Minggu, 06 April 2014
Kumpulan Syair Dion - KARENA AKU MENCINTAIMU
CERITA LASTRI DAN FEGA DIKEMUNING MALAM
Oleh : dion syaif saen
bagai angin membawa peleana badai
duduk diatas tanduk, bergerigi giginya
melumat manja bibir semungil
depan cermin berkaca, kemana wajah dan telinga?
mata merah berwarna, bibir pecah dan kaku
pelilipis mengepis, tanda permulaan ketakutan mulai ada
bergairahlah bunga mekar, pada basah hujan yang kuyup kemarin
ada ludah jatuh diaspal yang membatu, bagai tanda bulan membalur
membagi rona, membawa kisah serumpung anak-anak kekasih
membuai, memainkan petaka yang mengancam.
hari bersemayam, banyak yang mngisap cerutu tembakau berdaun
kemuliaan dinahkodakan, sebulan dan sebutir jatuh kembali
kaum-kaum fakir, memuat halaman-halaan hari, terjadi kesenjangan
ingin receh, berharap rupiah lembaran, ada perawan yang ditinggal kekasihnya dan minum seteguk penyesalan hancur sekeping mayatnya digotong, sebilah pedang menghunus, mereka memabi buta, menghuyung, merampas dengan tebasanm mengarak ratusan amarah, Tumpah, sebelah lengannya tersekam belati buta.
kutemui fega diantara jauhnya malam, rambutnya seperti basah, gaunnya biru dalamannya putih pas kulihat, roknya terbuka hampir mengenai selangkangannya, yang kebetulan dalamannya putih berbentuk, dia mengusik kepenatannya, sambil mengunjungi setiap malam sampai pukul yang tak ditentukan,sampai waktu yang mendesir, menghalau keraguannya tentang ribuan kesaksian didepan hidungnya meretas, kebenciannya, mencoba tetap berbagi,tentang kisah pilihan hidupnya yang ber-ingkarnasi,bagai kepongpong menjadi kupu-kupu yang angat cantik. bibrnya tipis, giginya rata, hanya ada kumis sedikit iatas bibirnya yang merah ranum, bau parfunnya menggoda, merangsang seketika, kita tak mampu mengendalikan posisi dan kelenjar selera dari kejiwaan seks yang berpencar. dia suka berondong,,sampai yang tua,,dia tipe bukan pemilih,dia suka berimajiasi dengan mengedipkan matanya, menggoda lelaki yang ditemuinya. seluar dalamnya ketahuan, payudaranya meleset, kekutang belaian dadanya yang hampir kempis. pahanya putih berbulu, jemarinya sama dengan jemari yang bergerak lihai keana-mana, matanya tajam, kelopaknya diapakikan satu sentuhan, bulunya lentik melengkung keatas,,alisnya seperti ditato juga melengkung indah, "
Lastri-pun menyelah, bertanya dengan rambutnya yang pirang terurai,dibairkan jatuh dipundaknya,,yang gaun hitam malammnya, begitu kuat, memamerkan keseksiannya, hampir separuh kulihat branya dan buah dadanya, hidungnya mancung, seksi juga, bibirnya juga seksi dan sensual, sayang giginya tak rata, "dia berujar, kehinaan inim hanya kebetulan saja, esok akan lewat, malam ini, akan mendapatkan lebih dari sesuatu yang pada akhirnya akan menjadi reruntuhan, atau mungkin malah sebaliknya,,kami terlahir bukan karena keinginan, atau mencoba keluar dari norma Aturan Budaya, bahkan Agama, namun keterasingan kami, bagai pecundang yang bersembunyi dibalik kuasa mereka sendiri,,dan bukan kusesali dalam kelamin seperti ini, hanya saja naluri dan hati kecil kami, memang adalah pilihan yang terbaik, lastri mencoba menyelesaikan akhir sendawa malam, diarah jarum mulai kearah jam setengah dua dini hari, malam bergeser, semilir angin menambat di gaun dan rambut mereka, hingga malam kembali merubah, senyum dan cerita mereka adalah penguat semesta, bahwa dinamika dans elera hidup dalam pilihan adalah ketekunan jiwa, bathin dan pola pikir yang harus dikaitkan, bagaimana bisa menarik benag merah,,atau menyimpulkan tali-temali hidup yang sangat berhubungan erat, saya menggumam, dan mencari celah pertanyaan, tentang hubungan seksualitas mereka,,mereka menggoda dengan spontan, mereka puas dengan beberapa lelaki,
ketertarikannya dengan yang semisal perempuan, sudah terkubur dalam-dalam,,dia adalah perempuan utuh, Menurut keyakinannya, kejiwaan yang kumaksud disini,adalah seks dan semuanya adalah ditengarai dan di awali bagaiman kejiawaan dan unsur unusr pendukung lainnya."apa kamu tertarik kepadaku? fega diam, lastri hanya menatap gemuruh spontanku,,,tercekat beberapa lama, dan mengurai kembali rambutnya, ahh" sembarang saja, pura-pura malu," saya kembali menggoda dengan beberapa pertanyaan, apakah kalian mennerjemahkan gairah ini adalah titik kepuasaan yang membedakan dengan hubungan yang normal? mereka biasa-biasa saja menjawab,,yah yang jelas,,kami merasakan apa yang orang lain (normal rasakan), "nah benar kan bahwa seks itu kejiwaan,,menoleh kedicky,,yang juga mengawali pendekatan dan mulai berinteraksi dengan mereka bersama lusinan pertanyaan, kenapa dan apa yang mendasari mereka memilih hidup dan merubah kodrat ketentuan Ilahi seperti itu," bahkan pernah suatau malam sepi mencoba dengan bertanya kembali pada siapa dia mengadu,,bahkan kebencian semuanya memuncah,,sampai proses tiga tahun barulah mereka diterima disisi keluarga, dan beberapa kerabat, dan beberapa komponen masyarakat, Instrument hidup yang mengurainya, meletakkan bagai nestapa membuai dan memilihnya untuk berakhir di sudut malam-malam yang bertepi,,hati ekcilnya pernah memprotes,,dan kembali dia larut dalam, pilihan yang telah disepehamkan,bahwa siap dengan konsekuensi, dihinakan, dianggap sampah, sampai dihinakan, bagai bukan sesama mahluk Ciptaan Tuhan, lastri mengurai, sembari matanya terburai, namun ditahan, agar tak ketahuan bahwa penyesalan itu kadang ada dan timbul.
malam merambah,,sepihak waktu telah menegur,serpihan yang merubah waktu, alamat malam, menguasai kemuning malam kembali.
KARENA AKU MENCINTAIMU
dion syaif saen
sayang, sejauh kau pergi dalam rindu yang terbisik pedih
kemana hendak kujaga dari duri-duri mawar?
dalam sekejap cahaya purnama sejenak mendekati bumiku
mengajak lusinan kata-kataku menjadi sumir dan tandus
hanyut aku dalam kerinduan kesumat
takdirku bermula disini dan sebelumnya
pada bunga lemah, meninggalkan bekas sang fatamorgana
dan aku tahu padaku yang mudah terkesimah
dalam syair dan baalda, nyanyian perpisahan.
dan hampir tak kukenali sendiri
bagai pemantik, aku membakar lusinan kata-kataku
dan menghitam kembali,setelah kesumat kebencianku
pada sebuah ikatan yang tuli
aku mengenal aksra sejak kelahiran Cinta yang ingin abadi
kemudian meletakkan sejjur Bunga kemuning kunamakan
namun luruh seketika, dan saat ingin kembali
aku hanya berkhayal hujan selanjutnya
tanpa mencuri embun, dan kemaknaan dari sekapur cinta
yang tertulis dibatuku. agar kelak kau bacakan pada mereka
yang pernah aku kenali satu persatu, meski air mata mereka tak basah
sama sekali, aku akan menjaganya jika setelah semuanya merekah diatas tebing dan bukit sekalipun.
alangkah ingin mereka melihat kekasihku
aangkah bahagianya mereka menceritakanku tentang perawan bulan
serta mimpi kubawa berlabuh ditempatku yang cukup untuk menahkodakan mahligai ini.
dan kugantikan kembali kuncup-kuncup itu
menjadi seutuhnya bunga berwarna alami
selama meminangmu selaput itu ada
meski nestapa terbujur ber-akhir didepanku
mataku takkan menangis dan melukaiku
karena aku mencintaimu
JIKA KAU ADALAH
Karya : dion syaifsaen
karena kau adalah melati
beri aku kemarau, dari rinduuuu yang berculah
karena kau adalah bulan
maka tenggelamlah
beri satu purnama saja
jika kau ternyata Cinta
siapa yang menawarkanmu
kenapa cawan anggur yang kau beri
'tak mampu memabukanku
antara kesadaranku yang mulai tak stabil
oleh bibirmu, dalam getar dan perih kau pernah dicintai
dan di tinggalkan
sekedar saja
jika kau adalah lelaki
membongkar dan merafal mantra
untuk gadis pujaannya
menyaksikan juga yang seorang disodomi
berulang ulang, menyaksikan juga seorang ibu membunuh seorang anaknya
dan melumeri tubuhnya dengan air-air mani
setahun kepergian lelakinya menghakimi kemaluannya sendiri
jika Cinta di antarai dengan raga semata
dimata mata, dan keyakinan lembayun yang bertangkai lemah?
sepi dengan bara yang mengembara
tandai lutung yang mematung bagai petong
apakah kau abdi dan pangeran?
yang berutut dikaki gunung sambil meminta kepada penghuninya
apakah kau kekasih,,dan lambang mawar,
\jika kau tusukkan di jantung dan bercecar darah kemanusiaan
jika kau adalah bunga kenapa berani Tumbuh di tuntasnya kemarau?
SEPULUH BATANG PUISI
Karya : dion syaif saen
Suatu hari nanti,
sisa namaku disebut, maka rasakan angin dan cahaya,
aku pernah ada diantara lukisan hidup,
"Kau tak abadi dan akan pergi,
diruang sepi kita telah terpisah.
Janganlah menangis,
Kupijak air matamu tergerai,
separuh hidupku telah kuserahkan,
jangan membuatku berhenti
meletakkan mawar dibatu ini,
kita pernah menulis sejarah dan alur bersama hidup
terdampar di mata rusa. Hadirku jangn sesali
Badai risau meringkih
Seikat nestapa yang hijau
Berdebur dan lebur telah jadi bubur
Dan kabur
Ringkih itu menjadi gesang lagi
Sebab hujan-pun menjadi nyinyir
Separuh hari dicambuki lidi-lidi
Kekang sepadan tak seindah belawang y
ang merias bagai melody yang terdiam pasung
Sederhana kupilih kau
Dalam satu kejujuran
Takkan bisa kukhianatimu
Pada bunga yang biru
Secepat kisah bergairah disudut mata
Menggugurkan halaman sebelumnya
Pada bunga yang kisau
Sebelum ditambatkan ketanah
Luhurkah Cinta ditambatkan?
Sepekan sepi, sewindu sendu
Selaku adat manusia kehilangan peradabannya sendiri.
Tempat kisah dan anak-anak hari melawan kekacauan zaman
Pada bunga merah
Semua hilang dan hancur
Menjadi serak-serak
Yang sengau
pada sudut mata itu
ada warna
nada dan selera untuk lebih jujur dalam situasi yang palsu
senandung lirih mencubiti reka-reka yang teramat sakral
masihkah ada waktu untuk perjumpaan mata-mata jujur yang pasih sekalipun?
semudah itukah waktu bergulir dan membujurku?
sedepah jarak jarum jam, kutegur sepiku,
kutengkukkan jemariku disisi slihnya kehidupan
yang layak sekalipun,,
,atau nilai materi dinisbahkan bagai anak-anak yang lari ditengah hujan,
menunggu lebih dekat matahari terbenam,,
sepuluh batang puisiku kuhabiskan hari ini.
DULU
karya : dion syaif saen
sekedar ilustrasi
\dulu,,kalian bersama sama bermarga golongan
saat terjemahan awal peradaban di negerimu dituntaskan
dulu,,,,kalian saling menatap sepi disisi kelenjar masing-masing
lalu bersama sama merangkul, mengajak, dan namun sama-sama inging ekspestasi berlebihan.
dulu,,,,kalian bersama-sama membangun Rakyat di satu Golongan
sekerang, ramai-ramai saling menenggelamkan, sama-sama menyiduk
dan sama, masing-masing berdialog dengan cara yang berbeda, saling sulih dan suluh, membakar, mendobrak,
dulu,,kalian berpelukan, atas nama kemenanggulan, bercokol disisi persaingan, dan kompetisi yang tidak sehat,, kalian kalah dan berlari diujung Negeri,,atau keluar Negeri menimbun pundi-pundi,,,selama berabad,,lalu kini kalian bertikai dan berselisih, bergejolak, samapai kampanye yang negeatif,,
dulu,,,saling memuja dan memuji
sekarang kalian beradu ingin dipuji,,dan memuji diri sendiri
merasa benar,,yang lain salah menempatkan Negeri ini,,padahal
dulu,,,kalian bersama sama bersekongkol,,,membuat kami terdiam dan terkencing mati.
kalian disisi lain,
berdamai tak seindah pelukanmu,,berbagi tak semanis senyum kalian dulu,,
berjarak sudah,,negeri kau ajak untuk menjadi latar dan alasan, sekarang diujung tanduk,,saling memopor senapan Uang, dan kedahsyatan serikat, serta melintang di sudut Bumi Negeri ini, kalian berani mengubar janji. Allahumma shalli,,,aku menggumam,tata kala kulihat kalian dulu,,sama-sama akalah,,dan saling berpisah tanpa pamit,, dan membangun karakter sertta rumpung sendiri. dengan atas nama keadilan,kesejahteraan,
atas nama Rakyat,
atas nama keterpurukan,
padahal kalian dulu pernah sama-sama mengerjai rakyat
---------------------------
sedikiiiitt saja
kau titipkan rindu untukku
atau dengan buaian
sedikit saja aku butuh pelukanmu
saat aku takut akan tagihan Cinta yang memabukkanku
atau sedikit saja ku butuhkan
aagar terbayar rasa dahagaku disiang hari
sebutkan aku Cinta yang kupercaya mati
dalam desak Rindu yang bergaun
daris etiap desak angin yang ricuh
aku risau dan kalut
pada setangkai jelita diujung matanya yang menangis
sedikit saja agar ku biasakan untuk menahan awan agar tak basahi bumi
sedikit saja lalu aku berhenti untuk memintal benang-benang kusut yang terusuk
atau sedikiiiiiiiiiit saja, agar aku belajar dengan Cinta yang terbutakan
selendang kekasih yang sobek, lantaran aku tak melamarnya
sedikiiitt saja, berikan aku kesempatan, untuk memilih hidup yang berharga
kepada sandal jepitku yang putus, atau pada tali sepatuku yang terikat erat
dan aku takut melangkah ke arah atahari yang menyaluku
sedikit saja
aku ingin bercinta, bagai butiran embun dan sampai sulih dan senandung dari balik suling yang menggetarkanku, dan menakutkanku berhenti
sedkit saja, ajari aku berbicara dengan baik
dan membacakan sajak secara baik dari surat Cinta kekasihku yang mati ditengah badai adat yang bertengkar.
sdikit saja,,,,,
berikan aku satu halaman
agar kutanami taman bunga semua berwarna ungu, sampai resahku terhibur
rinduku tertunda, Kekasihku tak jauh bernaung diantara sepi merinduiku jua meminangnya,,, sedikit saja....agar aku bebas dari tuduhanmu yang berkenduri
lantas apakah kau tak membujukku untuk berhenti memelas?
aku sangsikan dunia ising dan dan pesing yang terjungkal mati disudut mata biru dengan mamah sekar bunga abdi yang kemudian melembarkan didada kental kulit mulus, seutas benang memisahkanmu,,sedikittttt saja, jadikan aku satu waktu,,dan warna,,untuk meletakkan bunga diatas rambutmu
Dion Syaif Saen
Bantaeng, Sulawesi Selatan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar