RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Rabu, 11 Juli 2018

Kumpulan Puisi Dyah Ayu Paramitha Indudewi - WARNA MASA LALU


KEHILANGANMU
Karya:Dyah Ayu Paramitha Indudewi


Hamparan malini telah berguguran
Mahkota,jua kelopaknya jatuh bertebaran
Melambung tinggi
Di tiup bayu senja hari
Begitu pula aku
Tak tentu arah,kehilanganmu
Bagai butiran salju di terik kemarau
Jiwaku rapuh,kering tertinggal debu
Tanpa kata
Tiada terkata
Diam tanpa daya
Sendiri merintih luka

Indudewi#wilwatikta300618-02:09
Lembar Diary Seorang Putri





SESAK TERSENGAL
Karya:Dyah Ayu Paramitha Indudewi


Remah-remah rindu
Telah habis termakan waktu
Pandangan terasa hambar
Seperti kilap permata yang pudar
Tak dapat diri memungkiri
Terlalu indah cintamu terganti
Sejujurnya,mungkin tak terlupakan
Selamanya kenanganmu tersimpan
Di dasar samudera hatiku terdalam
Tiada lagi kerinduan
Yang dapat ungkapkan
Karena sesal ini
Seperti angin
Yang mengiringi setiap desah nafasku
Sesak..
Tersengal..

Indudewi#wilwatikta290618-04:29
Lembar Diary Seorang Putri





WARNA MASA LALU
Karya:Dyah Ayu Paramitha Indudewi


Aku melangkah pada kanvas remajaku
Sejauh kupandang cakrawala impian
Sejuk bayu menghantar kenanganmu
Kugenggam kuas-kuas masa silam
Yang penuh cerita
Senyum sipu masa berjumpa
Bahagia di lena asmara
Menitis air mata luka
Menggigit bibir saat terpisah
Jauh berlalu waktu kita
Sejak langkah telah berbeda arah
Mengguriskan warna-warni cerita
Baru kusadari jua
Sudah kulukis cinta dgn sejuta warna
Namun tiada pernah terlihat indah
Tanpamu
Ya tanpamu
Selain warnamu semua terlihat semu
Engkau yang jauh di mata
Hilang entah di mana
Aku rindu
Rindu

Indudewi#wilwatikta270618-19:00
Lembar diary seorang putri





PADA SIAPA
Karya:Dyah Ayu Paramitha Indudewi


Tak ada kurasa terpikirkan
Namun entah mengapa
Mata enggan terpejam
Sendiri di jendela tilam
Memandangi rembulan
Bagaikan sama berdua
Sepi sendiri antara gelayut malam
Resah gelisah rindu ini
Bergerak sampai di ujung jemari
Merajuk lembut mengusik hati
Menyelebungi diri
Menyelusup di setiap rasa
Menghantar keinginan untuk selalu berjumpa
Menebar seribu alasan agar tetap bersama
Mensilapkan mata
Sehinggakan hanya dirimu terindah
Engkau yang ku lamun dalam asmara
Adakah sama rasa
Engkau yang terindu di pelupuk mata
Bilakah gayung menyambut titisan tirta
Engkau yang menggenggam putih saroya
Pada siapakah jua kau selipkan akhirnya

Indudewi#wilwatikta240618-07:44
Lembar diary seorang putri




SEIRING USIA
Karya:Dyah Ayu Paramitha Indudewi


suling berdenging suaramu tergiang
berhembus di antara rumput ilalang
kerling-kerling matamu yang menggoda
membuat pipi bersemu merah
sungguh takkan terlupa

hari ini aku di sini
memandangi malini
tersenyum sendiri
karenamu..
kenanganmu..
begitu akut menyatu dalam nafasku

mahidhara kita kala senja
tiada berubah sekian lama
masih penuh bermekaran cempaka
jauh berbeda antara kita
setelah berlalu masa-masa belia
tersisa kenangan seiring usia

indudewi.wilwatikta.060818.22:32




TANPA UJUNG
Karya:Dyah Ayu Paramitha Indudewi

berputar tanpa henti
kembali dan kembali lagi
tak pernah aku terlepas
sedetikpun atau satu hela nafas
cinta padamu selalu mencengkam
mengikuti bagai bayangan
dan aku gagal melawan
aku tertawan kenangan
seperti rembulan di langit malam
ingin aku berjumpa mentari
apadaya takdir terpatri
berdua dalam jalan berselisih
tanpa ujung...
bersama...

Indudewi.wilwatikta090818.00:28





SENDIRI SEPI
Karya:Dyah Ayu Paramitha Indudewi


ukiran-ukiran keluh kesah cinta
telah kau simpan dalam tabut jiwa
kau tutup rapat dari raung udara
genggaman hangat penuh rasa
telah terlepas lewat setanggal kata
dan engkau berlalu pergi
tanpa menoleh lagi
aku terpaku di antara sinar mentari senja
menahan luka berlinangan air mata
begitu pedihnya berpisah
tiada terkata
aku bagai air keruh,tanpamu
mengalir dalam warna tiada ketentuan
sendirian...
kesepian...

Indudewi.wilwatikta080818.02-33

Tidak ada komentar:

Posting Komentar