RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Senin, 28 Januari 2019

Kumpulan Puisi Mohammad As'adi - Mengenang Sang Mata Air Cinta



Mengenang Sang Mata Air Cinta
Bagian 1


(ibuku)

Ia adalah perempuan ningrat jawa yang tak pernah berdiri di atas tahtanya
Selalu melebarkan hati dan jiwanya pada kehidupan, meretas impian dengan senyum dan menakzimkan pada hati yang lapang-nrimo ing pandum – dan menebar kerinduan pada semua orang .
Bagiku ia adalah mata air cinta yang selalu aku panggil dengan kata sesejuk embun : Ibu

Kata-katanya senantiasa semerbak wewangian bunga, syahdu, merindu dan sinar matanya selembut butiran-butiran kabut. Dukalara terhempas ,sayap-sayap patah dan jiwaku yang terlunta dan tergores-gores luka, sekejap menjelmakan puisi penyejuk hati setiap kali ia berdiri dihadapanku sambil menyembunyikan seluruh kenestapaannya sebagai perempuan yang tergenggam tradisi keluarga priyayi-nrimo, sabar, pasrah, halus setia dan harus menanggung beban terjajah kaum pria.-

‘’Hidup harus berani dan tak tinggi hati, keturunan priyayi dan ningrat tak berlaku di semua tataran kehidupan…tak ada…..tak ada’’ katanya suatu ketika pada ku.

Setiap kami berbincang…ibu seperti tengah mengukir sebuah mozaik yang demikian indah dan acapakli goresan-goresannya tak aku pahami, seperti luka yang tak pernah melukai –Dari lembutnya sinar matanya perempuan itu sesungguhnya tengah berkata padaku – Aku cinta kamu- sambil melihat bayangannya di jiwaku .

Impian, harapan dan kehidupan adalah ibu. Ia lah ruh kehidupanku,sementara acapkali aku terjerembab dalam kehinaan, dengan tinggi hati melupakan sesungguhnya ia lah yang ada dalam diriku.

Setiapkali kerinduan menghentak, ada sebuah ketakberdayaan untuk tidak menyesalinya . Ia telah lama …lama sekali berpulang dengan menebarkan aroma sampai pelosok gunung…banyak orang mengenangnya, banyak orang terkenangnya, tapi aku ? hanya sibuk menyeret-nyeret kehidupanku.

Ibu adalah keindahan jiwa yang tak terpisahkan , jiwa yang senantiasa hidup dalam genggaman cinta sampai raga tak lagi menjadi miliknya. Ia akan terus hidup , bernafas dan mengaliri seluruh urat nadi.

‘’Jadilah manusia, menebarkan banyak kebajikan adalah jalan menuju tahta, bukan jabatan, harta atau keturunan…’’ katanya suatu ketika.

Temanggung 2019





Cinta yang Terbang
(sajak cinta pada yang terkasih )


Menderu hati dan jiwa ketika cinta terbelalak menaungi segala rupa
Namun aku hanyalah sezarrah, cinta tak terelakkan pada jiwa yang terbelenggu pusaran kehampaan tak terhingga. Milikku kah cinta itu ?
Tak ada kepimilikan mutlak,lantas bahagia ? Ah tidak…..tidak ada kebahagiaan itu pada diriku, kebahagiaan ada dalam kehidupan semesta, melesat-lesat, lalu aku membukakan hati,rebah dan berhap dalam menjalankan kepatuhan dan penyerahan diri tanpa batas.

Kesunyian adalah ruh kerinduan yang hanya terasa dalam hati penyair, pelukis dan hati yang terpesona keindahan. Kehampaan meyeretku pada lorong-lorong keinginan bertemu dengan Tuhanku dan melebarkan jiwa menganga pada kesetiaan sebagai sebuah kebenaran. Lantas mencintai sesama, sampai mereka membuka hatinya menandai kehadiranku sebagai seorang manusia.

Cinta yang terbentang luas, bertebangan . Ada resah, rindu , pahit dan cahaya-cahaya berpendaran,namun yang tertangkap hanyalah cinta sekering sabana ilalang dimusim kemarau dan hinggap pada jiwa-jiwa yang terkapar di atas jalanan. Cinta tak menorehkan sunyi bermakna, cinta tak mengalir pada sesama manusia, cinta hanyalah sebuah ironi dalam hegemoni politik dan kekuasaan, cinta menjelma dedaunan kering, berserak dimana-mana menanti waktu pembusukan.

Kahlil Gibran, sang pujangga semesta mengalirkan kata : Kucintai desa kelahiranku dengan sebagian cintaku untuk negeri , kucintai negeriku dengan sebagian cintaku untuk bumi.

Wahai sang pujangga, di bawah kekuatan Tuhanku aku berguru padamu, tentang cinta dan kehidupan, tentang keindahan dan keterpesonaan pada kesadaran membangun sebuah ketertundukan dan kepasrahan terhadap pencipta segala rupa semesta.

Anak-anak dan isteriku adalah ladang cinta yang menjelma sabana kerinduan, bukan milikku, mereka akan diminta pulang pada saatnya, demikian pula aku. Kita memang harus kembali pada sunyi dan kesunyian milik kita dengan sebuah keraguan, apakah kita berada dalam sebuah kerinduan sejati dan dirindukan kepulangannya oleh yang mencintai kita sang pemilik dan pecipta kita ? Oleh sebab kita tak pernah berada di sebuah ruang percintaan .

Berpuluh tahun, bejuta detik waktu telah aku lampaui dengan pengorbanan, dan kehormatan sebagai manusia yang tak mampu menghindarkan diri dari dera keinginan yang tersia dan sia-sia, nyaris tak ada kesetiaan yang dimiliki matahari pada siang atau rembulan dan bintang gemintang pada malam . Aku membangun cinta dengan sebutir biji , ketika tumbuh musim bertubi-tubi menghentakkan daun –daunnya bahkan juga merontokkan bunga-bunga yang mekar.

Setiap detik yang berkejaran dengan waktu kini, aku termangu memandangi cinta mekar karena tersiram cinta: anak-anakku, isteriku menyiraminya dengan kepatuhan dan kesetiaan pada sang pencipta.’’ Kami semua hanya ingin membahagiaanmu sampai batas penghabisan’’

Sekalimat kata cinta itu dalam senyap rinduku tergenang air mata: Aku merasa tak lagi tersia, cinta menjelma embun dan ketenangan jiwa, cinta berterbangan pada hakekatnya.

Temanggung 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar