (Tanjung Balai 08:07:2014)
# HANCUR DUNIA KARENA MANUSIA #
Bum bam suara letusan,
Tapi bukan suara Petasan,
Yang terlihat di kejauhan,
Terdengar begitu Memilukan,
Tentang banyaknya Kematian.
Kabut Hitam batasi jarak pandang,
Nyaring terdengar teriakan Perang,
Berdendang Riang bagaikan Pejuang,
Syair Sang pemimpin Berhati Binatang,
Hilangkan rasa kasih dan Sayang.
Panas Membara kobaran api menyala,
Darah Bercucuran di mana2,
Berserakan tubuh2 tak bernyawa,
Tinggalkan tangisan yang masih Tersisa,
Jajikan Impian yang kian Binasa.
Entah di mana keadilan Dunia,
Apakah saat nya Pamerkan Senjata,
agar dapat menjadi Negara Pekasa,
Yang bisa berbuat Semena2,
Kepada Manusia di Negara2 lain nya.
Inilah Azab Dunia,
Kiamat kecil sudah Melanda
Yang hancur Karena Ilmu Manusia,
Demi Derajat Harta dan kekayaannya,
Hingga kepada Tuhan pun ia telah Lupa.
By : LUmbang KAyung (Tanjung Balai 18:07:2014)
# DUHAI #
Duhai Rembulan,
jangan engkau sembunyikan,
Cahaya mu di balik awan,
Biar dapat ku Rasakan,
Indahnya Impian.
Duhai Nyanyian Hampa,
Kemana Cinta yang ku puja,
Biar berdendang Nyanyian Asmara,
Tarikan Indah nya Gelora,
Dalam Jiwa yang kian Lara.
Duhai Indahnya Mimpi2,
Jangan lah engkau pergi,
Tinggalkan aku sendiri,
Tampa Indahnya Hari,
Kala Malam Kian sepi.
Duhai Malam,
Beriku walau seberkas sinar Temaram,
Jangan Biarkan Hati ku Kelam,
Tenggelam dalam Bayang Hitam,
Larut dan Tenggelam.
Entah kemana Rembulan,
Tinggalkan ku di Kehampaan,
Tampa Nyanyian Kemesraan,
Tiada Mimpi yang ku nantikan,
Di antara Indahnya Kehidupan.
By : LUmbang KAyung (Tanjung Balai 27:07:2014)
# MALAM INI #
Malam ini,
Tak ingin ku pergi,
Walau sendiri,
Berteman kan sepi,
Terbelenggu Rintihan Hati.
Entah kemana Bintang2,
Rembulan ku nanti menghilang,
Angin dingin pun bertandang,
Menemani angan yang terbang,
Hilang dalam Bayang2,
Hanya embun2,
menyelimuti setiab kegelisahan,
Dalam kesendrian,
Yang terbuai Angan,
Terkulai hilang Arah Tujuan,
Andai kau Tahu,
Aku selalu menati mu,
Dari setiab Rindu,
Yang datang mencumbu,
Rasa Cinta yang mulai membeku.
Inikah arti sebuah Janji,
Yang kini masih ku nanti,
Beresama Embun yang membasahi,
Mimpi2 yang tak Pernah pasti,
Di Malam Dingin sunyi sepi ini.
By : LUmbang KAyung (Tanjung Balai 26:07:2014)
# HILANG KEBAHAGIAAN #
Terdengar sayub Takbir menggema,
Melantun manja di Telinga,
Dan Burung2 yang bercanda,
Menambah Lara di dalam Dada,
Di kala indahnya Hari Raya tiba.
Ku tatap mentari pagi,
Ku raba Jiwa Sanubari,
Mengapa aku masih disini,
Merenungi Perihnya diri,
Yang tiada pernah Henti.
Kemana Kebahagian Pergi,
Apakah telah terkubur Mati,
Yang tersisa hanyalah Mimpi,
Menemani Lamunan Terhenti,
Berharab Hadirnya Sang Bidadari.
Tangisan ku tampa Suara,
Begitu sangat menyiksa,
Dan deraian tetes Air Mata,
Mengalir perlahan tiada terasa,
Bersama Jiwa yang kehilangan Cinta.
Entah kemana Arah kan ku tuju,
Langkah kan Cinta yang kian Beku,
Hanya mengharab di Mimpi Semu,
Menatap Impian aku tak mampu,
Kala Lumpur basah Melumuri Kaki kehidupan ku.
By : LUmbang KAyung (Tanjung Balai 28:07:2014)
# KEMAAFAN #
Musim2 silih berganti,
Panas dan Hujan di lalui,
Kadang ada tangis Hati,
Kadang ada tawa menemani,
Hiasi perjalanan kehidupan ini.
Ku nikmati arti kesabaran,
Di saat Bulan Rhamadan,
Hingga mancapai kemenangan,
Dalam menjalani satu kawajiban.
Swara takbir kini Sayub menggema,
Memanggil ku untuk ikut bersama,
Merayakan Indahnya Hari Raya,
Yang melahirkan Rasa Bahagia,
Namun Dosa2 Seakan menjelma.
Ku Kutip setiab kepingan Hati,
Lalu Coba ku Rekat kembali,
Hingga kini dapat ku sadari,
Ke Khilapan menjadi kesalahan Diri,
Yang kadang tak dapat ku Sadari.
Ku ulurankan tangan Kemaafan,
Atas salah yang pernah di lakukan,
Agar terobat setiab Kepedihan,
Dalam menjalani Kehidupan,
Di Hari raya yang Allah muliakan,
SEALAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SWL 1435 H,
MINAL AIDIL WALFAIZIN, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN.
BY : LUmbang KAyung (Tanjung Balai 28:07:2014)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar