Senin, 14 April 2014
Kumpulan Puisi Topan Kejora - MAHLIGAI RINDU
PETISI KAMI
Kalian sibuk bicara koalisi
Saat anak kami lauk indomi
Kalian asik hitung kursi
Sedang kami menghitung hari
Kalian beri kami mimpi
Ada masa kami tagih janji
Kalian harus mawas diri
Karena kami bukan barang mati
Kalian tak akan mendominasi
Karena dominasi itu milik kami
***
Topan Wahyudi Asri,
Akar Rumput – Kalimantan Barat.
Indonesia (2014)
— di Kota Singkawang.
MANUSIA MANA
Manusia mana yang menolak matahari
Apa lagi menjadi pemimpin sebuah negeri
Di kampungku saja orang rela mengantri
Demi memperebutkan satu buah kursi
Juga menjadi seorang pegawai negeri
Hingga karyawan serta karyawati
Atau bahkan menjadi seorang TKI
Walau tak sedikit tersandung kasus Korupsi
Bahkan hingga terjerat hukuman mati
Manusia mana yang menolak berbakti
Apa lagi menjadi setengah dewa yang suci
Di tempatku saja banyak yang seperti ini
Demi mengabdi rela menghambakan diri
Juga menyerahkan kepala di sana kaki di sini
Hingga menjadi tumbal politik dagang sapi
Atau ia memang gemar membuat sensasi
Walau hanya menjadi boneka rezim transisi
Bahkan jadi santapan hiu samudera tak bertepi
Manusia mana yang tak bisa bernyanyi
Apa lagi hanya sekedar membaca puisi
Di negara demokrasi itu bagian hak asasi
Demi mimpi reformasi atau restorasi
Juga demi cita-cita luhur bangsa sendiri
Hingga nanti akan selalu indah bersemi
Walau hati kadang tiada secerah matahari
Bahkan kicauan burung terasa semakin sunyi
***
Topan Wahyudi Asri,
Akar Rumput – Kalimantan Barat.
Indonesia (2014)
— di Kota Singkawang.
MAHLIGAI RINDU
Pada sepertiga malam
Mimpi kembali terbenam
Di tingkap awanan
Rembulan lebam berpagar bintang
Air jatuh ke pasir
Sendi-bersendi qalbu berdesir
Tulang belulang berkirai
Ayat-ayat abadi lepas berantai
Jarum waktu berderap
Puas ia melahap beku dan senyap
Adakah terbetik di hatimu
Inilah pendakian mahligai rindu
O, puisiku berpeluh menjelangMu
***
Topan Wahyudi Asri,
Sijangkung – Kalimantan Barat.
Indonesia (2014)
— di Kota Singkawang.
MENYENDIRI
Buih ombak pun jadi puisi
Terhisap sepi
Di punggung batu
Air matamu menetes satu-satu
Mengaduh pada awan berarak
Laut pun menggelegak
Reranting impian berderak
Sempurnalah mantera luka menyeruak
Pada air matamu
Tiada mungkin tawarkan lautan itu
Puisi ini sapu tanganku
Karena lukamu adalah lukaku
***
Topan Wahyudi Asri,
Sijangkung – Kalimantan Barat.
Indonesia (2014)
— di Kota Singkawang.
BULUH PERINDU
angin bersiut mengirim melodi merdu
dari rumpun seruling bambu
mendayu menyungkurkan sombongku
berserakan menjadi debu merindu
hanya pada-Mu
bertahta seribu mimpi
cintaku terlanjur damai di peraduan suci
seringai tipu daya dunia telah meludahi
sekujur tubuh ini, tak ingin kembali
tersakiti
kini aku tumbuh di atas bebatu
dan didewasakan oleh peluh waktu
sejak pengantinku lama menjadi ungu
abadi ia di kalbu, berparas bisu
masihkah ia menunggu?
dan aku masih harus memintal kabut
menjadi letupan-letupan penangkal maut
membujuk jiwa-jiwa berserabut dan kalut
demi sabda yang harus aku turut
atas nama Tuhan yang selalu ku sebut
“wahai, kasih pengasih
suara hati rumpun batinku
telah merapuh gemerlap dunia fanaku
menjadi desah buluh perindu
hanya pada-Mu”
***
Topan Wahyudi Asri.
Sijangkung - Kalimantan Barat.
Indonesia, 060114.
— di Kota Singkawang.
DENGAN SEPEDA KUMBANG
Dengan sepeda kumbang, aku datang
Mengayuh sisiri padang membentang
Menyabung semua erang, semua bimbang
Lewati penjaga dan moncong senapang
Dengan sepeda kumbang, ku serahkan sirih pinang
Lalu aku huraikan semua harapan yang rindang
Namun engkau jawab dengan senyuman kecundang
Nyata hasratku tiada engkau pandang, saying
Dengan sepeda kumbangku hitung gemintang
Bersandar sadar pada pojok remang-remang
Tabah pada gigil malam yang bergentayang
Mengaduh hingga caya siang kembali hilang
Dengan sepeda kumbang, ke kota tuaku pulang
Di sana gemeletuk periuk sendukku berdendang
Beralun arus, membonceng sebak sekeranjang
Isinya rindu yang kian redup dan pasti hilang
***
Topan Wahyudi Asri,
Sijangkung – Kalimantan Barat.
Indonesia (130414)
— di Kota Singkawang.
SENJA DAN HUJUNG ILALANG
Semerbak kasturi janjimu
Inderaku menghidu
Desir syurgawi menjawil nafsu
Hatipun riuh
Gairah berpeluh
Kesunyian runtuh
Namun lengang jarak
Almanakpun berkerak
Hadirkan pemaksaan kehendak
Semangat terbirit pergi
Pergilah! Penghibur keji
Jangan bicara lagi
Dalam kitabku
Kesetiaan hanyalah waktu
Bicaralah sesuka hatimu
Diam! Cukuplah sudah
Pujuk rayumu lungkah
Biar aku mekar dari tanah
Aku peziarah bayangku
Tak perlu puja-puji itu
Tak perlu menilai kebajikanku
***
Topan Wahyudi Asri,
Sijangkung – Kalimantan Barat.
Indonesia (2014)
SAJAK TIMANG BUBU
Langit benderang awan berkejaran. Sang pawang
merajang mantera, goda menggoda semangat
si Nyiur Gading. Derap rebana berpadu gendang
mencecah hening irama berkejaran. Datang
datanglah wahai bidadari kayangan. Berkat izin
Yang Maha Suci, terlaksanalah timang bubu
pusaka Sambas pedalaman. Duhai sayang disayang
rajuk budaya inipun kecundang, di gilas zaman.
“Balon-balon gelombang balon…
Balon menempuh batang rasau…
Bangun-bangun saudara bangun…
Bangun tidur jangan meransau…”
Telah singgah semangat si bidadari. Menari riang
bergemulai pada bilik berkisi-kisi. Rentak irama makin
berkejaran, laras gerak sang mahluk khayangan. Kesan
mistis mengulik minda. Manusia hanyalah perantara
tak terdaya tanpa izin dari-Nya. Seperti selingan
rembulan dan matahari, ada masanya sang Nyiur Gading
undur diri. Dengar, dengarlah dan nikmati kembali
sejemput dondang serapahnya kali ini:
“ Ya… bamban…
Ya… lokan…
Ya… bamban…
Tatak lokan main beseri…
Main jua main dipenudi…
Selokan tempat menari…”
Amboi, pujuknya insan meruntuhkan hati. Duhai
muda penerus sukma ingatlah, ini Simpang Empat
punya cerita, pada Tangaran nan jelita.
------------------------
Catatan:
*Nyiur Gading: Nama mahluk halus/bidadari khayangan.
*Timang bubu: Permainan rakyat Sambas di Kalimantan Barat (Timang = pujian ; Bubu = alat menjebak ikan di kolam, sungai atau rawa)
*Simpang Empat: Nama desa di Kabupaten Sambas – Kalimantan Barat.
*Tangaran: Nama salah satu kecamatan di Kabupaten Sambas – Kalimantan Barat.
***
Topan Wahyudi Asri,
Sijangkung – Kalimantan Barat.
Indonesia (2014)
PERCERAIAN
Sebuah kebenaran melayang di atasku, waktu
kau pergi dengan hewan – tekateki. Langkahmu
menerabas ketaksabaran pada malam di celah terdalam.
Aku pun terpacak tanpa daya. Hanya menggumam
pada kelebat hitam yang setia mengekorimu. Memelas
ia, namun engkau tak perduli. Harus kucampakkan, gelas
di genggaman. Agar diriku tak dihantui pusaran ganas
ombak dalam gelas.
Kemudian angin terasa semakin dingin. Hujan
mendera seperti peluru di medan tempur. Mereka dingin
melebihi kilatan samurai di leher. Kemudian seorang lelaki
sejak saat itu tak bergeming, khusyuk ia membesi.
***
Topan Wahyudi Asri,
Sijangkung, Kalimantan Barat.
Indonesia – (2014)
— di Kota Singkawang.
LARA
Karya : Topan Kejora
Padahal aku sudah memelihara bayangmu dengan doa
Agar memudahkan kita membangun syurga, nantikan ada
Kau dan aku di dalamnya. Padahal kau tahu ada jantung
Berdenyut dan nafas yang beringsut, namun selalu saja
Kau tak memahaminya. Padahal ini bukan pertama kita
Mengenal cinta, tapi mengapa sulit untuk setia. Aku sang
Teruna pantang mengganggu, memaksa atau meminta
Agar kau mendekat dan mengalungkan iba.
“Padahal berulangkali rembulan pecah di dadaku. Hingga
Akhirnya selalu saja mataku berubah warna, pada remang
Terlihat bagai embun yang menggenang.”
Padahal aku pernah berikrar padamu bukan? Bahwa jika
Air telah tercurah di pasir, maka relakan saja. Maknanya
Kau dan aku harus saling menjaga. Pada malam dan siang
Kurebahkan doa-doaku dalam dzikir, lalu memaku nama
Kita di sana. Tapi entahlah, mungkin peribadatanku tiada
Sempurna. Atau mungkin hatimu telah goyah oleh sang
Maestro yang pasti sakti mandra guna. Padahal air mata
Tak ingin tercurah lagi di pasir, namun nyeri di segala
Tubuh lukaku harus segera dilayah dari erang.
---------------------------------------------
Topan Wahyudi Asri;
Sijangkung – Kalimantan Barat.
Indonesia, 2014.
— di Kota Singkawang.
DAN
Karya : Topan Kejora
Ku kunci mulutku,
biar menjadi janin puisi .
Ku belenggu lidahku,
agar tak memercik api.
Ku agungkan diamku,
demi murnian inti hari.
Kulepaskan ia pada-Mu,
Di tahiyyat ruhku bersaksi.
***
Topan Wahyudi Asri,
Sijangkung – Kalimantan Barat.
Indonesia ; 2014.
— di Kota Singkawang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Terima kasih tiada terhingga sahabatku Ahmed el Hasby... salam takzimku... :)
BalasHapus