Senin, 14 April 2014
Kumpulan Syair Dion - SELAYANG PANDANG
SELAYANG PANDANG
Oleh : Dion syaif saen
Poteng bergegas pagi-pagi Buta
Petong masih berleha-leha
Kokok ayam memekikkan telinganya
Ingin menutupnya atau menyumpal patok ayam
,"petong mulai tak suka Dia bangkit, dan dipatahkan leher satu ekor mati ditangannya.
" Dia marah, tidurnya diusik, dia sedih, suratnya tak terbalas,
dia mencoba tenang, namun semakin memuncah,
, dan tiba-tiba dia bangkit dari tidurnya,"ada apa?
Hendak mengalunkan,namun suasana makin gaduh dan ramai,
Ingin bersemedi,,tapi kemuning kembali jatuh dan terkeluai.
Ingin menceritakan, namun engkau mendahului seolah lebih tahu,
dan merasa lebih mengerti,walau sebenarnya tak semudah
dari apa yang sebenarnya kau sempatkan,itu belum apa-apa,,,
akhirnya mengadu pada petong,
sebelum dapat izin dari Joker,meski kelihatan bodoh,
tapi tidak merasa pintar,tapi pintar merasa
Begitupun dikau poteng, kita pernah sama-sama menagih Matahari,
bersama menanam bunga, lalu jangan biarkan biji mataku kau congkel,
Petong mengisah masa lalu, "yah,'jawab poteng, tidak jua aku yang pernah menolongmu
saat kau memintaku menopang diatas tembok, lalu menjagamu diantara hujan,"
petong tersenyum, joker terdiam berpikir
Sebatang sepi
Baranya hanya ampas
Dilumati beberapa bibir
Detak-detak malam yang desak kumal,
brukat bajunya, terlipat ditubuh nyaris subuh
Sebatang sepi tanda kenyalnya malam, menggairah,
dan ingin lagi, depan layar kupandangi matanya yang nyaris terpejam nikmat,
gaun hitam,bibirnya basah sedikit,
kupetik sejenak khyalan dia mengurai rambutnya.
Sambil kurelakan sebatang sepi, beranjak kerung depan yang suntuk.
\
Melawan angin, menghindar tebasan-tebasan luka,
membujuk angan untuk sejenak bertahan ditengah perjalanan yang masih jejaka
Setimpal badanku yang legam
Aku menjauhi kerinduan yang nestapa
Atau melihatnya menjejali
Seindah dagumu yang bergelantung
Dan mencintai sepadan rembulan sudahlah kucukupkan,
semenjak Cinta tertambat lalu pergi
Kutawarkan sejenak
Kulengkap keistimewaan sebelum bertanam bunga musim dingin kali ini,,
Maukah kau kutemui sesaat saja
Walau ku hanya mencuri selendang
dengan selayang pandang disuatau waktu saja,
Ooo dimanakah kusemat mataku yang kantuk ini,
selembar surat kubaca semalam tak tuntas juga.
Dimana musuh yang berselimut? Tanpa mata dan bibir,
yang berdimensi, sungai mengalir deras hkerikil membawanya ketengah,
aku ingin berhenti," namun jagad menegurku,,
perjalananku masih panjang dan sisa seusia.
Warna mulai berpencar menjadi abu-abu,,
bergetah, berlendir, bermandikan seribu kata yang tercecer,
dia mengangkat wajahnya sepersenti berdagu,", mereka mencerna,
membuat satu persepsi lain, petong menukar satu kartu,
poteng meletakkan saja diatas meja,"tahu petong bersikap seperti itu,poteng diam tapi menohok, hening, diam, kartu telah terbuka, diam-diam ditaruh dibenak, dan logika,
Aku meraih bulan juga tak sesulit
Kutaksir perawan berwajah bulan juga,
tak pandai, hanya gurai gemercik
Liurku yang syahdu, tanpa kecupan yang menertawaiku, sedamai embun
Separuh dunia menggunjing dalam taman berbunga,
bandar-bandar sepertiku menendang peti-taruhan lima menit,kutempuh
\sejauh aku lahir. Disiksa oleh waktu dan kemunculan nama-nama yang mengikutkan namaku.
Tanda nama didahiku yang sungut berkeringat.
--------------------------------
Sebatang sepi
Baranya hanya ampas
Dilumati beberapa bibir
Detak-detak malam yang desak kumal, brukat baju, terlipat ditubuh nyaris rubuh.
Sebatang sepi tanda kenyalnya malam, menggairah, dan ingin lagi, depan layar kupandangi matanya yang nyaris terpejam nikmat, gaun hitam,bibirnya basah sedikit, kupetik sejenak khyalan dia mengurai rambutnya. Sambil kurelakan sebatang sepi, beranjak kerung depan yang suntuk.
------------------------------
Kalian tidak tahu apa yang terjadi setiap malam, jika pagi menjelang barulah berani untuk memejamkan mata,
Aku mendengar desah nafas malam
Mengangkangi gaun surga mimpi,dan apapun kepekaan telingaku mendengar cacing, mencermati bau tanah dan bunga, meski aku tak sempat menikmatinya.
Kalian tidak pernah tahu cerita dan kejadian malam-malam yang bersemayam, bagai makam, tanpa nama, dan aku selalu mengingatnya
JUMAWAH
Karya : dion syaif saen
plang pelong pleng,,,gubrak,,ssrrrekkk,, plak plak
prak prek, prok,,,uaaaghhh,,, ssssssssshhhhggggg,,,,,
p-ang pang,,,pang,,,,teng ,,,tengg teng, teng,,,,,,,,,dubrak,,,braaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkk, trak, prak,prak praak prak,,,,, sumbang....palsu, bodoh, kenduri, sama. dari ujung neraka
plang pelong pleng,,,gubrak,,ssrrrekkk,, plak plak
prak prek, prok,,,uaaaghhh,,, ssssssssshhhhggggg,,,,,
dubrak,,,braaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkk,
trak, prak,prak praak prak,,,,pergilah,,beranjak, kemunculan anak-anak kemunafikan, jauhlah,,dan ajaklah berpinang kemuara nanar mata penjaga neraka.
prak preo prok, tak tak plung plang,,plingplang,,trakkk, tubrak,,,braaaakkkkkkk,,,aaaaahhggggggghhhhhh......
kelenjar kelenjarku berdarah, mencekam,melukai, sesama
bagai pukulan menghantamku,,aku terlantar...
aaaaaaaauuuughhhhhh,,, bagai srigala melolong ditengah malam sunyi yang mendekap kebrutalan dunia yang pelik dan menjerat mati kemiskinan
yang kaya berpoyah, yang strata bawah menagih janji, dan menadah seribuan,,,puiihh" aku ingkar dari kemustahilan, dan ingin merobek, luka merah putih dan warna musim yang berlendir dan abu-abu
emmmmmmmmmmmmhhhhh,...mendehem tanda berak atau ingin menganulir persoalan yang disesalkan,,,oughh,,ssshh,, yahhhh,,,,,aaaauuughhhh,,, merintih kenikmatan,,atau bergairah ditman bunga bunga palsu, dengan selenting puting perawan dan bejana mistik yang abadi dileluhurkan.
oooooooooo nurja berbujana, bagai pelangi aku buta warna seketika,
aku mulai tidak enak bersama mereka yang mulai meninggalkan satu-satu jejak dan huruf kecil, merubah menjadi kapital,tanda keramahan bentuk etika yang berujung dendam kesumat,
oooooooo nurja, ajaklah ketimur, agar belajar dengan ufuk berinteraksi dengan angin, awan dan embun
ooooooo nurja, berpeganglah pada temali ucap lirihnya kemirisan dunia
yang takjup oleh gaun warni, dan kehilangan akal dalam wejangan semurni tasbih mereka, lalu diam-diam dia menumpahkan air mani diatas tubuh kekasihnya,,,yang setelahnya, diajak kencan kearah bulan yang mulai tak lazim kusebutkan
ooooooooo nurja, jangan renggut kemuslihatan yang mulai dipertontonkan, dari sudut sudut mata yang binar, dan berair sekalipun, sebuah janji kupendam, lalu kudatangi sebiji musim yang kutanam,,lalu mereka merampasnya, dan aku menawarkan secawan lagi,,lalu aku terbakar oleh amarah mereka,,dan diam-diam mereka menusukku dari belati diam yang kutempatkan dikaki meja yang bersegi,,mereka mencarinya dan menawanku, sebatas didepanku bermanja, lalu menjadikanku dewa sebentar lagi aku mati oleh Jumawah yang terkesikah dan tersenyum manis didepanku.
SENANDUNG DAN SAJAK TEDUH UNTUK JINGGA
Karya : dion saif saen
aku menemui sebatang lilin
ditegurnya gelap, yang nyenyak
berkerlip, berkedip
mengumpulkan amin, dari Doa-doa Dunia
yang terbangkai.
aku dititipkan lelap
dan sayur bayam, sepotong ikan teri buatan Amma (ibuku)"
dan aku menangis lagi
kejujuran dipuja-puja
kebenaran ditindak sepuluh batang Hukum
kemunculan orang-orang mulai bertambah jenggotnya
menggantikan Imam, menjadi surban dan payung kemudi kesemuat
hanya Doa kupintal, dengan sebatang lilin, kudekati tuhan membujuknya
angin melepas daun
menggerakkan sehelai bulu tipis
pada malam anai-anai berhamburan
mencari jejak cahaya
seperti kecubun melengkapi pesta
sekabung kematian
dari butir air mata, jatuh sudah" dalam dekapan tanah bergemuruh
senandung yang berteduh pada sumpalan kenyataan
lebih diam memasung memanah hati tambatannya
namun sayup, terbual, terancam
pujalah, semenjak derainya berhenti dan mengering
kecupan indah bersemilah pada Cinta yang dipingit
aku menemukan sehelai sapu tangan
berwarna jingga" sepuhlah, sepilah secara tiba-tiba
dan aku mencarinya. semenjak fajar mulai berkisah
sampai pagi menempatkan rambutnya yang diam tegun terurai
aku menawarkan cinta kepadanya
berakhir selepas sepandangan dengan bola matanya
hampa, dingin, tergurai, lalu menjawabnya menyeduhkan seteguk kopi
aku tak inginkan kau disini. aku ingin membawamu kenirwana
selama kau masih merasakan kehadiranku
sambil menanyakan gerangan sapu tangan, Jingga" kunamai kau jua
dalam terjemahan apapun
aku adalah sebatang lilin itu
jika kau berkenan
datanglah kepadaku, akan kutempatkan kau diatas tahtamu
dalam kebahagiaan yang abadi
selembut puisiku, menyangimu
sekuat sajak-sajak kesetiaan
dari seluruh penyaji kata, melepaskan kesunyianmu
'membawa kemana Cinta kau risaukan dan menghentikan lara, duka
seribu jahitan, sejua bahkan lebih
PEREPUANKU
Karya : dion syaif saen
aku memanggilmu, memanggul kisah tentang jatuh cinta
mengajakmu ketamanku, atau mendusta kepada semesta
kau pura-pura mencintaiku.
jangan,,,jangan kau paksakan jika lembayun sudah tertandan
sementara gerai misteri yang bernama, melekuk-lekuk kedahimu
menggoda sebelum subuh, dalam setengah jemarinya menggemggammu
pada sudut-sudut Biru matamu
antara bundar biji matamu
melintas didepanku, kau menggilasku
aku tersiksa, demi antara waktu yang aku lupa,
aku pernah menyangkal kehadiranmu
membohongi kata hatiku
'mengajakmu bercumbu rayu
menutup tubuhmu dengan tubuhku
melengkapi rusukku yang beretak berpisah
menjadi terbiasa dengan Rindu
melawan kekuatan Rumpung
kau dimatikan, dan di tenggangi lebih merekayasa
dibibir jenela matamu melepaskan kekalutan.,
ditpi hujan kau menangis
diantara pasukan kerajaan kau tersenyum nyinyir
perempuanku........
ajaklah aku malam ini menebus dosa yang pernah sama-sama kita perbuat
panggillah aku Cinta,dari ujung-ujung pena dan dituliskan
terjungkal jauh di putingmu. lalu kau diam, bibirmu kau gigit,
matamu merah pandir, kelopakmu berhenti menawar air matamu
kau meluangkan dahi dan lehermu, dikecup dilemutkan, dicengkram
diterkam, di tawan, dikhianati, Perempuan terpedaya lelakinya
andai aku bisa memisahkan antara malam dan siang
dayaku terjaga bulu mata palsu, buah dada molek berseri, disinggahinya aku dalam kejujurannya, dia masih ingin bersamaku melengkapi kengerian ini
menyambut purnama kembali, melengkapi kebencianku, aku memulainya
kau mengumbar, meletuskan balon selaputmu, membara, berdarah.
kau bagi senyumanmu, lelaki ditanjung kenangan, kau nanti
ditudung malam merekatkanmu, paha dan betismu memuaskan mataku
sementara lirihmu mencari celah untuk beranjak kemalam-malam menggairahkan selanjutnya."kau juga Perempuan itu"
walau tajamnya mata dan cerita tentang kecantikanmu yang kau sia-siakan
yang kau abadikan dengan melenturkan semua lekukanmu, memadatkan bedak, dan lentera pelipismu memerah serona, mereka menuntutmu
mereka mencibirmu, mereka tidak tahu, aku lelaki yang pernaha da dengan Cinta dan kesetiaanmu pada Tuhan.
Perempuanku.......
terhadap nilai yang membedakan
jsutru hari yang bersejerah sekalipun kau lupa
kehadiran sebuah sisi lain perempuan pingit, yang melakukan satu hal saja
sudah melebihi apa yang dilebih-lebihkan, bahkan masih banyak melebihi darinya yang sebenarnya dikaburkan oleh sejarah. dan Pastinya kau tahu
sejak SD hingga sekarang, kau sering mendengarnya disebut, atau dijadikan alasan, kedamian awal dari peradaban yang masih baru, lupa, Bhwa sebelumnya, sudaha da kekuatan dan keberanian seperti itu, bahkan lebih" dalam memperrjuangkan hal-hal yang tabuh, dan menolong peradaban perempuan yang nista kala itu, dan berkelahi dengan debu, bergulat dengan kehidupan yang layak, bergetah badannya dengan memangkuh tanggung jawab, melengkapi air matanya, lalu tak tercatat disudut sejarah yang berkepntingan". dan kau juga Perempuan itu, yang melengkapi kehadirannya, menjawab kisahnya, saat kau tertidur didekatku, dan menceritakan perbedaan yang mana mereka maksud,,kesenjangan yang mana mereka tahu?
perempuanku......
tersenyumlah sebab esok pagi merebak,
dan aku masih ada memuji dan menyangimu
----------------------------------------
Anum, Dan kau tahu
Aku ingin melihat matamu terpejam
Saat nestapa kau timpakan
Saat dekap resah dalam memilihku
Atau sejenak detik denting menjumpaiku sepekan telah ku buktikan, sejauh Cinta yang terdalam
Aku ingin melihat kejujuran
Dalam matamu, aku mencintaimu
Walau terhempas dan terabaikan
Dan aku akhirnya aku tahu dan tersadar, aku harus realistis
Aku mencintaimu, menyangimu
Dan aku itu tak bisa kulupakan
AKU DAN BUMI YANG MANA ?
Karya : dion syaif saen
bumi yang mana?
kau sisipkan waktukah? atau menginjaknya
memberakinya, mengencinginya
sekedar didiskusikan
setelah kita cemari kembali
seolah olah saja
apa yang kau perlakukan terhadapnya
mebabatnya, dengan membuka jalur?
menggalinya berharap emas berhamburan
mencurinya
membakarnya
unsur gemburnya
lalu kau tanam biji-biji mata dan air mata saja?
ahh" aku juga tak mampu berbisik"
dimana-mana bercerita tentang Bumi
membuat pesta kecil-kecilan, sampai membuat aturan, membuat rekomendasi, meletakkan sumpah, janji, agar menjaga bumi
lalu kulihat puntung dan pembakar rokok dimana mana dari bibir-bibir yang telah berikrar dan bersumpah," ahh" aku juga belum bisa menahan gejala kemelut,,dan cendrung apa adanya, dielenggarakan dengan cara yang hikmad, lalu diam-diam,mengotori kembali bumi, dengan amps,serta bungkusan dari pesta atas nama Bumi" ssssssssshhhhh,, aku merinding seolah-olah, dan terangsang kembali.
aku mengajak diriku masuki ruang-ruang seperti dulu
menghirup, mencari ranting pohon rindang
melukis pohon, dan pepadian
hanya saja tak mampu kulukis air
kecuali belukar semak dan rerumputan yang menjalar tumbuh secara alamiah, kemsutahilan yang mana lagi, kita terjemahkan tentang Bumi"?
disana sini, diantara tempat,,dan kelompok
mendengdangkan Bumi mengatur jarak dengan alam
mengajak bersemi dengan alam, menjejaki alam,,mengupas tentang kerusuhan alam, namun masih saja berak, dan kencing sambil merangsang dirinya sendiri, sebentar lagi membabat, atau meletakkan sisa-sisa sampah, dan kerak bumi yang dipuja,dan dikhatirkan, menglak dan menolak kehadiran itu. Sumpah" bukan aku yang bilang dan mengatakan ini," dan jika kemarahan itu memuncah
maka tunggulah aku saat tubuhku bersama Bumi" dan maafkan aku jika kucercah nasehat mereka dan kalian tentang sejuta andai dan rencana Bumi ingin kalian selamatkan,,semetara aku menegnal, puntung rokok siapa,,dan pembungkus indomie siapa,,atau bekas kaki dan kencing siapa
aku berhenti disaat hujan menertawaiku
lalu membujukku masuk, menutup jendela
seraya angin juga melepaskan sendu Bumi yang dibincangkan
AKU ADALAH DURI – DURI YANG BERBUNGA
Karya : dion syaif saen
aku berlegam
dari ujung kesumat jemariku melindas satu lalat
gejala kemanusiaanku hampir punah
aku berkecimpun
satu nurja dan pemujaan
bagai syaitan merasuk
lupa kendali, kemudian berangsur memisahkanku
aku bermujanat
seperti pemuja Tuhan yang setia
duduk bersila
menyenandungkan selera pinta
aku menuliskan
sebuah cerita manusia
sejarah pergumulan jiwa-jiwa
yang berkeliaran
dan berhenti, membisu
diaryku patah dan basah
oleh kemarahan manusia sesamaku
aku membacakan syair ditengah terik
mereka melemparkan senyum perpisahan
meretakkan tulang dadaku
melihatku tertelungkup pada zaman
yang berteduh, bertudung kemunafikan
aku membuat syair lagu
sambil menyanyikannya dengan jujur
bercucur air mataku
mereka hilang dan pergi satu-satu
mereka mencuri satu laman-laman pendirku
sebuah kelemahan, pada kekekalanku dalam karya
semudah memetik Bunga
semungil tumitku
dan kekecilan kaki-kakiku, mereka melupakan jejak tapakku
lalu berkabung pada bejanaku yang kering
aku memainkan musik sendu
mereka menyumpali mulut dan hidungnya
aku mencintai seseorang
mereka menuduhku berlebihan
dan tak pantas, realistislah"
aku menuliskan kembali tentang bulan
dan gairah percintaan, mereka bermata dua
mereka melucuti kesengsaraanku sambil merampas kebaagiaan
saat aku menyerukan Cinta yang terdalam dan mulai dari kemuing, sampai mawar yang buta
siapa yang bersiul?
suaranya memicingkan kemunculan asal dasar suara
telingaku tak peka
hanya hati danr asaku pernah ada sebelum
kutmpatkan syair balada yang bergetah, dan bergundik
menjadi lebur dan terbungkam lara
aku adalah permulaan abad kesekian
yang direingkarnasikan, dan dihidupkan kembali
selalu mengabaikan pesan waktu dan zaman
bahwa letaknya tak jauh
dia ada bersemayam
lalu menghancurkanmu
aku berlari
dengan luka diatas legam tangan dan pundakku
tanpa kuloihat darah nanah menggemparkan
mereka melotot dan mencemoho
diam-diam dia mencabuti bulu-buluku juga
aku adalah kemurahan
aku adalah keperihan
aku adalah luka
aku adalah kebahagiaan
aku ditempah dari semai aksihs ayang semesta
sampai semuanya tak kurasakan lagi
dan berlinangan air mata kemunculan orang-orang pandai membohongiku
aku adalah Cinta
aku adalah romantik kisah roman-roman lain
aku adalah kekasih sejati
aku adalah kemuning
akua dalah nurja berpalung sutra
aku adalah yang bertudung dan melengkapi kelenjar pahaku dengan nikmat, dan aku adalah duri-duri yang berbunga
KAU ADALAH LUKA
Karya : dion syaif saen
Kau deret sekisah lukisan yang bercinta, bergerak bola dan bulu matanya, kau tempatkan didepan kemusnahan antara perpisahan, dan ketabahan yang membatu.
Kenapa juga malaikat tanpa sayap
Berhenti ditengah bumi,diatas cemara
Bagai kunang malam melimpahkan cahayanya, mencari kenduri, yang terbebani oleh sebuah duka dan sejuta air mata yang mati, berubah membeku, keras, tercecer dan tercemoho,"ceritalah"
--------------------
Sekedar ilisustrasi isyarat politik
Jika salah diperbaiki,jika benar cukup menggumam saja :
PDIP menunggu+risau
GERINDRA jadi Galau
GOLKAR mengaduk
PPP bikin gaduh
NasDem adem-adem sendu
PAN membujuk-merajuk
PKB mulai Galau
PKS membenalu
HANURA bergurau
DEMOKRAT Ambigu dan kelabu
Dan kemana hendak Pilihan Indonesia berlabu? Jika mereka berseru tanpa haru, dengan kondisi Negeri ini yang kasat kusut.?
"Revolusikah?
----------------------------
Aku melengkapi hurufku
Berbagai macam bentuk
Dan lekukan indah bagai perawan merah yang bertato naga",,,Nakal"
Sementara kalimatku kususun
Diatas puting berkeringat, memajang keseksian tulisanku sendiri. Hingga mereka membunuhku.
Sejenak aku merenung
Lalu untuk apa Ibuku bertutur
Sementara dia menyuruhku diam"?
Mengajariku seribu kata, dan aku berhasil memanggilnya, atau kata lain, lalu mereka menertawaiku? Hemm!"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar