RUANG PEKERJA SENI ADALAH GROUP DI JEJARING SOSIAL FACEBOOK, BERTUJUAN…MENGEPAKKAN SAYAP – SAYAP PERSAHABATAN…MELAHIRKAN KEPEDULIAN ANTAR SESAMA…MEMBANGUN SILATURAHMI/TALI ASIH…SAHABAT LEBIH INDAH DARIPADA MIMPI.

Jumat, 23 Juli 2021

Cerita Mini - INNALILLAHI WAINNA ILLAIHI ROJIUN Karya : Tati Kartini


 "Mah! Kaka tadi mengeluh pusing, diajak ke dokter gak mau." Dengan berlari si adik mendatangi kamarku, aku sedang siap-siap hendak melaksanakan salat fardhu dzuhur. Tanpa menjawab kata-kata si adik, aku bergegas masuk ke kamar si sulung.

"Adik, coba panggil tetangga kita yang pegawai di poliklinik sebelah, minta tolong di tensikan, dia kan teman sekolahmu juga kan?"

"iya mah,"siadik berlari ke rumah teman sekolahnya yang sudah bekerja di bagian keperawatan, tetangga sebelah rumah.

Tak lama berselang selesai di tensi.

"Normal bu bagus, 110/90." Ujar Lena seorang perawat teman sekolah anakku, sewaktu SMP.

Sedikit lega hatiku, kufikir ada baiknya aku solat dzuhur dulu, yang tadi sempat tertunda karena panik melihat si kaka seakan tak berdaya, matanya terus terpejam. 
"Adik, mamah mau solat dulu, tolong jaga kaka ya."

"Iya mah."Jawab si adik

Dengan cepat kuselesaikan solat dzuhur dan kembali ke kamar si kaka. 
"Astaghfirulloh ... adik, badan kaka basah kuyup, ya Tuhan, cepat panggilkan supir kita bawa kaka ke rumah sakit."

Dengan di papah si kaka di bawa masuk ke dalam mobil, ia nampak tersenyum. 
Tak henti-henti ku belai kepalanya.

"Sabar sayang, kuatkan ya nak." 
Air mataku mulai mengalir berjatuhan.

Sesampai di Rumah Sakit. 
Anaku sempat membuka matanya yang sejak tadi terpejam, bahkan kembali tersenyum dan melambaikan tangan.

Selesai pemeriksaan, dokterpun memberikan penjelasannya. 
"Ibu mohon bersabar, banyak saja berdoa, putra ibu keadaanya cukup seurius, kita akan menolongnya dengan maksimal."

"Tapi tadi anakku tersenyum dokter, malah melambaikan tangannya."

"Anak ibu tidak sadar, itu halusinasi saja bu."

Akupun hanya mampu tertunduk sambil terus melafazkan doa-doa.


Tak lama terdengar si kaka mendengkur seolah tertidur pulas, team dokter sibuk membantu pernapasan dan memasang banyak alat yang aku tak faham. Sesekali kulirik layar monitor yang ada di sebelah tempat anakku berbaring. Terlihat semua ukuran tensi, detak jantung dan lainnya yang kurang bisa ku mengerti. Melihat kondisi seperti itu aku tak sanggup lagi melihat ke layar monitor, detak jantung si kaka semakin melemah dan tensi menunjukan 34/44. Akupun jatuh terduduk, tak sanggup lagi berdiri. Si adik berusaha menenangkan aku.

"Mah ikhlaskan mah ...." 
Si adik bicara terbata-bata, sambil mengusap air mata.

Aku kuatkan untuk berdiri melihat ke layar monitor yang sudah berwarna hitam, polos. 
Pertanda kehidupan berakhir sudah. Semua berjalan begitu cepat, semua seakan mimpi belaka.

Kupeluk anakku, sambil kuungkapkan segenap perasaan cinta kasih seorang ibu.

"Innalillillahi wainnaillaihi rojiun, mamah ikhlaskan kamu nak, berbahagialah di haribaanNya anak salehku, syurga menantimu, aamiin Allohumma aamiin. ‘

-----------------TAMAT-----------------

Cerita Mini –
INNALILLAHI WAINNA ILLAIHI ROJIUN 
Karya : Tati Kartini
Jakarta, 21 November 2019

TATI KARTINI










Tidak ada komentar:

Posting Komentar