Minggu, 05 Juni 2016
Kumpulan Puisi Ade Saputra Sunankaligandu -♡ JAMPARING PEUTING
♡ JAMPARING PEUTING ♡
Nalika angin ngadalingding
Mapay peuting anu jeumpling
Tembang kasono ngahariring
Tur ka panutan anu anggang
Jamparing asih ngeunteup manah
Teuteub Anteub, nanyceub pageuh
Nanyjeur asih meungkeut deudeuh
Duh..anjeun nu janteun impleungan
Tos teu wasa rasa nandangan
Mugia katrsna janteun nyata
♡ SEPENGGAL ASA ♡
Ku masih berdiri
Di bawah rotasi
Terhuyung limbung didera masa
Musnah sudah gagah perkasa
Coba ku tanya
Pada binar mata asa
Samarnya nyaris buta
Sebab warna elegi sia-sia
Ah...
Malam juga temaram
Namun sempat biaskan cahaya
Rerona rupa rembulan buram
Meski sepenggal,tetap indah mempesona
Awan saja nan genit menggoda
Biarkan saja
Sejenak ia pasti sirna
Sebab rembulan pasti purnama
#DewaBumiRaflesia_05_06_16
♡ KESAMBET ♡
Bilakah usai
Bila kau kunci dalam semedi
Sementara aksara masih direnda
Maka dilema nan menyapa
Hempaskan saja
Dalam alunan kidung mesra
Atau guratan mata pena
Hingga angkara tak tersisa
Sirna digilas roda masa
Lalu renda benang mimpi,jadikan elegi permadani
#DewaBumiRaflesia_06_06_16
♡ DI UJUNG JUANG ♡
Aku tak harap kau bentangkan karpet merah di sepanjang jalanku,atau kau hamparkan permadani sebagai tilamku. Yang aku mau,kau mampu beri warna pada mahkota yang tengah kurenda,serta beri arti pada singgasana yang tengah kutempa.
#DewaBumiRaflesia_10_06_16
♡ LELAH ♡
Senyananya.....
Akulah utusan Sang Hyangwidiwasa
Pembawa aroma nirwana jiwa
Pengganyang resah gundah gulana asa
Pelukis hati di figura cinta
Pemberi rerona indah pada tiap detik putaran masa
Namun,mengapa....
Kau rengkuh sukma tak beriba
Seakan hendak engkau bawa
Jiwa raga menuju candradimuka
Dengan belenggu angkara ku terdera
Dalih setia mantra pembayun sukma
Suatu tanda,tak pernah kau eja
Helai demi helai legenda kita
Bahwa aku,tiada tumpahkan noda
Cukup sudah....
Aku telah lelah...
#DewaBumiRaflesia_13_06_16
♡ SURAT JIWA ♡
Kasih....
Tak ku temukan jejakmu di sepanjang untaian mimpi - mimpi yang ku renda pada setiap helai malam.
Sementara kidungmu kian terdengar merdu merayu, mengajak kalbu tuk memburu tiap hela napas cintamu.
Hingga ku tiada henti berlari mencari tiap keping puing ilusi yang terberai oleh janji seribu misteri.
Kasih....
Kemana harus ku mencarimu,sementara giris gerimis menetes basahi sepanjang jalanku di atas lembah ngarai terjal dan berliku yang semakin licin bertabur onak serta duri.
Kasih.....
Kan ku beri tanda pada setiap detak jantungmu,agar mudah ku eja tiap untai rasamu yang samar dalam remang cahaya cinta. Agar ku tak gamang menjalin temali kasih yang tak jua usai ku renda,meski kadang limbung bimbang tuk beri warna pada tiap titik syairnya.
Kasih....
Setiap denyut nadimu adalah arti sunyi belai lembut kasihmu, yang kurasa di hamparan samudera jiwaku.
#DewaBumiRaflesia_13_06_16
♡ SAKLAR SAKRAL ♡
Aku berbisik diantara gemerisik dedaun diusik
Oleh bayu berlalu mengusir bulir pasir
Sang surya masih murka dengan teriaknya yang terik
Tak jemu ku pacu adrenalin hingga desah desir
Seketika,hampa udara di rongga rasa
Biliknya sepi berselimut gulita
Entah kemana penghuni mengembara
Mungkin,berkelana berteman angkara
Rapuh runtuh lentik jemari kutip giris gerimis
Renta rasa tak kuasa meronta bawa serta tangis meringis
Kala luka makin dikais
Hingga legenda kian tragis
Bila tak kuasa
Tuk dikunci di lemari kaca
Atau dibuang lewat jendela
Namun bisa,disapa dengan canda tawa ria
#DewaBumiRaflesia_12_06_16
♡ MENYULAM DALAM TEMARAM ♡
Malam gulita
Masih jua buta kala coba ku eja
Bias paras rerona air muka
Bertabir dilema tanya fatamorgana
Malam gulita
Kala ku terbang ke langit jingga
Kau beri tahta di singgasana maha
Hingga ku percaya dewa asmara sudah dewasa
Malam gulita
Aku tak bermimpi rembulan purnama
Namun,jangan kau biaskan malam dengan temaram
Agar sunyi tak jadi mencekam
Malam gulita
Aku sangat perkasa jadi lakon drama
Namun karsa mampu rapuh hingga punah
Sebab jiwa untaian rasa tak berbongkah
Malam gulita
Apakah engkau penabur embun ?
Yang setia menyemai pada semesta
Lalu,kau biarkan bulirnya berserakan
Malam gulita
Bukankah kau sembunyikan hujan pada mega
Mengapa tak kau tumpahkan segera
Pada salah satu sudut mayapada
#DewaBumiRaflesia_11_06_16
♡ MENGAPA ADA TANYA ♡
Beta....
Rupa nyata,bermahkota fana
Terbelenggu alfa,berlumur noda
Terbingkai nyata,lukisan asa
Terbalut raga renta, rerona jiwa
Beta...
Tiada kuasa tuk genggam mayapada
Cuma setitik embun karya,buah daya upaya
Cuma sehasta karsa,jarak pandang yang bisa ku eja
Cuma jemari ringkih pemahat asa,senjata yang ku punya
Mengapa...
Belahan jiwa tak jua usai akan dahaga
Berjelaga ditelaga surga yang ku punya
Yang ku tuang dari sari pati rasa
Ku tak perduli,meski sukma ini nestapa
Yakinlah..
Asa ini tiada kan henti ku kayuh
Meskipun peluh berubah darah
Meskipun sukma raga di tindih gundah
Sebab,tiada ku miliki kamus pasrah
Pahamilah
Sukma raga ini rapuh
Seketika ia mampu runtuh
Lalu,remah hingga musnah
Usah dera dengan berjuta tanya
Hanya akan kais dilema
Biarkan mengalir apa adanya
Sebab,muara bengawan pada samudera
#DewaBumiRaflesia_16_06_16
♡ HENING ♡
Kala ku jamah deretan aksaramu
Cuma bisu laksana bayu berlalu
Laksana enggan jawab sapaku
Ataukah ragu jadi belenggu
Aku masih terpatung di antara
Sembunyi di balik tirai angkara
Hingga usang digilas roda masa
Meski untaianmu bertabur pesona
Namun tanyaku tak jua sirna
Apakah itu hanya pelipur lara
#DewaBumiRaflesia_19_06_16
♡ RINDUKU ♡
Ibu
Mungkin, masih bisa aku hadang
Tetes duka dari sudut telaga mata
Namun, gelombang rindu kuat menerjang
Menyesak di ruang dada
Ibu
Mestinya, aku hadir bersimpuh di kakimu
Harapkan berkah serta ampunan dosa
Di pagi fitri yang kan tiba segera
Namun, selalu waktu jadi belenggu
Ibu
Jarak kita dihitung peta
Jumpa kita hanya lewat suara
Namun, kasihmu selalu aku rasa
Meski diri berlumur alfa juga noda
Ibu
Maafkan aku anakmu
Yang menjauh dari pandangmu
Yang tengah mengukir jati diri
Berharap diri lebih berarti
Ibu
Meski tangisku tiada arti
Namun rinduku menyayat sanubari
Belai saja bayu yang berlalu
Aku akan rasakan belaian itu
Dari "Tiga serangkai"
Terlahir dari seorang IBU
♡ MERENGKUH ASA ♡
Merengkuhmu
Dengan segenap jiwa
Dalam alunan kidung syahdu
Ketika semilir bayu menyapa
Ketika gemuruh ombak di samudra asa
Menghempas lara hingga ke dasar palung nestapa
Maka, hanya cinta yang mampu merengkuh
Selamatkan asa agar tak musnah
Damailah
Dalam dekap hangat rerona cinta
Meski dalam jerat benang merah
Sebab, merontapun akan percuma
Genggam saja
Temali hati yang tengah direnda
Meski dalam jeruji sepi
Sebab, kan tiba jua pada elegi pagi
Yakinlah, bahwa
Mayapada kan ronakan cahaya
Semerbak aroma bunga di taman senja
Ketika nyata tak lagi asa
Lenalah
Dalam denting dawai kidung bayu
Dalam buaian mimpi-mimpi indah
Dalam dekap segenap kalbu bertalu
#DewaBumiRaflesia_25_06_16
♡ BUKAN AKU ♡
Bukan....
Bukan aku yang kau sakiti
Tapi hatimu sendiri
Sebab cintaku murni
Nyata tanpa basa-basi
Bukan
Bukan aku yang meminta
Kau yang telah berdusta
Hembuskan angin surga
Bukan
Bukan aku yang kau mau
Aku saja yang tak tau malu
Bukan
Aku bukan permainanmu
#DewaBumiRaflesia_24_06_16
--------------
berjelaga ditepi telaga warna semesta
reguk penawar dahaga sukma lara
rendam prahara nestapa nostalgia
dlm riak gelombang fatamorgana
semburat rengat kisi kasih kinasih
pecah remah dikelokan menanjak
tercecer ditepian mimpi kasturi
tusuk tapak telapak membengkak
tinggalkan goresan segurat syahdu
ada selaksa sukma yg terluka
risaukan kehampaan biji asa
resahkan bayang remang bilik mimpi
gundahkan gemuruh prahara dilema
hingga udar singgasana istana
usah gali pusara di rimba purba
ukir saja patung sepi....
♡MENGEJA ASA PURNAMA♡
Aku rindu cahaya purnama
Kala binarnya jatuh di telaga
Bentangkan rerona raut rupa
Pesona cahaya empunya aksara
Malampun diam seribu kata
Semilir angin tak lagi gulana
Desirnyapun masuk lewat jendela
Ketika syair jadi legenda
Mari berdiri pada altar janji
Agar lena bertilam permadani hati
Lalu kunci diri dalam jeruji kasturi
Ketika usai mimpi dicuri
Rentangkan saja sayap illusi
Agar terbang kian meninggi
Genggam erat temali mimpi
Lalu ikat pada elegi pagi
#DewaBumiRaflesia_26_06_16
♡ AKU DAN MALAMKU ♡
Sepi, menyusuri lorong malam
Sendiri, mengais puing-puing angan
Sementara mimpi kian tenggelam
Sedangkan aku kian tertawan
Malam tak mau tahu
Menghujam kalbu hingga ulu pilu
Tercabik gelak tawa di ujung senja
Sepenggal asa masih tersisa
Sudahlah
Mungkin angin telah lelah
Menyapaku yang tak jua lena
Padahal, ku masih mematung di beranda
Ingin rasanya
Berkelahi saja dengan bara menyala
Agar tak terbakar ruang angkara
Namun, aku tak kuasa
Sedangkan dinding malam sunyi
Telah penuh dengan figura illusi
Berlukiskan mimpi-mimpi kasturi
Dalam remang ruang elegi
#DewaBumiRaflesia_28_06_16
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar