Sabtu, 03 Januari 2015
Kumpulan Puisi LUmbang KAyung - DIAM KU MENGUSIK MALAM MU
# DIAM KU MENGUSIK MALAM MU #
Bersama mu,
Simpang siur cahaya kota,
Aku tak begitu tau,
Kita masih di sini bersama,
Menikmati gemerlab lampu2.
Kamu sedang Apa,
Ingin ku menyapa,
Mengusik keheningan Canda,
Tapi malu rasanya,
Walau Mentari selama nya menemani kita.
Ku coba cari canda mu,
Itu tak pernah ada,
Aku lelah menunggu,
Ku ingin memberikan Bahagia,
Tapi Aku malu.
Terima kasih Malam,
Kau Ukir kan remang silam,
Hanya di dalam diam,
Aku bagai tenggelam,
Terdiam di dalam Mimpi semalam.
By LUmbang KAyung bersama Ahmed El Hasby (Tanjung Balai 02:01:2014)
# AKU INGIN KITA TETAB BERSAMA)
Andai aku tahu,
Tak mungkin ku tersakiti,
Ku ingin mengejar Mimpi,
Walaw ku tahu Mimpi itu semi,
Ku ingin Mimpi ini ku miliki.
Walau ku tau indah nya malam ini,
Dan tak mungkin milik ku Sendiri.
By : LUmbang KAyung Bersama RPS (Tanjung Balai 29:12:2014)
# KU RELA MENANTI MU #
Gapailah Rembulan,
Menarilah diantara Bintang2,
Ku rela diri ini kesendirian,
Tak usah engkau bimbang,
Diri ini kan mengikat Kesetiaan.
Selamat jalan kasih ku,
Biar ku nanti di dermaga ini,
Hingga kita dapat kembali bertemu,
Seperti hari2 yang pernah kita lalui,
Di dalam Cumbu Rayu.
Terbang2 lah tinggi,
Kan kunanti hingga engkau kembali,
Smoga perpisahan ini menjadi bukti,
Jarak dan Waktu tak dapat mengakhiri,
Satu ikatan Cinta nan suci.
Dengar lah Doa ini Tuhan,
Berilah Rahmat mu pada nya,
Dan jaga Cinta kami walaupun berjauhan,
Karena hanya kepada mu aku Meminta,
Bahwa perpisahan ini bukan akhir dari jawaban,
Jawaban akhir dari ikatan Cinta.
By : LUmbang Kayung (Tanjung Balai 02:01:2014)
# DI PUNCAK SI BAYAK )
Di mana kini kau Mentari,
Ku menunggu di bukit yang tinggi,
Untuk memanjakan Pagi,
Bangun kan semangat di diri ini,
Demi memenuhi hasrat di Hati.
Curam nya Lembah telah ku lalui,
Gunung nan tinggi telah ku daki,
Namun ku masih saja menanti,
Kapankah Mentari menyinari Bumi,
Atau selamanya Awankan menyelimuti.
Wahai Mentari Pagi,
Kabarkan kecerahan mu di hari ini,
Di puncak si Bayak ini ku masih menanti,
Kapankah engkau bersinar lagi,
Biar ku dapat untuk menikmati,
Ke Indahan Alam Persada Nusantara ini.
Wahai Sang Awan yang menyelimuti,
Berilah kesempata untuk Sang Mentari,
Dalam memenuhi Hasrat ku di puncak si Bayak ini,
Menyambut Indahnya kecerahan sinar Mentari,
Setelah lelah menepis Embun2 Pagi.
By : LUmbang KAyung (Puncak Sinabung (01:01:2015)
# DI SAAT IMPIAN MENANTI #
Usah memaksakan diri,
Jikala tak ingin sembunyi,
Dari Mimpi2,
Menyambut lamunan Pagi,
Di saat impian itu kan menjadi Pasti.
Esok kan kembali,
Hari2 menagih Janji,
Dan sambut tangan yang menanti,
Menyambut Aktivitas diri,
Karena esok Mentari kan kembali Lagi.
Malam kan pasti datang,
Di saat melepas kepenatan,
Angan tinggi melayang,
Terbang bersama Bintang2 dan Rembulan.
Menanti Mimpi2 indah itu datang.
Aku pun terdiam,
Bersama lamunan Kelam,
Menanti kan sinar Pualam,
Bagai kan Mimpi2 ku semalam,
Dan berharab di dalam diam.
By : LUmbang KAyung (Asahan 24:14:2014)
# WAJAH CERIA PAK TANI #
Ku hirub udara di siang ini,
Hangat mentari terasa sekali,
Ku bertanya tentang Pagi,
Di mana Embu2 kini,
Yang telah menyelimuti Alam ini.
Masih terdengar kicau burung2,
Terbang menari kesana kemari,
Membawa angan ku terbang melambung,
Terbentur warna warni indah Pelangi,
Di balik tebing Bebatuan Gema Bersenandung.
Oh betapa cerahnya hari ini,
Tiada mendung menutupi Mentari,
Di sana terlihat wajah ceria pak Tani,
Bermandikan Lumpur menuai Padi,
Bahagia menyambut Panen Raya ini.
Hari mulai nampak kan Senja,
Pak Tani kembali bersama Istri tercinta,
Suara Canda Tawa pun mengiringi mereka,
Tak terliha Lelah di Wajah yang mulai Renta,
Bak bermandi Impian di Usia tua nya.
By : LUmbang KAyung (Tanjung Balai 28:12:2014)
# TERANIYAYA DUA SISI BERBEDA #
Entah dimana kini,
Kisah indah yang ku alami,
Bagai hilang di telan Bumi,
Kadang kembali di Lautan tak bertepi,
Terombang Ambing tak berkemudi.
Mungkin sudah Takdir meminta,
Di kesetiaan Cinta ku teraniyaya,
Berhembus nafas di tubuh tak berasa,
Langkah terhenti di depan Singgasana,
Termenung di dalam Impian yang kian Hampa.
Kepada mu Tuhan ku panjatkan Doa,
Mengharab Cinta bukan lah Nista,
Di saat perbedadan ini memaksa,
Mengapa Adat dan Agama menghalangi nya,
Kala itu kemesraan senantiasa menemani Jiwa.
Tangisan ku kini tak dapat berhenti,
Kekecewaan kian membebani,
Namun ku masih berharab dapat bermimpi,
Walau mendekab Sepi di Sensaranya Hati,
Impikan Cinta Suci ini kan tetab Abadi.
By : LUmbang KAyung (Medan 27:12:2014)
# TERLEBUR KERINDUAN #
Menatap Senja,
Kala Gerimis tiba,
Basahi Jiwa,
Membawa Dera Rasa,
Aku pun terdiam seribu bahasa.
Sembentar lagi Malam tiba,
Mungkinkah Rembulan menjelma,
Dan Bintang2 bersama kemilau nya,
Terangi Malam yang Gelab Gulita,
Tinggal kan Hujan yang kian melanda.
Aku tak ingin sendiri,
Tak ingin bersama sepi,
Yang ku Inginkan diri mu menemai,
Menikmati Malam ini,
Seperti Malam2 yang pernah kita lewati.
Lihat lah kata yang ku Goreskan,
Rasa kan Jiwa di Dalam penantian,
Aku terlebur oleh Kerinduan,
Menatap Senja bersama Hujan,
Menanti Malam di dalam Lamunan.
By : LUmbang KAyung (Medan 26:12:2014)
# BERTEMAN KAN SIKSA DAN DERITA #
Di dalam Bait2 kerinduan,
Ingin ku luah kan setiab Rasa,
Tentang Lamunan mengurai kenangan,
Tentang Mimpi2 menyemai kegelisahan,
Tentang pinta berselimut kan Doa2.
Terdengar hasrat menggema,
Kala Mendung menutupi Mentari,
Tak terlihat Pelangi yang penuh Warna,
Tak terdengar kicau Burung2 bernyanyi,
Tak lagi nyata menyapa Asmara.
Meratab Malam terbias kelam,
Kesendirian ini hening tak Berbintang,
Asa pun hilang di cahaya Temaram,
Tenggelam terbentur tajam nya Karang,
Berteman gelisah bersama Mimpi2 Malam.
Aku terdiam bersipuh kan Doa,
Tak terasa mengalir tetesan Air Mata,
Mengharab kan cinta ini tak ingin Sirna,
Walau terpisah kan Alam Akhirat dan Dunia,
Ku rela tertbelenggu Siksa dan Derita,
Hingga nanti selamanya bersama di Taman Sorga.
By : LUmbang KAyung (Medan 06:01:2015)
# ANDAIKAN #
Ingin ku tuliskan rasa ini,
Tapi impian hilang sirna,
Karena keadaan lokasi,
Karena ke tiadaan ini,
Karena itu aku hanya dapat merenungi,
Entah kapan sekedar Mimpi2 indah dapat ku miliki.
By : LUmbang KAyung (07:01:2015)
# TAK INGIN RASANYA SENDIRI #
Senja telah pergi,
Malam kini menanti,
Remang cahaya kan menyelimuti,
Menemani kesendirian ini,
Tampa tiada teman yang menemani.
Entah apa arti kesendirian ini,
Tak dapat ku untuk memahami,
Walau rasanya ingin pergi,
Pergi meninggal kan Sepi,
Namun langkah ini terhanti menanti.
Kan ku kecup remang Malam,
Harap kan Bintang2 bersinar terang,
Agar aku tidak tegelam,
Di dalam kerinduan panjang,
Yang hanya dapat mengenang masa silam.
Di mana engkau Cinta,
Lelah sudah ku menanti bersama senja,
Hingga kini Malam telah menyapa,
Menjemput Jiwa ku yang kehilangan Asmara,
Di Remang Cahaya tampa Tawa dan Canda.
By : LUmbang KAyung (Tanjung Balai 10:01:2015)
# KU MENANTI JAWAB MU #
Terang benderang sinar Mentari,
Mengukir sebingkai Senyuman,
Hilang dan berlalu lagi,
Disini Aku masih menantikan,
Menanti jawaban sebuah Hati.
Terbang lah yang tinggi Impian,
Aku tak ingin terbelenggu,
Diam bersama penantian,
Sepi Malam ku menunggu,
Tampa ada yang Merindukan.
Andai Pelangi bersama Senyuman mu,
Datang Menghampiri diri ku,
Mungkin aku Manusia yang di beri Restu,
Miliki Bidadari seperti Diri mu,
Yang di Impikan semua Lelaki seperti ku.
Aku jatuh Cinta,
Cinta yang kian menyiksa Rasa ini,
Dan Entah kapan berakhir nya,
Menanti Cinta mu dapat ku miliki,
Mengukir hari2 bersama Asmara,
Di Antara warna2 Pelangi.
Terimalah Cinta ini,
Aku tak ingin lelah menghitung Hari,
Menanti Citamu dapat Ku Miliki,
Karena Relung Hati ini Tak dapat ku Pungkiri,
Dan ku Akhiri,
Hingga Cinta mu menghiasi Relung Hati ini.
By : LUmbang KAyung (Asahan 12:01:2015)
# DI HAMPARAN PEMATANG SAWAH #
Terdengar kicau Burung2 bernyanyi,
Menyambut datang nya Mentari Pagi,
Berhias kan indahnya warna2 Pelangi,
Aku pun kembali meniti hari,
Dalam memenuhi hasrat kebutuhan diri.
Dengan Langkah ceria ku berjalan,
Melintasi padang Ilalang,
Basah tertutupi Embun2,
Basahi Kaki yang berjalan telanjang,
Menanti tiba di hamparan Persawahan.
Di Gubuk kecil ku teguk segelas Kopi,
Ku makan sepotong Ubi,
Menatap luasnya Hamparan Padi,
Burung2 pun nampak terbang kesana kemari,
Makani butiran padi yang mulai menguning kini.
Ku tarik seutas Tali,
Dan aku mulai berteriak,
Hea,,, teriak ku bersama suara kaleng2 Besi,
Burung2 pun mulai berserak mengelak,
Menjauhi hamparan tanaman Padi.
Di Gubuk kecil ku menanti,
Menatap Padi yang mulai menguning kini,
Dan Burung2 pun hinggab kembali,
Coba memakan setiab butiran Padi,
Aku pun berteriak kembali sambil menarik seutas tali,
Menanti hingga Senja Kembali.
By : LUmbang KAyung (Tanjung Balai 17:01:2015)
# SYAIR GERHANA CINTA #
Enggan rasanya menulis kata,
Kala Senja melanda Jiwa,
Menanti Malam menjelmam
Usik Lamunan di Alam Maya,
Kabarkan Rindu yang mungkinkah nyata.
Ku coba juga Ukirkan Syair Rindu,
Tentang Cinta yang kini melanda,
Bagai Gelombang di Lautan Biru,
Bergemuruh di setiab Rongga Dada,
Bergejolak sepanjang Waktu.
Syair ku Pantun lama,
Tetang Alam berbunga kan Asmara,
Merangkai Kidung2 Cinta,
Bertaburkan Mimpi2 Sorga,
Kala sapa mu menyambut Pesona.
Syair ku masih tetap menanti,
Di kala Untaian katamu menggoda,
Layak nya Syair Sang Bidadari,
Hujani Ketandusan Sahara,
Sirami dahaga yang lelah menyiksa diri ini.
Syair tertulis Bermanja2,
Sedangkan Jiwa ku di dalam Luka Lara,
Mencoba mengurai Rindu yang kini menyiksa,
Kala sapa mu berbuah kan Asmara,
Hingga Gerhana kelak membutakan Mata.
By : LUmbang KAyung (Tanjung Balai 16:01:2015)
# KARENA HANYA KAMU #
Ku coba meniti Malam,
Aku sempoyongan,
Jalan ku kelam,
Mimpi ku ke sorangan,
Aku lelah larut dan tenggelam.
Kini ada kamu,
Menemani Malam2 Bisu,
Membuka ruang Hati ku,
Yang lama membeku,
Bersama Syair2 Indah mu.
Layaknya aku di sini,
Tak ingin sendiri,
Manemani Sepi,
Menanti Mimpi2,
Menanti Mentari Esok Pagi.
Terima kasih Cinta,
Tiada Manusia yang ingin kan sensara,
Seperti meniti Langkah di Dunia,
Takdir tak mungkin ku nanti saja,
Karena aku juga ingin hidup Bahagia.
Karna kamu,
Aku Rindu.
Karna kamu,
Hati ku tak lagi Beku,
Karena kamu ada Cinta di dalam Ruang Hati ku.
By : LUmbang KAyung (Asahan 15:01:2015)
# AKU YANG TERLUPAN #
Rimbunan Pepohonan,
Jauhkan dari panas Mentari,
Tubuh ini pun ku Sandarkan,
Di Pondok kecil ini,
Menatap di Antara Dedaunan,
Sepasang Angsa berenang,
Di Antara Bunga Tetatai,
Selintas Aku terkenang,
Di kala engkau duduk menemani,
Penuh dengan canda nan riang.
Entah mengapa ada Cinta,
Kini tiada lagi kata,
Canda yang begitu Manja,
Manggoda Gelora di Dada,
Namun kini telah Sirna.
Di pondok kecil kan ku ingat Selalu,
Sepasang Angsa menjadi canda Asmara,
Di kala itu diri mu menemaniku,
Dengan segala Cerita Cinta yang menggoda,
Kini semunya itu telah Melupakan ku.
By : LUmbang KAyung (Asahan 23:01:2015)
# AKU YANG TERLUPAN #
Rimbunan Pepohonan,
Jauhkan dari panas Mentari,
Tubuh ini pun ku Sandarkan,
Di Pondok kecil ini,
Menatap di Antara Dedaunan,
Sepasang Angsa berenang,
Di Antara Bunga Tetatai,
Selintas Aku terkenang,
Di kala engkau duduk menemani,
Penuh dengan canda nan riang.
Entah mengapa ada Cinta,
Kini tiada lagi kata,
Canda yang begitu Manja,
Manggoda Gelora di Dada,
Namun kini telah Sirna.
Di pondok kecil kan ku ingat Selalu,
Sepasang Angsa menjadi canda Asmara,
Di kala itu diri mu menemaniku,
Dengan segala Cerita Cinta yang menggoda,
Kini semunya itu telah Melupakan ku.
By : LUmbang KAyung (Asahan 23:01:2015)
--------------------------
Panasnya Sinar Mentari,
Membakar si Kulit Ari,
Lelah pun kian menjadi jadi,
Seakan inginkan Langkah ini,
Dalam mencari sedikit Rejeki,
Demi Bahagiakan Istri dan Si Buah Hati.
By : LUmbang KAyung
# BAIT BAIT FUISI MU #
Datanglah seindah Fuisi,
Ukirkan Bait Indah mu,
Bukan hanya Malam ini,
Malam2 ku menunggu,
Syair2 Merangkai Mimpi2.
Datang lah bila kau Suka,
Pergilah bila engkau mau,
Aku takkan bisa berbuat apa,
Ku tau Bayangan itu Semu,
Yang tak mungkin menjadi Nyata.
Ku tunggu Nada mu,
Walau hanya serpihan Kaca,
Ku tak takut itu kan melukai ku,
Itu mungkin sudah biasa,
Bila itu yang kau mau.
Fuisi mu adalah Rembulan,
Bait kata mu ter Urai bak Bintang2,
Jangan biarkan aku kehilangan,
Berikan Seberkas Cahaya Terang,
Biar dapat ku Abaikan diam kesorangan.
By : LUmbang KAyung (Tanjung Balai 21:01:2015)
# AKU TAK PERNAH TAU #
Aku tak pernah tau,
Dapat bertemu dengan mu,
Mendengar Canda Tawa mu,
Di dalam Bait2 Rindu ku,
Walau ku tau semua itu Semu.
Di mana ku Cari Bayang mu,
Lelah ku mencumbu Waktu,
Hilang Impian berlalu,
Tinggal kan Kenangan itu,
Menemani hayal di Jiwa ku.
Burung2 Enggan bernyanyi,
Hiba meninggal kan Pagi,
Sedang mendung menutupi Mentari,
Petanda Hujan sudah menanti,
Membasahi Air Mata di Hati.
Terima kasih Waku,
Nada Syair ku Sendu,
Yang Terbelai Bayang Semu,
Terbuai Nada Syahdu,
Dari setiab Aksara Indah mu.
By : LUmbang KAyung (Asahan 21:01:2015)
# TEMANI AKU MALAM INI #
Enggan ku menulisan kata,
Tampa kamu,
Hayal ku Buta,
Dan terus menunggu,
Kata2 mu kini hilang Aksara.
Senja Sirna,
Malam mulai menjelma,
Hening meraba,
Gelab kian Merajalela,
Tiada seberkas cahaya.
Di mana Seberkas cahaya,
Biar arah mencari terang,
Diam tampa kata,
Menatap Malam tak Berbintang,
Larut ku menemani Rasa.
Selamat Malam Cinta,
Entah di Mana dirimu,
Dalam Asa,
Aku Lelab Tergoda kamu,
Karena Hanya kamu saja.
By : LUmbang KAyung (Tanjung Balai 20:01:2015)
# SEGELAS KOPI #
Segelas kopi,
Nikmat sekali,
Selalu ku cicipi,
Harum menghangati,
Di Bibir ini.
Canda pun terdengar,
Cerita tentang Hidub,
Kadang kadang gentar,
Kadang sanggub,
Di dalam Kelakar.
Waktu terus berlalu,
Hangat Kopi mewangi,
Ada kamu,
Bersama Canda ini,
Bagai kan sebuah lagu.
Segelas Kopi,
Di Meja ini,
Telah menemani,
Hangati Tubuh ini,
Harum Mewangi.
By : LUmbang KAyung (Tanjung Balai 19:01:2014)
Combet Luka
# SEMUA TELAH TERJADI #
Hilang tak terbilang,
Tenggelam kesuraman,
Lamunan menatap kesilapan,
Semua menjadi penyesalan,
Diam bagai terbuang.
Tiada lagi di sesali,
Semua sudah terjadi,
Hanya menangisi diri,
Terkurung Jeruji Besi,
Tampa ada yang peduli lagi.
Entah kapan dapat kembali,
Menemani si Buah Hati,
Bercanda bersama Sang Istri,
Menikmati sisa hidup ini,
Sampai Ajal nenjemput nanti.
Aku hanya Ingin Bahagia,
Tak ingin Istri dan Anak ku menderita,
Namun kemiskinan ini Murka,
Kemarahan menjadi Petaka,
Di kala Cacian dan Hinaan menyapa,
Hingga Kesombongan si Kaya terkapar tak bernyawa.
By : LUmbang KAyung (Asahan 26:01:2015)
# AKU DAN DEDAUNAN #
Dengar lah wahai dedaunan'
Sang Angin mebuat engkau berguguran,
Itu bukan bertanda engkau tersisihkan,
dari setiab Dahan Pepohonan,
Semua itu adalah sebuah perjalanan.
Aku menatap mu,
Melayang jatuh di dekat ku,
Namun aku tahu,
Sang Pohon telah melahir kan Tunas baru,
Seperti Lahir dan Mati ku.
Daun2 kan berguguran kesana kemari,
Gugur ke Bumi tak usah di sesali,
Tiada guna untuk di Tangisi,
Tunas2 muda akan menjadi pengganti,
Karena semua itu adalah Suratan Illahi.
Hanya Angan yang menghiasi,
Di dalam menempuh Hidup ini,
Dan Mimpi2 yang menemani,
Sebelum datang nya Mentari Pagi,
Dan Hilang Kembali bersama Senja yang pergi,
Layak nya Dedaunan yang menemani ku di sini.
By : LUmbang KAyung (Tanjug Balai 08:02:2015)
# SETAHUN SUDAH #
Setahun sudah berlalu,
Ku jalani Langkah Pilu,
Terpuruk bersama Rindu,
Tiada hadir mu menemani ku,
Menemani Malam Sepi nan Bisu.
Setahun sudah ku Jalani,
Hidub di dalam kesendirian ini,
Tinggal kenangan yang kerab menghantui,
Melukai di setiab Hari2,
Menanti datang nya Mimpi2.
Setahun sudah hidup ku Lara,
Menatap Angan ku sudah tak bisa,
Hanya Bait2 Doa dan Air Mata,
Iringi hidup yang kehilangan Cinta,
Sejak diri mu meninggal kan Aku dan Dunia.
Setahun sudah mendung menutupi Mentari,
Setahun sudah hidub ku bagai kan Mati,
Semua itu karena tiada lagi ada kamu menemani,
Semua itu karena Cinta ku bersama Janji Suci,
Hingga Nanti Tuhan mempertemukan kita kembali.
By : LUmbang KAyung (Tanjung Balai 02:02:2015)
# COBA MERAIH BAYANG MU #
Ingin ku lerai sepi ini,
Supaya rajuk tak menjadi2,
Seperti Embun2 Pagi,
Sambut datang nya Mentari,
Tinggal kan Temaram Hati.
Ku coba untuk meraih Bayang mu,
Menemani sepi angan ku,
Biar terhenti Rajuk nya Rindu,
Walau sekedar Ganbaran Semu,
Menemani Hari2 ku.
Andai Angan ku sempurna,
Dapat menjadi Nyata,
Membelai Rambut mu dengan Mesra,
Memeluk Hasrat yang telah lama menggoda,
Hidub bersama mu sepanjang Usia.
Namun Sepi tak kunjung berhenti,
Bayang mu tak juga dapat ku miliki,
Sedang Angan hanya menjadi Mimpi,
Menemani Resah ku di sepanjang Hari,
Dan Menanti Cinta ini dapat Bersemi.
By : LUmbang KAyung (Asahan 07:02:2015)
# TANJUNG BALAI JAM 07:00 WIB #
Denda Satlantas di Pagi Buta,
Saat aku menuju tempat kerja,
Uang Rp 50.000 yang dia pinta,
Uang di Saku hanya ada Rp 20.000 saja,
Tambunan ku tau Marganya.
Ku coba untuk bicara,
Kenapa yang melintas itu tidak di Denda,
Bukan kah kesalahan nya sama,
Atau karena yang melintas itu Preman dan Orang kaya,
Atau hari ini aku tidak di perbolehkan bekerja.
Dengan Angkuh Tambunan berkata kepada ku,
Kesalahan mu yang aku tau,
Bukan kesalahan mereka yang melintas itu,
Dan aku tak mau tau,
Bayar Rp 50.000 atas kesalahan mu.
Dengan kecewa ku pinjam uang kepada siapa saja,
Sedang Uang membeli Serapan Pagi sudah tak ada,
Dalam Hati ini bertanya tanya,
Apakah kebiasaan Satlantas semuanya sama,
Jadi Abdi Uang tak peduli pada masarakat yang ada,
Hingga yang Lemah dan si Miskin Merana dan Murka.
By : LUmbang KAyung (Tanjung Balai 03:02:2015)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar