Siang di halte jalan Cokroaminoto Kisaran atawa di depan Sekolah Dasar,aku duduk setelah memarkirkan sepeda motor. Berselang beberapa saat punggung ini terhenyak di bangku batu yang panjang, seorang lelaki tua dengan tongkat besi steenles ditangan kirinya, duduk sebalahku..Rasanya aku termasuk orang yang tidak beretika juga sombong sekali, jika aku tidak menyapa lelaki yang duduk terengah-engah di sebelahku. " Bapak tadi dari mana.....?' ujarku membuka percakapan. Selanjutnya bapak tua ini bertutur kalau dia sedang olahraga jalan. Rumah tempat dia tinggal hanya sekitar 100 meter dari posisi kami yang tengah berbincang. " Beginilah kalau sudah tua, baru jalan sedikit saja terasa capek. Makanya hidup terlalu lama juga tidak ada guna, kalau kita tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Menurut lelaki tua yang baru kukenal ini, dia hanya berdua saja tinggal di rumah bersama istrinya. Mereka makan dengan berlangganan sayur rantang. Tidak ada ikan apalagi daging, karena vegetarian. Sementara anak-anaknya sudah hidup dengan keluarga masing-masing, ada yang di Kisaran dan tempat-tempat lainnya. Sedangkan wanita yang masih setia mendampinginya tersebut kini berusia 85 tahun. Sedangkan dia sendiri baru saja merayakan ulang tahun yang ke 94." Saya sudah hidup di Kota Kisaran melewati beberapa zaman dan Kisaran ini adalah daerah yang sangat aman. Meskipun di tempat-tempat lain terjadi kekacauan, tetapi di Kisaran tetap aman. Masa saya dulu, kami berkawan tidak lihat suku, bangsa dan agama juga materi. Makanya pergaulan itu sangat nyaman dan indah. " Dulu kami pergi bersama-sama naik lereng(sepeda) lihat Ronggeng, karena masa itu belum banyak jenis hiburan. Beda dengan anak-anak zaman sekarang, kalau sudah kaya sedikit menjadi sombong. Pembicaraan kami terhenti, ketika seorang teman yang melintas dan sebelumnya kumintai tolong belikan SEBOTOL BENZIN, telah datang. Ketika aku mengisi tangki sepeda motor dengan benzin tadi, lelaki tua inipun beranjak pergi, meski tau di mana rumahnya, tetapi aku lupa menanyakan siapa namanya. Yang masih kuingat ketika disela-sela pembicaraan kami dia menyebutkan nama orang tuanya. " Ayahku Chin Beng.! Dan akupun menimpalinya bahwa sejak kecil sudah dengar nama Chin Beng, namun tidak kenal orangnya. Yang pasti tanah Chin Beng ada di hampir sepanjang sisi sungai Silau di Kota Kisaran. SEORANG LELAKI DAN SEBOTOL BENZIN, itulah kuasa ALLLAH, karena mogok kehabisan minyak, aku dipertemukan dengan lelaki tua turunan Tionghoa.
*****
Cermin (Cerita Mini)
SEORANG LELAKI DAN SEBOTOL BENZIN
Penulis : Asrial Mirza
Kisaran,Sumatera Utara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar