Senin, 08 Februari 2016
Kumpulan Puisi Urs Meliala - MENDUNG
Mendung
Uap-uap ini dulu di usir oleh api-api
Berenang berkoloni di kandung langit sepi
Meradang dengan gumpalan di rengkuhan bayu
Terpontang panting bersitkan sangar pada perhelatan
Mendung ini takdir
Jangan keringkan penadah air
Atau risau kan berandamu banjir
Ia pun sedang menari bersama angin semilir
Halaman mu bukan semata tempat parkir
Hanya secuil tempat uap itu lahir
#FanaNyata
NyataFana#
Halaman
Halaman dingin ini
Kian sepi di tepi hari
Setelah embun menguap pergi
Menyisakan bercak di pucuk daun kesturi
Rindang beringin tua ini
Satu-satu nya tameng terik nya hari
Disirami kicau murai bernyanyi
Dan serangga yang bergelanyut di jurai-jurai
Hujan rintik yang kemarin
Dan sepoi bisikan merdu angin
Kian gigilkan rerumputan
Yang selalu menjadi tikar duduk perenungan
Pada seonggok batu tua
Sisa gumpalan prasasti cerita
Melekat erat lumut-lumut angkara
Mempertegas ponis dari hakim masa
Kupu-kupu juga bermain disana
Bercengkrama dengan bunga rumput
Menggores dan menitip seuntai aksara
Bahwa menung rumit berkemelut
FnNf..03/02/2016
Bintang
Bias kilau mu yang pernah lekat di netra ini
Masih gemilang di sudut kota ku yang ramai kini
Terlebih ketika mendung kian menggantung
Meski kepak ku patah di sisi langit
FnNf..08/02/2016
Jangankan jemari cerdasmu yang senantiasa mengukir bait-bait syair
Cukup debu yang di hantar bayu telah merundukka helai ku
--------------------
Meski berbunga tiada wangi
Namun meliuk undang imaji
--------------------
Kopi
Sepertinya pekat kopi pagi ku
Larut warnai syair tengah hari ku
Atau barangkali alunan musik sarapan ku
Yang dominasi pola te(tari)an ku
#FanaNyata
NyataFana#
Tujuan binasa suci
Hantaran bayu senja ini
Sirami wadah nostalgia dan merotasi bingkai-bingkai rona
Menuntun kaki data menapaktilasi tumpukan cerita
Semasa labil menggapai kesejatian
Dan aku terperanjat di setiap bait
Menampar tidur yang sadar
Memecut kaki yang berkejar
Segeralah istiqomah di pucuk niscaya
Hidup untuk ini
Tujuan binasa suci
#FanaNyata
NyataFana#
Belajar melukis
(Sewaktu pagi masih berembun)
Sudut ini mengundang ku untuk melukis
Bersebab dinding harus berwarna
Agar lekat tatapan angkuh netra
Yang berdusta dengan tikaman tanpa niscaya
Tapi apalah kuas patah ujung nya
Bersebab lengan gamang dan gemetar
Bahkan sketsa kehilangan pola
Dan di dikte bingkai kira-kira
Cat-cat ini pun ku kemas
Esok pasti kutemukan kanvas
FnNf,,16/02/2016
Lelap
Selalu kau kuliti malam dengan binal nya pena,,tetapi ketelanjangan kalimat mu justru menjahit netra logika
Seperti pagi ini yang terkoyak oleh aroma kopi pahit,,justru merangsang lelap mu di kasur maya
FnNf,,15/02/2016
Sesal
Bentang sutra ungu mu
Pada pagi lalu
Ternyata niscaya tak bertepi
Meski senja merambat kini
Hijau dan labil alasanku
Hingga sesal tiada ujung
Meski bahu patah kaki tersandung
Tiada masa mengamini
Itulah lelap sa'at sadarku
Diranjang angan-angan
Dibalik selimut dadu harapku
Hingga datangku kian perlahan
Siang menuju petang
Engkau telah di seberang
Dengan selendang yang benderang
Tegaskan aku pantang
Janji mendung
Mengukir rengut pada penakut
Kiranya pundi akan mengering
Setelah basah peluh penurut
Hendak menyuap pikulan cungkring
Mengijabah syair-syair gelisah
Tentang kiprah empunya perintah
Yang menikung alur podium indah
Dan buncitnya para tikus-tikus sawah
Memerdekakan para kurcaci perebut rimah
Sisa pesta makan malam para punggawa
Sebab singgasana altar penakut
Penakut yang tidak kenal takut
Janjinya segera tiba
Saat lelapmu klimaks ditengah pesta
Saat altarmu dihujani do'a
Do'a pujangga yang tak bersyair
Wahai pemeluk dengkul
Engkaupun akan terkubur
Bersama jirah kemunafikanmu
Dan pedang tumpul idealismu
Semua hancur dan luntur
Diguyur ketuban luhur,penata alur atur
Inilah janji mendung yang hamil tua
Sebab benar pasti sentosa
#FanaNyata-NyataFana
Menontonpanggungnusantara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar