.png)
aku mengenal bunyi, aku mendengar lewat kepala
aku memetiknya, saya lupa nada apa, aku bersyair bagai pitutur
lantas,siapa yang menegurku? sejenak aku melihat warna
berbeda, dia berasal dari peradaban berbeda tanahku dilahirkan
petiklah, dendangkan syair syair yang mengunyah bagai kemenyan
membuat mistik lari terbirit-birit pada syair dan dinamika suara yang berbeda
bukan penyanyi yang berakhir dengan gaya vibra, namun selajur dawai dawai
bagai menyayat dan bagai pemantik api kedustaan
dan seperti pembunuh berdarah dingin
hujatlah aku pada sederhananya bunyi dan warna
namun dengarkan syair dan petikan
yang tanpa bergerak pada jerit sound yang hebat
atau alat lain yang mendukung, untuk selera maka kita padukan
nyanyikanlah, tuturkan sebait, maka dawai ini akan mengalir
bagai sejatinya air. menyejukkan dan membuat mereka lena
lupa dengan nyanyian yang terlanjur dibeli dan di albumkan
sekedar merias ruang ruang peradaban
yang mulai tak beradab.
Oleh : Dion Syaif Saen
Bantaeng, Sulawesi Selatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar