MONOLOG KEDAMAIAN BISIKAN ANGIN MALAM
Karya : Tiada
Seorang durjana menikmati tiada
dari titian semesta yang memenjarakan asa
Airmatanya berbait doa, bersenandung
mengandung syair cinta — sirna.
Lalu harapnya berserah pada doa segala
Sendiri, damainya mengarungi mimpi
indah tentang kegelapan yang takkan dimengerti
oleh anda semua, tuan-puan
Megahnya nyata hanya fatamorgana, baginya
dalam gelap ia berimajinasi, bebicara pada Tuhannya sendiri
Kita ini berasal dari tiada, umpatnya
tak perlu kiranya berambisi
seolah dirimu tuhan yang bebas menghakimi
Keadilan hanya wacana orang-orang munafik
yang mendustakan diri atas nama Tuhan dan politik
Dan cinta yang suci telah berevolusi
menjadi ceceran mani yang dibuang sana-sini
Malam makin sunyi, damainya
makin hidup bersama cumbuan secangkir kopi
-------------------------------------------------
suara-suara itu terus bersahutan
memenuhi seluruh ruang opini
di meja-meja birokrat
di ruang-ruang rapat wakil rakyat
bahkan tersebar di koran koran
tentang siapa yang mau berurusan dengan mereka
pun ditenderkan. disupport dana besar besaran
diseminarkan di hotel dan restoran
dibuat lokakarya, workshop
tentang bagaimana menghadapi situasi demikian
kelas-kelas motivasi bertebaran
tapi nasib para nelayan, dan
buruh-kulinya tak pernah berubah
Tiada
Mataram, 4 januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar