Kamis, 04 Agustus 2016
Kumpulan Puisi Urs Meliala _ TEPIAN
Tepian
Horizontal berpagar portal, berambu adab dan kepantasan
Vertikal dilingkup awan, sedia badai kemustahilan
Menghirup angin, kenyangkan candu keterlanjuran
Melukis helai, maknai arif yang menjuntai
Aku merdeka puan
Penjaraku samudera cahaya
Aku takjub puan
Hibaku gilang percaya
Ceritera suara swipoa
Ditepian nyata dan maya
FnNf.03-08-2016
-------------------------------
Sedianya jamah aksara yang secuma rimah, pengganti lilin bersekedar panggang bongkah dingin agar terpapar menjadi uap, hingga gigil beranjak
FnNf.hariku
-------------------------------
Memujuk setengah sayap, mengepak tegarkan pijak
Cukuplah mimpi memilin lembaran lembab
Bisaku malu puan
01-08-2016
Masih
Padahal terus saja
aku dikatakan bodoh
ketika potret menasihatiku,
dan berkata jujur,
tentang lututku yang lemah
Tetapi musim hujan kali ini
justru membelamu,
dengan sejuta dingin
Hingga kian erat,
balutan syal ungu,
yang kurajut dengan utas senyummu
Bahkan ketika kopi pagi ku
seolah terkontaminasi
oleh derai aksaramu,
yang berotasi
diberanda penatku
FnNf.11/08/2016
Angsana
Sejuk damai janji naungan
Obat dahaga sengat surya
Ketika engkau berbunga
Mataku purna lupa, engkau angsana
FnNf.09-07-2016
Harus beli
Ibu; entah siapa yang memulakan namamu pertiwi
Hingga; putera puteri telah rela mati
Elok bestari, kaya tiada terperi
Ternyata; itu hal terpaling untuk rela kini
Lalu, nurani mati bertransaksi
Korsa dibeli dengan lahan nasi,
lalu dijual dengan recehan dipinggir jalan
Pedagang upeti berlapak instansi,
menjual duri pada pribumi
Memaksa mandiri dengan iuran untuk sakit; sendiri
Berbaik hati dengan beras mulia, berlabel miskin
Dan beralibi subsidi pada pencucian upeti
Ibu; engkau pastinya pertiwi
Meski tanah, air, harus beli
FnNf.16/08/2016
Biar
Seandainya engkau malam; biarkan kupesan sejuta embun
Atau bila engkau hujan; jangan gigilku genangi mata
Biarkan percaya bicara; tanpa podium dan pemirsa
Asal lentera menyala; bersumbu tatapmu puan juwita
FnNf,20-08-2016
Martabak
Sepertinya engkau kian terbahak, jika isi kantong plastik ini dibubuhi kacang dan coklat
Tetapi mengapa justru aku tersedak, setiap kali seduhan kopimu tinggalkan bercak
Apakah ini kau anggap kocak, setelah setiap lembar tisu berwarna merah
Padahal hujan enggan beranjak, ketika setiap warna menggugah
FnNf.20-08-2016
Arang
Kemarin sekali, kubentang arang
Dipermukaan telaga cundang
Biar menguap terbang
Direngkuh langit petang
Bukan untuk warnai awan
Atau racuni semilir dendang
Sungguh berharap menjadi hujan
Padamkan bara berapi kenang
FnNf.27-08-2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar