Kamis, 02 Agustus 2018
Kumpulan Puisi Bang Toyyib Sibarani - UNTUK CALON LEGISLATIFKU
" UNTUK CALON LEGISLATIFKU "
Untuk apa aku berjualan janji-janji.
Jika aku sekali hadir dan seterusnya tak nampak lagi.
Untuk apa ku hadirkan materi jika selembar saja yang kuberi tak cukup dalam sehari.
Pemilihku tidak butuh calon yang pandai berpuisi seperti aku. Dan
Tidak juga yang memiliki banyak istri dan bamyak materi.
Rakyat memilihku untuk memperjuangkan isi perutku lalu kemudian memperjuangkan pemilihku dan golongan atau partaiku.
Tak peduli seberapa bagus partaiku
Yang ku tunggu cair anggaran tanpa celah untuk masuk kepundi-pundiku.
Rakyatku butuh yang mengerti akan perbaikan. Butuh pembaharu dan pelayanan tanpa harus bertaruh.
Tak sedikit yang pemilihku yang tahu.
Bahwa aku seorang legislatif yang terpilih dan duduk diatas bangkai saudara sendiri.
Budaya Salah Menyalahkan
Wahai para ulama yang lupa dengan umatnya…!
Nasehat dan ilmumu merupakan cahaya
Yang menerangi dan membuat tenang orang yang berada dalam kegelapan
Tapi kenapa moral dan nilai yang kamu bawa itu sekarang lari tunggang langgang
Menjauh…dan menjauh, sehingga figure itu telah tiada.
Wahai para penguasa yang serakah…!
Kamu menjadi tulang punggung rakyat jelata
Kok malah enak-enakan ngumpulkan harta
Tidakkah kamu ingat,
Akan pikulan amanat yang amat berat .
Wahai para penegak hukum yang lembek…!
Tegakkanlah hukum di negara kita kuat-kuat
Genggamlah keputusan yang adil dan bijaksana
Jangan malah ikut-ikutan nimbrung dengan para penjahat
Dan menyalahgunakan amanat.
Wahai para ekonom dan pengusaha yang ber”ego” ria..!
Kenapa kamu tidak menguatkan rupiah kita…?
Kenapa kamu tidak membuka lapangan kerja…?
Sedangkan kamu melihat banyak anak negri kita yang pengangguran
Walaupun mereka telah menyelesaikan strata sarjana.
Wahai para pemuda-pemudi yang malas-malasan…!
Campur tanganmu dalam memajukan bangsa diperlukan
Otakmu…, tenagamu…, pikiranmu…masih segar
Tapi kenapa kamu terbuai dengan rayuan narkoba
Yang akhirnya menghancurkan “nilaimu” di masa depan.
Wahai para Ulama.., wahai para penguasa…, wahai para penegak hukum…, wahai para ekonom dan pengusaha…, wahai para pemuda-pemudi dan seluruh bangsa Indonesia…
Akankah kita saling menyalahkan orang lain selamanya
Sehingga kita mudah dipecah belah oleh para penjajah…?
Atau karena memang didikan kecil kita yang menyalahkan kodok kalo kita terjatuh?
Atau perasaan gensi yang lebih kuat sehingga kita tidak mau menyalahkan diri sendiri?
Malulah…., tahu dirilah…, introspeksi dirilah…
Singkaplah tabir budaya menyalahkan orang lain…!
Dan perbaikilah dari diri kita masing-masing
Sambunglah sendi-sendi yang telah tercerai berai…
Agar menjadi satu kesatuan yang kuat untuk bersama memperbaiki bangsa kita
Ya Rabbun ghafuurr….
Engkau Maha Mengetahui segalanya…
Kesalahan kita, kebobrokan kita, kelemahan kita dan kerusakan kita…
Maka berikanlah ampun Mu ya Rabb…
Dan berikanlah kepada kami ulama yang baik dan perbaikilah ulama kami.
Berikanlah kepada kami penguasa yang baik dan perbaikilah penguasa kami.
Berikanlah kepada kami penegak hukum yang baik dan perbaikilah penegak hukum kami.
Berikanlah kepada kami ekonom dan pengusaha yang baik dan perbaikilah ekonom dan pengusaha kami..
Berikanlah kepada kami pemuda-pemudi yang baik dan perbaikilah pemuda-pemudi kami.
Berikanlah kepada kami bangsa yang baik dan perbaikilah bangsa kami… Aamiin
#Pesan_Puisi_Bang_Toyyib_Sibarani
#selamatberaktiviras
"ORANG KECIL ORANG BESAR"
Di suatu malam yang sunyi
Di dalam rumahku yang gerah
Beberapa anakku yang lugu
Sedang kuberi wejangan yang lugu-lugu
Akuberkata:
“wahai Anak-anakku,
Kamu sudah pernah menjadi anak kecil
Janganlah kamu nanti menjadi orang kecil!”
“Orang kecil itu, kecil peranannya
Kecil perolehannya,”
“Ya,” itulah dia
“Orang kecil sangat kecil bagiannya.
Anak yang paling kecil masih mendingan.....
Rengeknya didengarkan
Suaranya diperhitungkan
Orang kecil tak boleh memperdengarkan rengekan karena.....
Suaranya tak suara.”
Lalu Sang ibu juga ikut wanti-wanti...
“Betul, jangan sekali-kali jadi orang kecil
Orang kecil jika jujur ...... dia ditipu
Jika ia menipu ....... dikejar
Jika ia bekerja....... digangguin
Jika ia mengganggu..... dia dikerjain.”
“Ingatlah, jangan sampai jadi orang kecil
Orang kecil jika ikhlas ...... dia diperas
Jika ia diam ..... dia ditikam
Jika ia protes ....... dia dikentes
Jika ia usil ........dia dibedil.”
“Orang kecil jika ia hidup dipersoalkan
Jika dia mati tak dipersoalkan.”
“Lebih baik jadilah orang besar
Bagiannya pasti selalu besar.”
“Orang besar jujur maupun tak jujur tetap makmur....
Benar-tak benar tetap dibenarkan
Zhalim-tak zhalim tetap dibiarkan.”
“Orang besar boleh bicara semaunya
Orang kecil paling jauh dibicarakan saja.”
“Orang kecil jujur..... dibilang tolol
Orang besar tolol....... dibilang jujur
Orang kecil berani ......dikata kurangajar
Orang besar kurangajar....... dikatakan berani.”
“Orang kecil mempertahankan haknya.....
disebut pembikin onar
Orang besar merampas hak orang kecil....
disebut pendekar.”
Kemudian anakku terus diam tak berkata-kata
Namun dalam diri mereka selalu bertanya-tanya:
“Anak Kecil bisa menjadi Besar
Tapi mungkinkah Orang Kecil
Menjadi Orang Besar ?”
“O r a n g k e c i l ? ? ?
O r a n g b e s a r ! ! ! ”
#Pesan_puisi_bang_toyyib_Sibarani
#buat_Tan_Ahmad
" Ohh....Wahai Pemimpinku "
Aku Merindukanmu, Ohh... Wahai Pemimpinku
Sepanjang kurun waktu kulihat wajah-wajah yang kalah
Menatap mataku yang tak berdaya
Sementara tangan-tangan perkasa dan para Petinggi Politikus
Terus mempermainkan kelemahan
Tanpa kusadari Airmataku pun mengalir mengikuti panjang kurun waktu
Mencari-cari tangan dan lemah lembut gaya serta wibawamu.
Dari data-data tipis dan Terus kudengar suara sembrautan.
Ku dengar Derita mengiris terus berkepanjangan
Dan kepongahan tingkah-meningkah
Telingaku pun kututup dan Berharap sesekali mendengarkannya.
Saat Merdu kau menghibur suaramu dengan janji-janji.
Aku merindukanmu, wahai pemimpinku.
Ribuan tangan gurita keserakahan menggerogoti keuangan negeri ini
Menjulur-julur kesana kemari
Mencari mangsa dan memakan korban
Mengeruk bumi meretas berjuta harapan
Aku pun tak berdaya dengan sisa-sisa suaraku
Mencoba memanggil-manggilmu, menjerit hingga kurangkai dalam sebuah puisi.
Ohh wahai Pemimpinku, Ohh wahai calon Presidenku
Dimana-mana sesama saudara
Saling cakar berebut benar
Sambil terus berbuat kesalahan
Qur'an dan sabdamu hanyalah kendaraan
Masing-masing mereka yang berkepentingan
Ingin rasanya ku meninggalkan mereka
Mencoba mencarimu dalam sepi rinduku
Aku merindukanmu, Wahai Calon Presidenku
Sekian banyak Abu jahal Abu Lahab
Menitis ke sekian banyak umatmu serta pendukungmu
Ohh...wahai calon Pemimpinku selamat dan salam hangat dari rakyatmu kusampaikan kepadamu.
Rakyatmu ingin bertanya bagaimana melawan gelombang kebodohan, kemiskinan dan sulitnya lapangan pekerjaan serta rasa kecongkaan yang telah tergayakan.
Bagaimana mengatasinya, seperti asing ditanah negeri sendiri wahai Pemimpinku.
#Puisi_pesan_bang_toyiib_sibarani
#untuk_calon_presiden_RI_2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar