Minggu, 04 September 2016
Kumpulan Puisi Tok Laut - SAJAK BUAT ANAK PESISIR ASAHAN
Membingkai mimpi tidak semudah menangkap bayang-bayang dan mengobah arah angin tak satupun siapa dapat lakukan, kecuali takdir menepati janjinya untuk mengubah arah sayap kita
SAJAK BUAT ANAK PESISIR ASAHAN
Perempuan setengah tua menenteng bocah ingusan
pada pelantaran ikan asin dan gudang belacan
Mereka adalah parade buruh buruh nelayan
Mereka adalah bunda bunda pesisir
yang setiap hari koor menyanyikan lagu kehidupan
Terik panas dan helaan angin pantai
menerpa rambut perempuan - perempuan tua
hingga menutupi wajah moral kita
napas mereka adalah desah ombak dan hempasan gelombang
Perdebatan yang tak kunjung selesai
yang kesehariannya terus menggulung asa 'menggumul jiwa
melecut sisa sisa usia pinggiran pantai desa ( asahan )
Jam dua sore kulihat pula parade remaja
bergerombol menuju perhelatan hidup
pada pelantaran ikan asin dan gudang belacan
siswa-siswi pesisir bergulat bersama sepinya kegembiraan usia muda sepulang dari sekolahnya
hm....
geliat mereka adalah lelah yang berusia tua
dan terus menerus ringkih dan ronta
melewati catatan penting kita
sebab tadi kulihat orang orang keluar dari mobil mewah
mereka berkata " bagian bapak nanti ada sepulangnya saya dari australia ".
buruhku yang yang berbaju robek dijahit rupiah
kehabisan benang diatas mesin jahit yang karatan
Bagan Asahan 30 agustus 2016
RENUNGAN PENYAIR
_________________
ULTIMATUM SRIGALA MALAM
kami memang rimbunan puisi srigala malam
api kami masih membara ditengah kerumunan gelapnya kelam
kesucian kami tak bisa dinodai sebab potret kami tetap hitam
berjalan dibalik bayang-bayang menyusupi alir darahmu
toleransi masih kami gantung ditiang jeruji
sebelum tokok palu kami gelar di altar
TOK LAUT
RENUNGAN PENYAIR
SAJAK BUAT ANNISA HASIBUAN
makrifahku terhuyung menggapai tebing langit diseperempat malam new york
menyeretku ketitik pusar arus punting beliung jumat
tak kudengar lagi nyanyi sukma lapaz pujian cahaya khatulistiwa
yang dulu meretas jalan curam menuju ke-Ilahiya'an-Nya
duh...tasbihku mengikat kakiku
ingin hengkang dari ketulusan sajakku
elektron proton dan neutron bergemuruh menyelimuti jiwaku
lathifhatul qolbyku terpasung disajadah yang berbau mimpiku dulu
duh Sang Maha Zat
salahkah rebung kalau mengakui ia bambu
menjenguk sucinya cintaku kepadamu
sudah kuretas dunia dengan hijabku
lewat altar desainerku
TOK LAUT
art institute of empowerment coastal community
tanjungbalai city-north sumatera-indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar