Sabtu, 06 Agustus 2016
Kumpulan Puisi & Cerpen Tguh KlasBungamatahari - AU REVOIR
AU REVOIR
(adaptasi dari sebuah puisi dengan judul yang sama karya Tguh Klasbungamatahari)
Apa jadinya?
Saat pejal payudara tak lagi nikmat menyentuh dada. Sedang dalam ketat pelukan, satu per satu kelopak asa berguguran.
"Ku rasa, aku kan merindukanmu setiap malam." bisikku.
Lirih. Hampir mendekati putus asa. Masih dalam pelukan tubuh tinggi berambut pirang.
Aku busa merasakan bahuku mulai basah. Dari titik demi titik sudut mata biru yang luntur. Atau encer lendir turun bersama isak dari hidung mancung. Melewati indah bibir tipis. Juga merah jambu rona pipinya.
"Seorang Penyair tidak sedih karena ditinggalkan... Karena Penyair adalah pemburu kesedihan. Kesedihan yang sempurna adalah surga yang dijanjikan..." katanya.
Mawarku beku pucat. Tambah lekat dalam genggaman. Berada dibalik pinggang rampingnya. Tak sempat aku berikan, sepasang tangan panjangnya keburu merangkum tubuhku dalam tubuhnya. Seperti enggan melepas atau menghabiskan rindu tanpa bersisa.
"Kau masih penggalan ingat puisi itu Aimee? Coba bacakan untukku untuk terakhir kali.."
Ia menghentikan isak. Menghela nafas panjang. Dan mulai bergumam.
"Seorang Penyair menyalib separuh tubuhnya pada kesedihan dan separuhnya lagi pada keriangan. Hanya Pecinta yang tidak sedih karena ditinggalkan. Karena ia tahu kelak akan ditinggalkan.."
"Seorang Penyair dan Pecinta mengembara dalam tubuhku. Maka lukai aku dengan kesedihan. Biar kuiris matamu dengan puluhan kecupan."
Dan kami mengucapkan penggalan syair itu bersamaan.
***
Aimee sudah terbang. Bukan kembali ke kahyangan. Tapi jauh ke negeri seberang. Melesat diantara awan. Meski mungkin ia telah menemukan selendangnya yang sengaja ku curi dan ku sembunyikan. Atau sekedar siuman dari amnesia panjang. Mengakhiri selamanya yang pernah ia janjikan.
"Au Revoir..." katanya perlahan diantara isak dan sisa senyum ketegaran.
Kemudian ia bergegas menjauh. Dari bibir yang tak pernah jemu ia sentuh. Wanginya masih mengeras di sekeliling nafasku. Menusuk perih dalam tiap helaan panjang.
"Selamat tinggal...!"
Cuma itu yang bisa aku ucapkan saat tubuhnya raib di ujung penglihatan.
Ia masih mengingat penggalan Syair Kematian. Syair yang kerap aku bacakan saat kepalaku manja rebah diatas pangkuan. Dibelai jemari putih panjang berbulu pirang. Diatas pasir, gelisah deru ombak dan sunset menyemburat menor pada ujung cakrawala di depan. Ia sungguh masih mengingatnya. Dan celakanyapenggalan syair itu bukan karya yang ku ciptakan. Sepenggal syair indah, berakhir tersia sebagai sobekan koran bungkus nasi Padang. Yang aku simpan tanpa mengetahui siapa penulisnya. Mungkin seperti itu kelak sajak sajak yang kutuliskan. Kau lupakan dan kau tinggalkan. Aku coklat manismu pada satu episode liburan. Lelaki kecil naif, terlalu menggemari kata-kata. Suka bersenda dengan airmata untuk sekedar menutupi lobang hampa dalam dada.
Kau tinggalkan.
***
Senja mengulurkan tangan. Lembut merangkul pundak. Membujuk aku dengan hangat senyuman. Menuntun aku pulang.
Kembali pada kesepian.
Indragiri Hulu. 2016
Coklat manismu yg malang.
*au revoir_ Selamat tinggal dalam bahasa Perancis.
*Syair Kematian_ sepenggal sajak yg sangat saya kagumi. Saya dapat dari sobekan koran. Dan sampai sekarang saya tak tau siapa penulisnya.
Seharusnya berjudul Syair Kesedihan ada salah ingat waktu saya menulis kemarin. Ini konfirmasi bahwa saya hanya menuliskan kembali. Seperti misalnya saya menuliskan lirik lagu dlm karya saya. Sedikitpun tidak ada niat saya untuk memplagiasi karya penulis lain.
Istri Pertamaku Bernama Kesepian
by; Teguh Santoso Mulyadi
Yang cantik
sebaik-baik hati iblis
merupa setia bayangan mengikut.
Kau datang
diam-diam dan tenang.
Bisik ninabobo tak pernah lekang
hingga lena
hingga tutup usia.
Kawan setia dalam kesedihan
meski kurang ajar kadang,
menyelinap diantara tubuh basah telanjang aku dan istriku sekarang.
Sehabis percintaan.
Kali itu dia datang.
Asyik memandang buncit perut bugil pulas tidur istriku sekarang,
saat aku bercengkrama, mengajak berdoa buah hatiku..
"Kemarilah, berbisiklah atau sapa dia dengan usapan..ini kan anakmu juga.." Kataku perlahan, iba menengok sedih air mukanya.
"Tidak. Itu bukan anak kita sayang..Itu anugerah, dari satu hubungan yang kalian awali dengan menyebut Asma Tuhan.. yah, disaat itu saja aku tak pernah mengganggu kalian..."Lirihnya.
Sejak itu jarang dia datang..
Sesekali menjenguk
melepas kerinduan.
Yang cantik
sebaik-baik hati iblis
merupa setia bayangan mengikut.
Istri pertamaku bernama kesepian.
Inderagiri Hulu, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar