RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Jumat, 08 Oktober 2021

Cerita Ringan - CATATAN SEBAIT PUISI Penulis : S Pandi Wijaya


  Selamat malam kekasih
Ini seprai kuning emas
Kusulam dari langit jantung
Tidurlah kekasih
Pada gumpalan busa
Kutumpuk dari purba rindu
........... mimpilah yang indah ........
Pada pelukku yang resah
Pada lelahku yang pasrah
Biar kudekap gundahmu
Biar kulumat gelisahmu

( Your Love " C " )

*****

   " Mata luh merah amat, Son !?" tanya Rina dengan tatapan menyelidik.
" Gua kelilipan, kena angin waktu naek motor, " jawab Sonata sekenanya.

" Bokis luh. Dasar anak sableng, " tukas Rina.

" Kenalin nih temen gua, " sambumgnya sembari menunjuk perempuan di sebelahnya dengan sudut matanya.

" Luh jadi makelar sekarang, Rin !?" seru Sonata bergurau
.
" Sableng luh !" rutuk Rina.

" Ini Sonata, Ra. Anak sableng, " bilangnya pada Ciswi Puspa Sari.

Sonata tau kalau Rina agak kesel, tapi senyum manis teman Rina itu, bikin dia gak peduli. Heehee, dasar sableng.

"Ciswi Puspa Sari, " ujar gadis itu seraya mengulurkan tangannya.

Sonata pun mengulurkan tangannya, tapi ...

"You cann't tought this .... "

" Sableng luh, Son !" seru Rina demi Ciswi terkejut karena Sonata menarik kembali tangannya sambil berkata itu, sebelum Ciswi menyentuh tangannya.

Peduli amat kalo Rina lebih marah, pikir Sonata yang konsen pada pertandingan Volly class metting antara kelasnya II.A3.1 dengan anak kelas II.A2. 
Nyaris kelasnya kalah mendapat perlawanan alot anak-anak kelas IPA itu. Meski menang tipis, tapi gengsi taruhannya. Di final lagi. Dan semacam lap story teman-teman Sonata mengitari lapangan merayakan kemenangan. Diam-diam ada yang ditenggak Sonata dari botol pipih kecil yang diambil dari saku celananya. Tapi Rina terlanjur melihatnya dan melotot padanya.

" Luh jangan maluin gua, Son !" ancam Rina.

" Just a little. Gua konsen kok, " jawab Sonata.

"Luh kenapa, Rin ? Sewot bener, " tanya Arief

"Biasa tuh anak sableng, nenggak, " bilang Rina dengan nada kesal.

"Biarinlah, ntar juga insyaf sendiri, " ujar Arief yang memang tau juga kelakuan Sonata.

" Ini Son, honor luh dari shooting kita kemaren, " Arief menyodori Sonata lima lembar uang sepuluh ribuan.

" Thank's Rief, " sambut Sonata. Lumayan buat beli .........

" Awas luh kalo dipake buat beli botol !" ancam Arief, seperti sudah membaca pikiran Sonata.

Sonata meringis kena skak.

" Son, luh temenin dulu Ciswi. Ajak ngobrol kek. Pokoknya jangan maluin gua, " bilang Rina

" Sini selembar, buat gua beli baso, " ujarnya lagi dengan cepat menyambar selembar uang di tangan Sonata.

Kampreet ....!!! rutuk Sonata cuma bisa memandang Rina berlalu.

Yang bikin kesel bukan karena Rina mengambil uangnya, tapi dia tinggalkan Ciswi begitu saja. Bikin Sonata gatal ga jelas. 
Itu cewek diem aja lagi ditinggal Rina, sesal Sonata. Terpaksa Sonata menemani gadis itu.

" Ee... kamu temannya Rina ?" Sonata terpaksa, kaku membuka percakapan.

Ciswi menjawab dengan anggukan.

" Kamu nunggu Rina ?" tanya Sonata. Dan akhirnya merasa bodoh sendiri dengan pertanyaannya itu.

" Iya, " angguk Ciswi.

" Rina ga bilang mau ke mana ?"

Ciswi menggeleng.


Rina bilang udah lewat malem, nulisnya ntar aja dilanjutkan lagi, heehee ...

*****
   Sonata kebingungan ya ditinggal Rina, pake ninggalin temen ceweknya lagi. Bikin kaku Sonata.

Bingung Sonata mencari bahan pembicaraan. Sesekali mengutuk Rina dalam hati.
Kampret, ke mana tuh anak !? Lama bener lagi perginya, rutuk Sonata.

" Ee, kamu nggak sekolah di sini kan ?" tanya Sonata memecah kebisuan.

" Saya sekolah di SMA Widuri Kebayoran Lama, " jawab Ciswi.

" Jauh juga dari sini. "

" Rina ajak saya ke sini. Bilangnya ada acara class meetting dan kelasnya bertanding di final hari ini, " jelas Ciswi.

" Di sekolah kamu memang ga ada acara seperti ini ?" tanya Sonata.

Ciswi menjawab dengan senyum menggeleng. 
Plong, Sonata merasa lega melihat Rima kembali entah dari mana.

" Gila, sambel si Boim pedes sekali hari ini, " ujar Rina sembari menyeka keringat di dahinya.

" Kamu dari mana, Rin ?" tanya Ciswi menyambut.

" Biasa Cis, " jawab Rina tak jelas, " eh, kamu diapain sama si Sonata ? Anak sableng ini ga macem-macem kan !?" selidiknya lagi.

Ciswi cuma senyum menjawab.

" Ok, besok kamu ke mari lagi kan !?"

" Asal kamu jemput aja, Rin. "

" Sip...!" Rina mengacungkan jempolnya.

" Son, besok siapin lagi jatah gua. Ok !?" ujar gadis itu lagi pada Sonata. 
Sonata tak peduli, tapi dia jadi gerah juga.

" Jatah apaan sih Rin ?" tanya Ciswi.

" Biasalah. Cabut yuk, " bilang Rina tak menjawab pertanyaan Ciswi malah mengajak Ciswi pergi.

Ciswi mengangguk setuju.

" Mari Son, pamit dulu, " ujar gadis itu dengan khas senyum manisnya berpamitan pada Sonata.

Sonata cuma diam seperti tak acuh, cuma memandang Rina dan gadis itu menjauh.


Payahnya, hampir separuh malam Sonata tak bisa tidur. Senyum Ciswi tiba-tiba saja mengusik. Hal yang tidak pernah dirasakannya selama ini. Siang itu di sekolah agak sepi. Segala aktivitas sepertinya mati, padahal di aula sedang mempersiapkan panggung untuk acara kesenian. Pertama untuk lomba di kesenian antar kelas. Puncaknya untuk malam perpisahan atau pelepasan siswa yang berhasil lulus ujian. Payah, mungkin gua yang salah pilih tempat, batin Sonata. Tiba-tiba dirasakannya hal yang selama ini bungkam di hatinya. Ada hal yang bikin gelisah.

Masih teringat Sonata kata-kata sang Embun,

" Tulislah sebaris kalimat bila hatimu gelisah, Sonataku. Jadikan puisi bila kegelisahan itu membuatmu kian resah. "

Kata-kata yang diucapkan Ning, sebelum pergi meninggalkan Sonata. 
Ada rona sendu di mata Sonata. Entah siapa Ning yang mampu membuat anak sableng itu menggenangkan air di pelupuk matanya. Lalu dengan sadar ditulisnya apa yang berkecamuk di hatinya. Tapi setiap terangkai satu kalimat, setiap itu pula dicoretnya lagi. Begitu dan begitu berulang, hingga pada akhirnya selesai juga terangkai beberapa bait.

Sonata tak menyadari bila ada seseorang berdiri di belakangnya. Dan tak sadar juga malam telah larut juga ya. Istirahat dulu ya, biar besok kembali bugar buat beraktivitas. 

Yah, orang itu adalah Ciswi Puspa Sari.
" Sedang buat puisi-kah ... ?" tanya gadis itu menghampiri Sonata.

" Ee ... anu, nggak kok. Cuma iseng aja, " Sonata agak rikuh.

Ciswi cuma senyum melihat sikap Sonata.
" Rina bilang, kamu pinter bikin puisi. Cerpen juga. Rina juga bilang, mading sekolah terasa hambar tanpa goresan kamu, " jelas Ciswi.

" Si Rina ga usah didengerin, " timpal Sonata.

Jangan-jangan tuh kampret ceritain semua tentang gua lagi, batin Sonata.

" Ga usah malu dan disembunyikan bila kita memang punya kemampuan itu, " ujar Ciswi,

" jarang kan orang yang punya kemampuan tapi juga diakui orang, " lanjutnya berujar.

Sonata cuma menarik nafas. Ada makna yang sama seperti yang diucapkan Ning dulu. Sonata pun mengerti maksud ucapan Ciswi. Menatap mata Ciswi sekejap, Sonata membatin; kalo aja lu tau, gua bikin goresan tentang luh, Cis ...
Tapi Sonata cuma menghela nafas panjang.

" Besok ada lomba vokal grup ya ?" tanya Ciswi.

" Yah .... " sahut Sonata sembari melepas pelan nafas panjangnya. Lega karena Ciswi tak lagi mendesakan keingin-tahuannya.

" Orang luar boleh ikut menyaksikan ?"

" Asal tertib dan ga bikin ribut aja. Bebas. "

" Bisa lihat kamu baca puisi dong, " ujar Ciswi antusias.

" Gua dateng aja ga pasti, apalagi buat baca puisi, " sahut Sonata cuek.

" Tapi kelas kamu juga ikut lomba kan ?" tanya Ciswi.

Sonata menjawab dengan anggukan.

Sonata juga tak menyangka kalau Ciswi yang kelihatan pendiam, bisa terus nyerocos bicara. Dan Sonata sesekali mencuri pandang demi melihat senyum gadis itu. Kalo aja lu sadari, kehadiran dan senyum itu udah bikin koyak kalbu gua. Malah rasanya gua sulit buat ngatur nafas, batin Sonata. Dan nyatanya Sonata datang juga menyaksikan acara lomba itu, hanya demi melihat senyum gadis itu lagi.

Dua jenis lomba akan diselenggarakan, vocal grup dan pembacaan puisi. Dan aula yang cukup besar itu riuh oleh keceriaan yang menghiasi gelar perlombaan itu.
Satu per satu kelas menunjukan kebolehannya dalam lomba vokal grup dan puisi itu. Sonata sendiri sepertinya memang tak tertarik pada kedua lomba itu. Alasannya datang cuma satu, untuk melihat senyum Ciswi.

Tapi tiba-tiba ......
" Sonata ... Sonata ... Sonata .... !" seru hampir seisi ruang.

Karuan Sonata celingukan. Si kampret Rina malah menarik lengan Sonata. Dan MC acara dirasa konyol oleh Sonata karena ikut memintanya naik panggung. Sialnya lagi Sonata tidak punya persiapan sama sekali. Dikutuknya MC dan Rina yang konyol, yang membuatnya terpaksa naik panggung dengan kebingungan. Untungnya Sonata ingat yang diselipkan di saku jeans-nya.

" Sebelumnya maaf, puisi ini, tepatnya goresan ini belum punya judul. Mudah-mudahan ada bersedia memberi sarannya, " ujar Sonata sembari berusaha menguasai groginya.

" Son, gua iringin pake gitar yah !?" seru Dedy Rudy Hartono, jagoan gitar clasic.
 

Petikannya pada senar gitar clasic nyaris sempurna.

Tanpa disadarinya mata Sonata mencari-cari satu sosok. Sulit juga dirasakan suaranya keluar.

Ahk, Ciswi di sana, bersebelahan Rina.

Sonata mulai meresapi denting senar yang dipetik Dedy dan mulai membalut jiwanya. Meluncur juga suara dari mulutnya, membacakan yang dia tulis kemarin.
Keresahan ini buat siapa ... ?

Dengan sayap patah
Cinta yang coba kutawarkan

Keresahan ini buatmu, kekasih
Cinta yang kutawarkan padamu
Yang mampu gundahkan malamku
Yang mampu percikan lagi asa

Keresahan ini
Cinta yang kutawarkan padamu
Ingin mendekap pasrahmu
Dengan pelukku yang gerah
Dengan sayap yang juga patah

Ahk, harus kupelajari satu puisi lagi
Harus kurenungi lagi ...
...
Yah, harus direnungi lagi, sebab malam sudah larut. Istirahat dulu. 

*****TAMAT*****

Belajar nulis cerita ringan
Episode Tentang Petualang
CATATAN SEBAIT PUISI
Penulis : S Pandi Wijaya (SPW)
Pandeglang, 04072019
(Catatan Kelana Bodo)




Catatan Kelana Bodo

Aku teman sepimu, nona
Mesti aku benci,
Sebab banyak yang mencibiri
Tapi aku nikmati itu

Aku teman sepimu, nona
Tempat keluhmu, tempat lelahmu luruh
Usai tawari rasa, usai berbagi hati separuh
Tapi, aku nikmati itu

Aku hanya teman sepimu, nona
Yah, aku hanya teman sepimu
Pencatat aksara kusammu
Pendengar cakap kelammu

SPW,
Pandeglang, 28072019



Catatan Kelana Bodo

Maka langitpun menangis
Setelah kuhimpun awan hitamnya
Dan airmatanya biar tenggelamkan aku
Melarungkan jiwaku ke lautan lara

Oi... engkau jangan meragu...
Telah kuikhlaskan kau hapus tentangku
Dari catatan langit jiwamu
Dan pejamkan saja matamu
Saat aku melangkah berlalu

05112018



Catatan Kelana Bodo

Aku dan nyaliku
Jiwa yang tak pernah diam
Sujud pada-Mu
Bukan tersebab takut
Atau karena enggan
Dan bukan karena apa

Aku dan nyaliku
Rapuh dihadap-Mu
Hanya mampu meminta-minta
Atas ridho dan ikhlas-Mu
Dalam setiap hela nafasku
Berserah ditilam sajadah
Pada 2/3 malam berbasuh linangan
Di raka'at tahajud.......

( Nyaliku Tahajud )
~ Bait Kelana Bodo
24102018



Catatan Kelana Bodo

Hhmmm......
Apa yang kau sembunyikan, dinda..
Jangan sembunyikan senyummu

Haahaahaaa, merona merah pipimu
Oi...Oi...dungplak dungdung plak dungdung
Dindaku malu-malu....
Oi..dinda, masih bekas sisa cumbumu semalam

Haahahaaa......
Dindaku sayang...terima kasih....
Karena kau merasa bahagia denganku

( Bahagia-ku )
~ Gurau Kelana Bodo ~
22102018



Catatan Kelana Bodo

Lalu, aku harus bilang apa.....

Memujimu karena aku pemujamu
Oi...Oi...jangan Merajuk
Nanti kau kugaruk...
Sampai kau mabuk

Hahahaaa, sini dinda biar kupeluk
Lebih hangat dari sekedar pepuisiku
Jangan lepas sebelum kau puas....
~ Masih Gurau Kelana Bodo ~

21102018

S PANDI WIJAYA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar